...semoga semua pihak yang terlibat dengan tulisan ini medampat pahala dari Allah, penulis maupun yg membaca Nya...Insya Allah...amin....

freej

Thursday 29 September 2011

Surat Ibrahim (Sabar dan Syukur)

Allah swt berfirman dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 7 yang artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Hidup di dunia pada hakekatnya adalah ujian untuk meraih kesuksesan hidup dunia dan akherat. Sebagaimana ujian-ujian yang dilakukan bagi para pelajar pada hakekatnya ujian adalah untuk menaikkan derajatnya. Bahkan seseorang terkadang sengaja mengikuti ujian-ujian tertentu dalam rangka untuk mengetahui kemampuannya. Semakin tinggi derajat yang hendak diraih maka ujian yang dihadapi juga semakin sulit dan berat. Derajat keimanan akan semakin tinggi seiring keberhasilan seseorang dalam mengahadapi ujian atau cobaan yang Allah berikan kepadanya. Dalam hadits sahih Rasulullah bersabda, “Orang yang paling banyak mendapat cobaan adalah para nabi, kemudian orang-orang shaleh, dan selanjutnya orang-orang yang memiliki derajat yang tinggi dalam agama. Karena seseorang diberikan cobaan sesuai dengan kualitas agamanya. Jika agamanya teguh, maka ia mendapatkan tambahan cobaan.”

Ujian dengan demikian tidak perlu ditakuti. Ujian mesti dihadapi karena pada hakekatnya ujian adalah suatu kesempatan untuk mengetahui tingkat atau derajat kita. Ujian hidup manusia atas keimanannya juga tergantung pada derajat iman seseorang. Menurut Hadits Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi bahwa iman itu terbagi 2 bagian, yaitu separo ada dalam syukur dan separo ada dalam sabar. Maka syukur dan sabar harus dipegang teguh karena merupakan tanda lulus tidaknya ujian keimanan seseorang.

Syukur dan sabar adalah merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Sebagaimana kehidupan kita yang terkadang senang atau susah, lapang atau sempit, kaya atau miskin dan lain-lain. Hidup adalah ujian, maka atas kondisi apapun kita ada dalam ujian Allah swt. Pada saat kita mendapatkan kesenangan, kelapangan rizki, menjadi orang kaya ujiannya adalah pandai tidak kita bersyukur. Sedangkan pada suatu ketika kita mendapatkan kesusahan, kesempitan rizki, menjadi orang miskin ujiannya adalah mampu tidak kita bersikap sabar.

Kalau kita sadari banyak sekali nikmat yang telah Allah swt berikan kepada kita dan bahkan kalau mau dihitung sungguh tidak akan sanggup menghitungnya. Maka sungguh beruntung orang yang mampu bersyukur dan kasihan betul orang yang tidak mampu mensyukuri nikmat Allah swt yang sangat banyak itu. Dalam ayat di atas ( Al Qur’an surat Ibrahim ayat 7) Allah swt bahkan telah menjanjikan akan menambah nikmatnya bagi siapapun yang pandai bersyukur.

Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah.

Pertama, bersyukur dengan hati nurani. Hati nurani manusia selalu benar dan jujur. Maka orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Pada hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh tidak lain berasal dari Allah.

Kedua, bersyukur dengan ucapan. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah melafalkan hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan.”

Ketiga, bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Dalam surat An-Nahl ayat 78 yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” Kalau kita pikir lebih dalam, bagaimana jadinya jika manusia hidup di dunia dalam keadaan buta dan tuli? Maka dia tidak dapat berbuat apa-apa, hidupnya dihabiskan di rumah sakit, dan menjadi beban orang lain. Demikianlah nikmat penglihatan, pendengaran, dan akal menjadi nikmat sarana dasar kehidupan manusia. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki.

Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mukmin, sebagaimana hadits yang riwayatkan imam Muslim yang artinya: “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.”

Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga yaitu:

Pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah. Dalam merealisasikan ketaatan kepada Allah memang membutuhkan kesabaran, karena pada umumnya jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan.

Kedua, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti: berkata dusta, meningkari janji, memandang sesuatu yang dilarang dan lain-lain.

Ketiga, sabar dalam menghadapi musibah atau malapetaka.

Syukur dan sabar demikian penting sebagai sarana peningkatan kualitas diri dan keimanan seseorang. Untuk itu marilah kita sama-sama berharap akan pertolongan-Nya, semoga Allah Yang Maha Pemurah, senantiasa menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang mampu bersyukur dan bersabar. Syukur atas semua nikmat-Nya, bersabar atas ujian yang ditimpakan-Nya. Amien.

Wednesday 21 September 2011

Al-Ra'du (Hanya orang2 berakal yang dapat mengambil pelajaran)

Surat Al-Ra'du ayat 11 - 20.

13:11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

13:12. Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.

13:13. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.

13:14. Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.

13:15. Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.

13:16. Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah.” Katakanlah: “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudaratan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.

13:17. Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.

13:18. Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.

13:19. Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,

13:20. (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian,

Monday 19 September 2011

Surat Yusuf (Surat penghibur/penawar duka)

Ada apa dengan surat Yusuf?

Setiap surat di dalam surat memiliki keistimewaan masing-masing, karena seluruh surat dalam Al-Quran dari Al-Fatihah sampai An-Naas merupakan mu’jizat dari Allah. Adapun surat Yusuf memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya sebagai berikut:

Pertama: Pada ayat ketiga dari surat yusuf disebutkan bahwa ia merupakan Ahsanul Qoshoshi (Kisah yang paling baik). Seluruh kisah para nabi adalah kisah-kisah terbaik, karena yang mengisahkan kisah tersebut adalah Allah swt, yang di dalam kisah para anbiya tersebut terdapat banyak pelajaran yang dapat menghantarkan kita pada keteguhan hati di jalan Allah. Sebagaimana firman Allah:

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud : 120)

Syarat untuk mendapatkan keteguhan hati di jalan Allah, adalah berada di satu jalan bersama jalannya para anbiya, jika kita simpangkan ajaran para nabi atau kita menyimpang dari jalan itu, maka kita akan tersesat. Jalan para nabi adalah jalan yang yang lurus.

وَأَنَّ هذا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فاتبعوه وَلاَ تَتَّبِعُواْ السبل فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ

“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Al-An’am: 153)

Maka mengkaji kisah Nabi Yusuf akan membawa kita pada satu kisah yang paling baik dari kisah yang mungkin pernah kita baca sebelumnya, karena yang menceritakan kisah ini adalah Allah swt, yang di dalamnya berisi pelajaran-pelajaran berharga akan makna keimanan dan kehidupan. Maka sebuah kisah yang kosong dari nilai-nilai keimanan, bahkan berisi hal-hal yang hanya menimbulkan syahwat dan kebencian maka ini adalah seburuk-suburuk kisah.

Kedua: Surat Yusuf adalah satu-satunya surat di dalam Al-Quran yang menjelaskan kisah Nabi Yusuf as. dalam satu surat, berbeda dengan kisah nabi-nabi yang lain yang terdapat di dalam berbagai surat dan berbagai penggalan-penggalan kisah, sebagai mana kisah nabi Musa as. yang terdapat lebih dari 30 surat di dalam Al-Quran. Sehingga dengan demikian, memudahkan kita untuk memahami urutan kisah Nabi Yusuf tersebut serta mengambil pelajaran-pelajaran penting di dalamnya.

Ketiga: Kisah Nabi yusuf dari awal sampai akhir adalah kisah keseharian dari kehidupan masyarakat secara umum, di sana terdapat kisah seorang ayah dan anaknya, seorang saudara dengan saudara-saudaranya, kisah istri dan suami, kisah cinta yang suci dan cinta yang salah, ada sifat-sifat mulia yang patut menjadi cerminan, akan kesabaran dan pemaaf. Di sana juga ada kisah akan kedengkian dan rasa iri, ada peran setan yang mencoba merusak hubungan persaudaraan. Ada kisah penguasa, kecerdasan, ujian kekeringan dan lain-lain. Namun yang penting di sana banyak terdapat pelajaran akan keimanan yang patut kita kaji bersama dalam rangka meningkatkan keimanan kita.

Keempat: Ayat-ayat di dalam surat Yusuf ketika dibaca dan didengarkan akan membawa ketenangan hati, lantunan ayat-ayatnya sangat indah, ia dapat menggerakan perasaan, melembutkan hati, menghilangkan kesedihan, menghibur duka dan lara. Begitu juga halnya para sahabat ra. ketika mereka mengalami kebosanan, mereka datang kepada Rosulullah lalu mereka menceritakan kebosanan itu kepada Rosulullah, sehingga Rosulullah membacakan kepada mereka surat Yusuf ini. Sebab turunnya surat Yusuf inipun adalah sebagai “tasliyah” atau hiburan kepada Rosulullah tatkala beliau mengalamai kesedihan setelah ditinggal istri beliau tercinta, Sayyidah Khadijah ra dan paman beliau Abu Thalib.

Kelima: Surat Yusuf mengajarkan kepada kita sebuah “rahasia Ilahi” yang boleh jadi kita menganggap sebuah taqdir yang Allah berikan buat kita adalah sebuah musibah buat kita, namun sesungguhnya ia merupakan sebuah anungrah yang luar biasa indah. Ada banyak rahasia Allah yang di luar dugaan manusia. Sebagaimana kisah Nabi Yusuf telah mengajarkan, saat ia di buang di dalam sumur oleh saudaranya sendiri, berpisah dengan orang tuanya dan orang-orang yang ia cinta dalam waktu yang lama, kemudian dijual, lalu dipenjara, namun pada akhirnya ia menjadi seorang yang dapat memberikan manfaat luar biasa bagi seluruh masyarakat mesir, ia pun bertemu kembali dengan ayahandanya tercinta.

Ini di antara alasan kita mengkaji surat Yusuf, tentu masih banyak pelajaran yang akan kita dapatkan ketika kita mengkaji satu persatu ayat-ayatnya. Insya Allah kajian surat Yusuf ayat perayat akan saya kirimkan pada email-email berikutnya.

Wallahua’lam bisshowab.

Wednesday 14 September 2011

Surat Hud (Ayat yang turun disaat nabi Muhammad SAW dalam keadaan paling berat)

Surat Hud merupakan surat kesebelas dalam urutan surat-surat al-Quran. Surat ini adalah surat ke 49 dari surat-surat yang diturunkan kepada Rasulullah di Mekah, dan terdiri dari 120 ayat. Menurut sebagian mufassir, surat Hud diturunkan pada akhir-akhir keberadaan Rasulullah saw di Mekah. Tahun-tahun tersebut bersamaan dengan meninggalnya paman Rasulullah, Abu Thalib, dan isteri beliau Siti Khadijah. Dengan demikian, surat Hud diturunkan dalam salah satu kondisi terberat bagi kehidupan Rasulullah saw dan tekanan musuh melebihi periode lainnya. Sebagian besar kandungan surat Hud berisi kehidupan para nabi terdahulu. Diungkapkannya kehidupan orang-orang terdahulu juga menjadi sarana penentram bagi Rasulullah saaw dan memberi pelajaran bagi para musuhnya.

Surat Hud sebagaimana surat-surat Makiyah lainnya menjelaskan prinsip-prinsip agama Islam terutama perlawanan terhadap syirik, pemberantasan penyembahan berhala dan kepercayaan terhadap hari akhir dan pembenaran dakwah Rasulullah. Demikian pula kesulitan di bidang pertahanan kepada Rasulullah dan orang-orang mukmin terlihat di ayat ini. Sebagaimana dijelaskan di ayat keenam surat Hud.

Artinya:
Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Ayat tadi mengatakan bahwa Allah swt menganugerahkan rezeki kepada seluruh makhluk di mana pun dan dalam kondisi apapun. Rezeki tersebut terukur takarannya dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tiap makhluk baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Dari raksasa laut hingga binatang melata yang tidak terlihat oleh mata, Allah menganugerahkan rezeki masing-masing berdasarkan kadar tertentu.

Sebagian orang yang malas memandang orang tidak perlu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. Padahal dengan pemahaman yang sangat sederhana dapat difahami bahwa Islam memandang kerja keras dan usaha sebagai kunci bagi siapa saja yang ingin mendapat materi atau kedudukan spiritual. Rezeki setiap orang tergantung pada upaya dan kerja kerasnya.

Lebih dari 20 ayat dalam surat Hud menceritakan tentang Nabi Nuh as dan kaumnya. Ada pula sejumlah ayat yang mengangkat kisah perjuangan Nabi Nuh melawan para penguasa zamannya sebagai salah satu pelajaran berharga dari realitas sejarah. Risalah Nabi Nuh as secara ringkas adalah seruan Laa Ilaha Ilallah, tiada Tuhan selain Allah.

Sejatinya, tauhid merupakan fondasi seluruh dakwah para nabi dan rasul. Jika seluruh anggota masyarakat hanya menyembah Allah swt dan meninggalkan penyembahan kepada berhala-berhala buatan manusia, keangkuhan, hawa nafsu, harta dan takhta niscaya tidak akan terjadi kekacauan dalam masyarakat.

Setelah menjelaskan kisah kaum Nabi Nuh as yang ditelan gelombang banjir, surat Hud mengisahjan kaum 'Ad. Allah swt mengutus Nabi Hud as sebagai pemberi petunjuk bagi kaum 'Ad. Dakwah pertama Nabi Hud as adalah juga dakwah seluruh para nabi. Nabi Hud as mengajak kaum 'Ad bertauhid. Kaum 'Ad seperti kaum para nabi-nabi yang lain, menentang risalahnya. Mereka angkuh dan mengingkari mukjizat sang Nabi.

Secara umum dosa kaum 'Ad dapat dikategorikan ke dalam tiga hal; Pertama, pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah. Dengan keras kepala mereka menolak semua argumentasi yang disampaikan Nabi Hud as. Kedua, mereka melawan nabi. Ketiga, kaum 'Ad meninggalkan perintah Allah swt dan mengikuti orang-orang yang sombong. Kaum ini beberapa waktu berada dalam limpahan karunia Allah swt, namun mereka lalai dan sombong atas kekuasaan yang diperolehnya.

Kaum 'Ad menyembah berhala dan menentang dakwah Nabi Hud as. Mereka bahkan berusaha memadamkan risalah beliau. Mereka menuduh Nabi Hud as gila dan menyebutnya orang bodoh. Namun Nabi Hud as tetap teguh berjuang dan mampu mengajak sekitar 4000 orang menuju agama yang benar. Sebagian lainnya tetap keras kepala menentang beliau. Akhirnya Allah menurunkan azab berupa badai dahsyat selama tujuh hari tujuh malam. Badai ini menghancurkan istana mereka dan memporak-porandakan orang-orang musyrik tersebut. Sebelum badai turun, atas perintah Allah swt Nabi Hud as membawa mukminin keluar dari kawasan tersebut.

Setelah kisah Nabi Hud as surat ini mengangkat kisah kaum Tsamud, kisah Nabi Shaleh as dan Nabi Ibrahim as. Setelah itu, Allah swt dalam surat ini menceritakan kisah kaum Luth, kaum Nabi Syuaib dan Nabi Musa as.

Ayat terakhir surat Hud kembali menjelaskan tentang tauhid dan ketuhanan. Dalam ayat ini disebutkan bahwa apa saja yang ada di langit dan bumi berasal dari Allah swt dan kembali kepada Nya. Selanjutnya diambil kesimpulan bahwa pengetahuan tak terhingga dan kekuasaan tak terbatas khusus milik Allah swt, dan semuanya bakal kembali kepada Allah. Oleh karena itu hanya Dia yang harus disembah dan kepada-Nyalah kita harus bertawakal.