...semoga semua pihak yang terlibat dengan tulisan ini medampat pahala dari Allah, penulis maupun yg membaca Nya...Insya Allah...amin....

freej

Thursday 20 December 2012

Ath Thalaaq (QS : 65)

Bila hidup ini tidak ada tantangan, tentu tidak akan menarik. Terlebih dahulu di-cast dengan ilmu, lalu kita amalkan dalam kehidupan, seperti bertarung dalam kehidupan nyata ini. Tapi kita harus benar-benar bisa mengukur diri kita. Misalnya, ketika terjadi pertemuan dengan kalangan tertentu, ternyata membuat keimanan kita turun, berarti pertemuannya tidak bagus untuk kita. Berarti iman kita belum cukup untuk bisa menandingi pengaruh negatif dari lingkungan itu. Maka untuk sementara waktu kita perlu berhijrah dari lingkungan tersebut, dalam rangka menguatkan diri. Sehingga pada waktunya, kita sudah siap untuk terjun ke kehidupan sesungguhnya, namun kita sudah berbekal dengan kemampuan yang lebih baik. Kita harus mendakwahi mereka, ketika kita sudah yakin dengan kekuatan diri kita. Di-cast bisa juga dengan cara berkumpul dengan orang-orang shaleh. Diamnya saja akan berpengaruh terhadap keyakinan kita.

Yang paling membuat hidup kita tidak nyaman adalah kebingungan, ragu-ragu, dan ketidakjelasan, karena setiap yang meragukan membuat hidup kita tidak jelas. Dalam menjalani hidup ini, apabila belum mengenal peta hidup dengan jelas, maka menyebabkan hidup menjadi gamang, ragu, dan sangat melelahkan.

Dalam menjalani hiduup ini, harus jelas tujuannya dan bagaimana dalam melangkahnya, siapa Tuhan kita, siapa kita, apa yang bahaya, dan apa yang menyelamatkan, akan ke mana kita, dan sebagainya. Kalau sudah semuanya jelas, maka akan mantap dan tidak akan bingung dalam menjalani hidup.

Manusia diciptakan dan diurus oleh Allah SWT. Tugas kita di dunia ini adalah menjadi hamba Allah. Mematuhi apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Perkara rejeki adalah mutlak dalam genggaman Allah. Kalau kita patuh kepada Allah dan yakin dengan kekuasaan Allah, Sang Pemberi rejeki pasti akan menjamin segala kebutuhan rejekinya.

Penulis mangambil satu ayat dalam Al Quran untuk sama-sama kita simak lebih mendalam dan renungkan (setelah sekian lama tidak posting, Rohil Jumat 21 Desember 2013).

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. QS At-Thalaq : 2-3

Kita bekerja bukan hanya untuk mencari uang, tapi merupakan amal shaleh dalam menjemput rejeki atau nafkah kita. Yang dicari keberkahan dan ridho Allah SWT. Orang yang mencari ridho Allah tidak akan ragu kepada Allah SWT sebagai pembagi rejeki, pasti kita akan bertemu dengan rejek kita, sehingga tidak akan mau berbuat haram. Kalau seseorang tidak mencari ridho Allah, maka ia bisa menghalalkan berbagai cara.

Dengan demikian, berbeda antara orang yang bekerja hanya untuk mencari uang, dengan orang yang bekerja untuk mencari ridho-Nya. Orang yang mencari ridho Allah, sama sekali tidak ada keraguan, yakin pasti bertemu dengan rejekinya. Sepanjang sesuai dengan perintah Allah, tidak perlu menghiba-hiba kepada manusia, karena manusia tidak dapat mendatangkan apa pun, tanpa ijin Pemilik Semesta Alam.

Kita bergaul dengan manusia, bukan untuk menuhankan, dan memelas kepada manusia. Kita bergaul dengan manusia karena Allah menyuruh kita bergaul dengan manusia dengan baik. Kita berbuat baik bukan untuk ingin dihargai. Orang menghargai, dan mengakui kebaikan kita atau tidak, bukan urusan kita. Urusan kita adalah bergaul dengan manusia dengan baik sesuai perintah-Nya. Tidak boeh takut kepada manusia. Diri kita milik Allah, tak akan jatuh sehelai rambut pun tanpa ijin pemilik-Nya. Tidak akan pernah mati, kecuali Allah yang mematikan.

Manusia bukan pemberi rejeki, manusia hanya makhluk sebagai jalan dari ketentuan Allah. Tugas kita jelas, menjemput rejeki kita dengan cara yang halal. Semua anak-anak kita ada rejekinya. Tugas orang tua mengantar anaknya mengenal siapa penciptanya, Lukmanul Hakim menjadi contoh bagaimana seorang hamba Allah, yang tidak menuhankan selain Allah. Beliau mendidik anak untuk mengenal-Nya, dengan itu akan berjumpa dengan rejekinya yang berkah. Dan akan berjumpa dengan rejeki dan takdir terbaik dalam kehidupannya. Setelah kita mati, warisan terbesar kita kepada anak-anak kita adalah keyakinan dan istiqamah taat kepada Allah.

Dunia ini hanya tempat mampir sebentar. Semua kita akan tinggalkan. Dunia tidak ada-apa nya. Dunia bukan untuk memperbudak kita, tapi dunia diciptakan untuk menjadi pelayan kita. Harta, pangkat, gelar, tidak ada apa-apanya. Orang-orang zalim dan ingkar diberi oleh Allah dunia ini. Kemuliaan bukan dengan pencapaian duniawi, tanda kemuliaan bukan dengan berharta atau berpangkat, melainkan dengan takwa.

Takwa itu tandanya hatinya yakin, patuh kepada Allah, lahir batin. Ridho dengan semua takdir yang telah ditetapkan Allah. Allah tidak pernah zalim dalam menentukan takdir kita. Jelas hidup ini hanya mampir sebentar di dunia dan dunia tidak dibawa ke alam kubur.
Siti hajar ketika ditinggalkan Nabi Ibrahim yang merupakan perintah Allah, ia pun mengikutinya. Lalu tatkala membutuhkan rejeki air untuk diri dan anaknya, beliau pun berlari-lari mencari air ke bukit shafa dan marwah. Namun airnya tidak muncul di bukit tersebut melainkan di sekitar ka’bah yang berjarak seratus meteran dari sana.

Maka tugas kita dalam hal ini adalah untuk menyempurnakan ikhtiar, bukan menentukan hasil. Jangan pernah risau dengan janji Allah. Sesungguhnya yang berbahaya bagi diri kita adalah keburukan dari diri kita sendiri. Orang lain hanya menjadi jalan.

Sekarang masalah apa pun yang menimpa, jangan sibuk dengan orang yang menjadi jalan, melainkan sibuk dengan diri kita yang menjadi penyebabnya. Kebaikan kembali pada pembuatnya, begitu pula keburukan. Tidak ada yang merusak diri kita selain dari keburukan diri kita.
Ketika kita menghadapi kesulitan, kita tidak bisa menyelesaikan dengan kemampuan kita, melainkan dengan pertolongan Allah. Bagaimana jalan keluarnya? Adalah dengan bertaubat.

Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan melegakkan hatinya, Allah akan memberi jalan keluar, dan rejeki pertolongan dari yang tidak terduga.

‘maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS Nuh : 10-12)

Rejeki termahal dalam hidup ini adalah hati yang yakin, dan lahiriahnya patuh kepada Allah dengan istiqamah. Kesuksesan orang adalah yakin kepada Allah, tidak ada keraguan dalam hatinya. Tidak bersedih hati. Kunci yakin adalah hati yang bersih. Makin bersih dari kemusyrikan, kemunafikan, dan cinta duniawi, hati akan langsung merasakan keyakinan, hati peka, doa mustajab, akhlak mulia, dan auranya nyaman. Maka jangan ukur kesuksesan seseorang dengan duniawinya, melainkan lihatlah sejauh mana keyakinannya yang merupakan karunia Allah tidak ada bandingannya.

Sekuat tenaga mengarungi hidup, disertai dengan semangat kebersihan hati. Cari teman yang bisa membantu membersihkan hati. Seperti mobil yang tidak jalan whipernya/ pembersih kaca ketika hujan deras, maka dia akan risau. Bukan tidak adanya jalan, melainkan tidak bisa melihat jalan. Seperti itu pula ketika kita melihat dengan mata hati yang tertutup dosa. Oleh karena itu, kembalilah kepada Allah, seperti kaca yang bersih, maka akan tampak semua yang ada, karena tidak tertutupi, seperti udara bagi paru-paru ini, solusi sesungguhnya terhampar di dekat kita.
 

Tuesday 16 October 2012

Surat At Taghaabun (QS:64)




Surat ini terdiri atas 18 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah dan diturunkan sesudah surat At Tahrim.
Nama At Taghaabun diambil dari kata At Taghaabun yang terdapat pada ayat ke 9 yang artinya hari dinampakkan kesalahan-kesalahan.
Pokok-pokok isinya :
1. Keimanan:
Seluruh isi alam bertasbih kepada Allah SWT, penjelasan tentang kekuasaan Allah SWT serta keluasan ilmu-Nya; penegasan bahwa semua yang terjadi dalam alam ini adalah atas izin Allah.
2. Hukum-hukum:
Perintah taat kepada Allah dan Rasul; perintah supaya bertakwa dan menafkahkan harta.
3. Dan lain-lain:
Peringatan kepada orang-orang kafir tentang nasib orang-orang dahulu yang mendurhakai rasul-rasul; diantara isteri-isteri dan anak-anak seseorang ada yang menjadi musuh baginya; harta dan anak-anak adalah cobaan dan ujian bagi manusia.
Pada surat At Taghaabun Allah memberi peringatan kepada kaum musyrikin tentang azab yang ditimpakan kepada umat-umat sebelumnya dan memberi hiburan kepada Nabi bahwa keingkaran orang-orang kafir itu tidak akan mendatangkan kemudaratan kepadanya.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
[64:1] Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنكُمْ كَافِرٌ وَمِنكُم مُّؤْمِنٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
[64:2] Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mu’min. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
[64:3] Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).
يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
[64:4] Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَبْلُ فَذَاقُوا وَبَالَ أَمْرِهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
[64:5] Apakah belum datang kepadamu (hai orang-orang kafir) berita orang-orang kafir terdahulu. Maka mereka telah merasakan akibat yang buruk dari perbuatan mereka dan mereka memperoleh azab yang pedih.
ذَلِكَ بِأَنَّهُ كَانَت تَّأْتِيهِمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالُوا أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوا وَّاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
[64:6] Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-Rasul mereka membawa keterangan-keterangan lalu mereka berkata: “Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?” lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن لَّن يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
[64:7] Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
[64:8] Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quraan) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ ذَلِكَ يَوْمُ التَّغَابُنِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحاً يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
[64:9] (Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ خَالِدِينَ فِيهَا وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
[64:10] Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalmnya. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
[64:11] Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan



Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
[64:12] Dan ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
[64:13] (Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mu’min bertawakkal kepada Allah saja.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوّاً لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
[64:14] Hai orang-orang mu’min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
[64:15] Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْراً لِّأَنفُسِكُمْ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
[64:16] Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta’atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
إِن تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ
[64:17] Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.
عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
[64:18] Y


Thursday 20 September 2012

Surat Al-Munaafiqun (QS:63)

 

Surat ini terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Al Hajj. Surat ini dinamai Al-Munaafiquun yang artinya orang-orang munafik, karena surat ini mengungkapkan sifat-sifat orang-orang munafik.
Pokok-pokok isinya :

Keterangan tentang orang-orang munafik dan sifat-sifat mereka yang buruk diantaranya ialah pendusta, suka bersumpah palsu, sombong, kikir dan tidak menepati janji, peringatan kepada orang-orang mu'min supaya harta benda dan anak-anaknya tidak melalaikan mereka, insyaf kepada Allah, dan anjuran supaya menafkahkan sebahagian rezki yang diperoleh.

 I. Sifat-sifat orang munafik

(63:1)
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
(63:2)
Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai [1477], lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
(63:3)
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.
(63:4)
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?
(63:5)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.
(63:6)
Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
(63:7)
Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)." Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
(63:8)
Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu'min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

 II. Peringatan kepada orang-orang mu'min

(63:9)
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.
(63:10)
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"
(63:11)
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.

Tuesday 18 September 2012

Al Jumu’ah (QS 62)

Surat Al Jumu’ah ini terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan-golongan surat-surat Madaniyyah dan diturunkan sesudah surat Ash Shaff.
Nama surat Al Jumu’ah diambil dari kata Al Jumu’ah yang terdapat pada ayat 9 surat ini yang artinya: hari Jum’at.
Pokok-pokok isinya:
Menjelaskan sifat-sifat orang-orang munafik dan sifat-sifat buruk pada umumnya, diantaranya berdusta, bersumpah palsu dan penakut; mengajak orang-orang mukmin supaya taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya dan supaya bersedia menafkahkan harta untuk menegakkan agama-Nya sebelum ajal datang.
Surat Al Jumu’ah ini menerangkan tentang pengutusan Nabi Muhammad s.a.w. dan menjelaskan bahwa umatnya akan menjadi mulia karena ajarannya, disusul dengan perumpamaan orang-orang Yahudi dan kebohongan pengakuan mereka dan kemudian diakhiri dengan kewajiban shalat Jum’at.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
[62:1] Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
[62:2] Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,

وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
[62:3] dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
[62:4] Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar.

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَاراً بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
[62:5] Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.

قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِن زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاء لِلَّهِ مِن دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
[62:6] Katakanlah: “Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar”.

وَلَا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَداً بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
[62:7] Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim.

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
[62:8] Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
[62:9] Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
[62:10] Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْواً انفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِماً قُلْ مَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
[62:11] Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik

Surah Al-Hasyr



Surah Al-Hasyr, "Pengusiran"
Surah ini tergolong surah Madaniyah
Terdiri atas 24 ayat. 
Dinamakan Al Hasyr yang berarti pengusiran diambil dari perkataan Al Hasyr yang terdapat pada ayat ke-2 surat ini. Di dalam surat ini disebutkan kisah pengusiran suatu suku Yahudi yang bernama Bani Nadhir yang berdiam di sekitar kota Madinah.

Pokok-Pokok Isi


  • Keimanan
    • Apa yang berada di langit dan di bumi bertasbih memuji Allah
    • Allah pasti mengalahkan musuh-Nya dan musuh-musuh Rasul-Nya
    • Allah mempunyai Al Asmaul Husna
    • Keagungan Al Quran dan ketinggian martabatnya.

  • Hukum-hukum
    • Cara pembagian harta
    • Perintah bertakwa dan menyiapkan diri untuk kehidupan di akhirat

  • Lain-lain
    • Beberapa sifat orang-orang munafik dan orang-orang ahli kitab yang tercela
    • Peringatan-peringatan untuk kaum muslimin.
 Tafsir ayat 18 dan 19...
 
18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

19. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.



 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah…”

Seruan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman dengan bisikan dan sebutan nama iman. Mereka diseru dengan sifat yang mengikat mereka dengan Pemilik seruan itu serta memudahkan mereka dalam menyambut dan merespons pengarahan dan pembebanan taklif-Nya. 

Allah mengarahkan seruan kepada mereka untuk mengajak mereka agar bertakwa, melihat kepada segala yang dipersiapkan oleh diri-Nya bagi mereka di akhirat, agar mereka selalu berhati-hati dan waspada dari sikap melupakan Allah sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka melupakan-Nya.  

Takwa merupakan kondisi dalam hati yang diisyaratkan oleh nuansa lafazhnya. Namun, ungkapan tidak dapat menggambarkan hakikat. Takwa merupakan kondisi hati yang menjadikan hati selalu waspada, menghadirkan dan merasakan pengawasan Allah dalam setiap keadaan. Ia takut, merasa bersalah, dan malu bila Allah mendapatinya berada dalam keadaan yang dibenci oleh-Nya. Pengawasan atas setiap hati selalu terjadi setiap waktu dan setiap saat. Jadi kapan seseorang merasa aman dari penglihatan Allah?

”... dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),...”

Ungkapan kalimat ini juga memiliki nuansa dan sentuhan yang lebuh luas daripada lafazhnya sendiri. Kalimat ini hanya dengan sekadar terlintas dalam hati saja, terbukalah di hadapan manusia lembaran amal-amalnya bahkan lembaran seluruh kehidupannya. Manusia pasti akan mengarahkan pandangannya kepada segala kata-katanya untuk merenungkan dan membayangkan hisab amalnya beserta perincian-perinciannya satu per satu, guna melihat dan mengecek apakah yang telah dia persiapkan untuk menghadapi hari esok itu.

Renungan itu pasti menyadarkannya tentang tempat-tempat kelemahannya, tempat-tempat kekurangannya, dan tempat-tempat kelengahannya, walaupun dia sudah berbuat maksimal dalam kebaikan atau telah mengeluarkan banyak tenaga dan usaha di dalamnya. Apalagi, bila perbekalannya dalam kebaikan sangat sedikit dan kebaikannya sangat kecil dan rendah! Sesungguhnya ia merupakan sentuhan yang membuat hati tidak lagi merasakan tidur nyenyak dan tidak lagi terlepas dari renungan dan pengecekan kembali atas segala perbuatan (muhasabah).

Ayat di atas tidak berhenti di situ saja dalam menyentuh setiap perasaan hingga lagi-lagi pengaruh dan sentuhan itu ditambah dengan isyarat yang tertuju kepada hati orang-orang yang beriman.

”... dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Hasyr: 18)

Maka, hati pun semakin sensitif, takut, dan malu karena Allah Maha Mengetahui atas segala yang dikerjakannya.

Sehubungan dengan seruan ayat di atas agar hati orang-orang beriman selalu waspada dan selalu ingat, Allah mengingatkan mereka pada ayat berikutnya agar mereka jangan bersikap melupakan Allah,

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri…”

Kondisi seperti ini sangat aneh dan ajaib, namun ia merupakan hakikat yang nyata. Karena, orang-orang yang melupakan Allah pasti tersesat dalam kehidupan ini tanpa ikatan apapun yang dapat menaikkannya ke tingkat yang lebih tinggi . Dan, mereka hidup tanpa arah dan tujuan yang menaikkan dan memuliakan mereka melebihi binatang ternak yang digembalakan. Dalam sikap seperti ini, manusia telah melupakan kemanusiaannya sendiri. Hakikat ini ditambahkan kepadanya atau ditumbuhkan dan dibangun darinya hakikat lainnya, yaitu hakikat melupakan diri sendiri. Sehingga, dia tidak menyiapkan bekal apa-apa bagi kehidupannya yang lama dan abadi. Dan, dia pun tidak mempersiapkan dan memandang jauh ke depan untuk bekalnya di hari esok.

... Mereka Itulah orang-orang yang fasik.(Al Hasyr: 19)

Merekalah orang-orang yang menyimpang dan keluar dari ketaatan kepada Allah.

Saturday 8 September 2012

Al-Mumtahanah (QS:61)




Bismillah...




Tentang Bersahabat dengan Non Muslim
Al-Qur’an sejak sekitar kurang lebih 1400 telah banyak memberikan gambaran-gambaran yang diajarkan tentang hidup berdampingan dengan antar umat beragama, indikasi tersebut salah satunya bisa di lihat dari Surat al-Mumtahanah 60: 8-9:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ 

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah : 8)

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَن تَوَلَّوْهُمْ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ 

“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”  (QS. Al Mumtahanah : 9)


§  Asbabun Nuzul (Sebab diturunkannya Ayat)
Al-Qur’an QS al-Mumtahanah 60:8-9 tersebut turun karena adanya sebuah peristiwa sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ahmad dan lain-lain dari Abdullah ibn Zubair “pada suatu hari Qutailah binti Abdil Uzza (non muslim) datang kepada anaknya Asma’ binti Abi Bakar dengan membawa beberapa hadiah. Asma’ menolak hadiah itu, bahkan melarang dia untuk masuk rumah sebelum Asma bertanya kepada Aisyah, bagaimana pendapat Rasul berkenaan dengan itu turunlah QS al-Mumtahanah 60:8-9. Nabi menyuruh Asma’ menerima hadiah dari ibunya, dan menyambutnya sebagaimana mestinya.[7]

Akan tetapi ada yang menyatakan bahwa ayat ini turun mengenai Khuza’ah Banil Harts, Kinanah, Muzainah, dan beberapa golongan arab yang telah berdamai dengan Rasulullah untuk tidak memeranginya dan tidak pula memihak kepada musuh.[8]


§  Tafsir Ulama
Ibnu Abbas menafsirkan QS al-Mumtahanah 60:8-9 dengan mengatakan bahwa “Allaah tidak melarang untuk berteman dan menolong mereka (orang-orang makkah) yang berbuat adil dan menepati janji kepada Nabi dan sahabatnya mereka yaitu Bani Khuza’ah, kaum Hilal ibn Uwaimir, khuzainah, bani madlaj. Mereka telah berbuat baik kepada Rasul sebelum adanya perjanjian Hudaibiyah yang tidak berusaha membunuhnya, tidak mengeluarkannya dari makah. Akan tetapi Allah hanya melarang untuk berteman dan menolong mereka (ahli makah) yang secara terang-terangan mengusir Nabi dari Makah.[9]

Al-Qusyairi menafsirkan QS al-Mumtahanah 60:8-9 dengan mengatakan “setelah Allah melarang untuk berteman dengan orang kafir harbi, kemudian Allah menganjurkan untuk berteman dengan kafir dzimmi yang mempunyai akhlak yang bagus, mau berteman dan bermanfaat bagi umat Islam, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berteman dalam segala hal”.[10]

Menurut Quraish[11] Perintah al-Qur’an untuk memusuhi orang kafir yang diuraikan oleh yang lalu (al-Mumtahanh 60:1) boleh jadi menimbulkan kesan bahwa semua non muslim harus dimusuhi. Ayat di atas secara tegas menyebut bahwa Allah tidak melarang kamu berbuat baik dalam bentuk apapun bagi mereka dan tidak juga melarang kamu berlaku adil kepada mereka. Kalau demikian, jika dalam interaksi sosial mereka di pihak yang benar, sedang salah seorang dari kamu dipihak yang salah, maka kamu harus membela dan memenangkan mereka.[12]

Kesimpulan Hasbi[13] dari QS al-Mumtahanah 60:8-9 bahwa “Tuhan hanya melarang kamu berkawan setia dengan orang-orang yang terang-terangan memusuhimu, yang memerangimu, yang mengusir kamu atau membantu orang-orang yang mengusirmu seperti yang dilakukan oleh musrikin Mekkah. Sebagian dari mereka berusaha mengusirmu, dan sebagian yang lain menolong orang-orang yang mengusirmu.”[14]

Aplikasi QS al-Mumtahanah 60:8-9 secara nyata oleh Nabi dapat juga dibuktikan sebagaimana yang dikatakan oleh Thohir Ibnu Asyur[15]  bahwa pada masa Nabi sekian banyak suku-suku non muslim yang justru bekerja sama dengan Nabi serta menginnginkan kemenangan beliau menghadapi suku quraisy di Mekah. Mereka itu seperti Khuza’ah, Bani al-Harits, Ibn Ka’b dan Muzainah.

Sayyid Qutb[16] berkomentar ketika menafsirkan ayat di atas bahwa Islam agama damai, serta akidah cinta. Ia suatu sistem yang bertujuan menaungi seluruh alam dengan naungannnya yang berupa kedamaian dan cinta itu dan bahwa semua manusia dihimpun di bawah panji Allah dalam kedudukan sebagai saudara-saudara yang saling kenal mengenal dan cinta mencintai.[17]

Kesemuanya ulama’ tafsir di atas semunya sepakat bahwa berteman dengan orang non muslim yang berbuat baik, menolong, berbuat adil kepada umat Islam itu diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk menjalin hubungan dengan mereka dalam tataran sosial, akan tetapi tidak membolehkan untuk berteman dengan mereka yang secara terang-terangan memusuhi, memerangi umat Islam, atau yang mengusir paksa penduduk dari suatu negeri. [C]

Thursday 23 August 2012

Surah Al-Hasyr/Pengusiran (QS 59)






بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم

عن أبي أمامة رضي الله عنه    قال النبي صلي الله عليه وسلم :
"من قرأ القرأن خواتم الحشر من ليل أو نهار فقبض في ذالك اليوم أو  الليلة
 فقد أوجب الجنة "

(رواه إبن عدي في الكامل والبيهقي)
صدق رسول الله الكريم
Artinya;Sabda nabi saw;”Barangsiapa yang membaca akhir surah Al-Hasyr dari waktu malam atau siang maka dipegang erat(Dijaga rapi oleh Allah swt) pada hari itu, ataupun dibaca ayat itu pada malam hari maka sesungguhnya ia mesti dapat syurga”
                                        (Kebenaran Rasulullah saw yang mulia.)
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لآإِلَـٰهَ إلاهُوَ‌ۖ عَـٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِ‌ۖ هُوَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ ٱلرَّحِيمُ (٢٢)

 هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لآإِلَـٰهَ إلاهُوٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَـٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَڪَبِّر
ُ‌ۚ سُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِڪُونَ(٢٣)

هُوَ ٱللَّهُ ٱلۡخَـٰلِقُ ٱلۡبَارِئُ ٱلۡمُصَوِّرُ‌ۖ لَهُ ٱلأسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ‌ۚ يُسَبِّحُ لَهُ ۥ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱَلأرۡضِ‌ۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
(٢٤)
21) Dialah Allah, yang tidak ada Tuhan melainkan Dia; Yang Mengetahui perkara yang ghaib dan yang nyata; Dialah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.

(22) Dialah Allah, yang tidak ada Tuhan melainkan Dia; Yang Menguasai (sekalian alam); Yang Maha Suci; Yang Maha Selamat Sejahtera (dari segala kekurangan); Yang Maha Melimpahkan Keamanan; Yang Maha Pengawal serta Pengawas; Yang Maha Kuasa; Yang Maha Kuat (menundukkan segala-galanya); Yang Melengkapi segala KebesaranNya. Maha Suci Allah dari segala yang mereka sekutukan denganNya.

(23) Dialah Allah, Yang Menciptakan sekalian makhluk; Yang Mengadakan (dari tiada kepada ada); Yang Membentuk rupa (makhluk-makhlukNya menurut yang dikehendakiNya); bagiNyalah nama-nama yang sebaik-baiknya dan semulia-mulianya; bertasbih kepadaNya segala yang ada di langit dan di bumi dan Dialah Yang tiada bandingNya, lagi Maha Bijaksana. / (24)

Didukung oleh ayat berikut :
 
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Dan Kami (Allah) menurunkan di antara al-Quran itu ada satu ayat yang menyembuhkan dan rahmat bagi orang yang beriman (Al-Isra: 82) dan hadis: 
Sabda Rasulullah SAW, الدعاء سلاح المؤمن iaitu doa itu senjata orang mukmin,
Ayat Pemecah Kebuntuan
(Al-Hasyr: 21-24)
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
لَوۡ أَنزَلۡنَا هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ۬ لَّرَأَيۡتَهُ ۥ خَـٰشِعً۬ا مُّتَصَدِّعً۬ا مِّنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِ‌ۚ وَتِلۡكَ ٱلأ مۡثَـٰلُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ (٢١
Artinya; (20) Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini ke atas sebuah gunung, nescaya engkau melihat gunung itu "Khusyuk" serta pecah belah kerana takut kepada Allah dan (ingatlah), misal-misal perbandingan ini Kami kemukakan kepada umat manusia, supaya mereka memikirkannya.
 
(Ayat ini menerangkan bahwa seandainya gunung-gunung itu diberi akal pikiran dan perasaan seperti yang telah dianugerahkan kepada manusia, kemudian diturunkan Alquran kepadanya, tentulah gunung-gunung itu akan tunduk kepada Allah, bahkan hancur lebur karena takut kepada-Nya. Tetapi Alquran tidak diperuntukkan bagi gunung, melainkan untuk manusia.
Ayat ini merupakan peringatan kepada manusia yang tidak mau menggunakan akal pikiran dan perasaan yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka.
Mereka lebih banyak terpengaruh oleh hawa nafsu dan kesenangan hidup di dunia sehingga hal itu menutup akal dan pikiran mereka. Karena takut kehilangan pengaruh dan kedudukan, maka mereka tidak mau mengikuti kebenaran. Ayat ini juga menunjukkan tingginya nilai Alquran tidak semua makhluk Allah dapat memahaminya dengan baik maksud dan tujuannya. Untuk memahamainya harus mempunyai persiapan-persiapan tertentu, antara lain ialah dengan menggunakan akal pikirannya dan membersihkan hati nuraninya, disertai dengan niat yang setulus-tulusnya dan beribadah senantiasa khusuk.) 

 Syaikh Luqman tentang Khusuk menerangkan :
 Pertama-tama harus kita ketahui bahwa Allah tidak pernah memerintahkan kita untuk khusyu' dalam shalat. Dalam Al-Qur’an maupun hadits tidak ada satu kalimat pun yang berbentuk fi'il ‘amr (kalimat perintah) tentang khusyu'. Kenapa ? Karena Allah Maha Tahu bahwa manusia memang mengalami kesulitan untuk bisa khusyu' sekalipun dia itu seorang ulama atau kiai. Memang belum ada pakar tentang khusyu' dalam sejarah intelektual Islam yang benar-benar representatif.

Bahasa Al-Qur'an menyebut orang yang khusyu' dengan sebutan khâsyi’ûn sebagaimana dalam firman Allah : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya” (Q.S. al-Mu'minun [23] : 1-2). Bentuk kata khâsyi’ûn, adalah bentuk fa’il, bukan kata perintah tetapi semacam penghargaan luar biasa bahwa Anda termasuk orang-orang khusyu'. Karena itu, Anda sebagai fa’il, atau pelaku khusyu'.
Cukup menarik apa yang pernah diungkapkan oleh Syaikh Ibn Athaillah as-Sakandari, pengarang kitab al-Hikâm.
Beliau mengatakan : “Jika Anda ingin shalat khusyu' lalu Anda berusaha sekuat tenaga untuk khusyu', Anda malah tidak bisa khusyu’.” Inilah bukti jika seseorang yang sedang shalat dikhusyu'-khusyu'kan, apalagi dadanya ditekan-tekan untuk khusyu' akhirnya malah tidak bisa khusyu'. Kenapa ? Karena keinginan Anda untuk khusyu' itu merupakan bagian dari hawa nafsu. Hawa nafsu untuk ingin khusyu', oleh sebab itu Anda malah terhalang dari khusyu' itu sendiri. Lalu bagaimana caranya khusyu' ?
Beliau melanjutkan : “Caranya khusyu', yaitu ketika Anda menyadari bahwa shalat Anda tidak khusyu' itu adalah takdir dari Allah. Terimalah takdir Allah saat itu bahwa Anda tidak atau belum ditakdirkan khusyu.” “Ya Allah, aku terima bahwa saat ini aku belum bisa khusyu'." Kelak Anda dihantar khusyu' oleh Allah. Jadi khusyu' itu lebih sebagai al-ahwâl itu sendiri.

Apakah al-ahwâl itu ? Jika disebut : La haulâ walâ quwwata illâ billâh, artinya : “Tidak ada kekuatan secara batin dan kekuatan lahir kecuali bersama Allah." Karena dari kalimat haulun ini berkembang jamaknya menjadi ahwâl. Ini adalah kondisi ruhaniah, ketika kita khusyu’, masuklah di dalam ahwâl al-qalb, karena itu merupakan gerak-gerik hati kita. Khusyu' itu tentu bersemayam di dalam hati, bukan dalam tingkah laku. Jika Anda berjalan dengan menekuk leher Anda, menunduk, itu tidak bisa dibilang bahwa Anda orang yang khusyu'. Dulu ada seorang pemuda yang seperti itu, lalu dibentak oleh Sayyidina Umar : “Hai fulan, khusyu' itu bukan di situ” (khusyu' itu di dada Anda).
Jadi, khusyu' pada akhirnya membutuhkan elemen-elemen yang mendukung. Dukungan khusyu' itu antara lain al-khudhû’. Artinya ketundukan hati kepada Allah. Orang khusyu' juga harus mempunyai perasaan at-tawakkul (kepasrahan). Artinya ketika kita shalat, dzikir menghadap Allah, mestinya hati kita juga harus pasrah menghadap kepada Allah. Jiwa Anda, bagaikan sajadah yang Anda gelar. “Ya Allah, inilah saya, apa adanya, kupasrahkan lahir batin saya kepada-Mu ...”
Anda, jangan menghadap Allah, seperti orang yang mengajukan proposal : "Ya Allah, sudah sekian tahun saya sujud, dzikir, wirid, tahajud, maka saya mohon dipenuhi permintaan saya ...”

Pada saat itu seseorang merasa menutupi kelemahannya. Dia melebih-lebihkan dirinya, padahal Allah itu butuh ash-shidqu (kejujuran hati), bukan kejujuran mulut. Allah Mahasenang kepada orang-orang yang jujur di hadapan-Nya. "Ya Allah, saya ini lebih banyak jeleknya daripada baiknya ..." Tuhan, Allah lebih senang kepada orang seperti itu, daripada yang mengatakan : “Ya Allah, saya sudah melakukan ini dan itu..., namun do'a saya belum juga dikabulkan...” Lebih baik bicara apa adanya kepada Allah. Itulah antara lain usaha khusyu'.
Selanjutnya, dalam Al-Qur'an disebutkan : “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingatAllah.” (Q.S. al-Hadid [57] : 10)

...Semoga Isteriku (Khairani Sgr) dan Anak-anak ku (Akram Raysa, Salsabila Raysa dan Muhammad  Hafis Raysa) menjadi orang yang sholeh dan soleha.... 

...Minal aidil wal faizin...mohon maaf lahir dan batin...