...semoga semua pihak yang terlibat dengan tulisan ini medampat pahala dari Allah, penulis maupun yg membaca Nya...Insya Allah...amin....

freej

Tuesday 18 September 2012

Surah Al-Hasyr



Surah Al-Hasyr, "Pengusiran"
Surah ini tergolong surah Madaniyah
Terdiri atas 24 ayat. 
Dinamakan Al Hasyr yang berarti pengusiran diambil dari perkataan Al Hasyr yang terdapat pada ayat ke-2 surat ini. Di dalam surat ini disebutkan kisah pengusiran suatu suku Yahudi yang bernama Bani Nadhir yang berdiam di sekitar kota Madinah.

Pokok-Pokok Isi


  • Keimanan
    • Apa yang berada di langit dan di bumi bertasbih memuji Allah
    • Allah pasti mengalahkan musuh-Nya dan musuh-musuh Rasul-Nya
    • Allah mempunyai Al Asmaul Husna
    • Keagungan Al Quran dan ketinggian martabatnya.

  • Hukum-hukum
    • Cara pembagian harta
    • Perintah bertakwa dan menyiapkan diri untuk kehidupan di akhirat

  • Lain-lain
    • Beberapa sifat orang-orang munafik dan orang-orang ahli kitab yang tercela
    • Peringatan-peringatan untuk kaum muslimin.
 Tafsir ayat 18 dan 19...
 
18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

19. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.



 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah…”

Seruan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman dengan bisikan dan sebutan nama iman. Mereka diseru dengan sifat yang mengikat mereka dengan Pemilik seruan itu serta memudahkan mereka dalam menyambut dan merespons pengarahan dan pembebanan taklif-Nya. 

Allah mengarahkan seruan kepada mereka untuk mengajak mereka agar bertakwa, melihat kepada segala yang dipersiapkan oleh diri-Nya bagi mereka di akhirat, agar mereka selalu berhati-hati dan waspada dari sikap melupakan Allah sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka melupakan-Nya.  

Takwa merupakan kondisi dalam hati yang diisyaratkan oleh nuansa lafazhnya. Namun, ungkapan tidak dapat menggambarkan hakikat. Takwa merupakan kondisi hati yang menjadikan hati selalu waspada, menghadirkan dan merasakan pengawasan Allah dalam setiap keadaan. Ia takut, merasa bersalah, dan malu bila Allah mendapatinya berada dalam keadaan yang dibenci oleh-Nya. Pengawasan atas setiap hati selalu terjadi setiap waktu dan setiap saat. Jadi kapan seseorang merasa aman dari penglihatan Allah?

”... dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),...”

Ungkapan kalimat ini juga memiliki nuansa dan sentuhan yang lebuh luas daripada lafazhnya sendiri. Kalimat ini hanya dengan sekadar terlintas dalam hati saja, terbukalah di hadapan manusia lembaran amal-amalnya bahkan lembaran seluruh kehidupannya. Manusia pasti akan mengarahkan pandangannya kepada segala kata-katanya untuk merenungkan dan membayangkan hisab amalnya beserta perincian-perinciannya satu per satu, guna melihat dan mengecek apakah yang telah dia persiapkan untuk menghadapi hari esok itu.

Renungan itu pasti menyadarkannya tentang tempat-tempat kelemahannya, tempat-tempat kekurangannya, dan tempat-tempat kelengahannya, walaupun dia sudah berbuat maksimal dalam kebaikan atau telah mengeluarkan banyak tenaga dan usaha di dalamnya. Apalagi, bila perbekalannya dalam kebaikan sangat sedikit dan kebaikannya sangat kecil dan rendah! Sesungguhnya ia merupakan sentuhan yang membuat hati tidak lagi merasakan tidur nyenyak dan tidak lagi terlepas dari renungan dan pengecekan kembali atas segala perbuatan (muhasabah).

Ayat di atas tidak berhenti di situ saja dalam menyentuh setiap perasaan hingga lagi-lagi pengaruh dan sentuhan itu ditambah dengan isyarat yang tertuju kepada hati orang-orang yang beriman.

”... dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Hasyr: 18)

Maka, hati pun semakin sensitif, takut, dan malu karena Allah Maha Mengetahui atas segala yang dikerjakannya.

Sehubungan dengan seruan ayat di atas agar hati orang-orang beriman selalu waspada dan selalu ingat, Allah mengingatkan mereka pada ayat berikutnya agar mereka jangan bersikap melupakan Allah,

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri…”

Kondisi seperti ini sangat aneh dan ajaib, namun ia merupakan hakikat yang nyata. Karena, orang-orang yang melupakan Allah pasti tersesat dalam kehidupan ini tanpa ikatan apapun yang dapat menaikkannya ke tingkat yang lebih tinggi . Dan, mereka hidup tanpa arah dan tujuan yang menaikkan dan memuliakan mereka melebihi binatang ternak yang digembalakan. Dalam sikap seperti ini, manusia telah melupakan kemanusiaannya sendiri. Hakikat ini ditambahkan kepadanya atau ditumbuhkan dan dibangun darinya hakikat lainnya, yaitu hakikat melupakan diri sendiri. Sehingga, dia tidak menyiapkan bekal apa-apa bagi kehidupannya yang lama dan abadi. Dan, dia pun tidak mempersiapkan dan memandang jauh ke depan untuk bekalnya di hari esok.

... Mereka Itulah orang-orang yang fasik.(Al Hasyr: 19)

Merekalah orang-orang yang menyimpang dan keluar dari ketaatan kepada Allah.

No comments:

Post a Comment