...semoga semua pihak yang terlibat dengan tulisan ini medampat pahala dari Allah, penulis maupun yg membaca Nya...Insya Allah...amin....

freej

Thursday 29 August 2013

Al Qiyamah (QS 75)


Surat Al Qiyaamah terdiri atas 40 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Qaari’ah. Dinamai Al Qiyaamah (hari kiamat) diambil dari perkataan Al Qiyaamah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Pokok-pokok isinya:
Kepastian terjadinya hari kiamat dan huru-hara yang terjadi padanya; jaminan Allah terhadap ayat-ayat Al Quran dalam dada Nabi sehingga Nabi tidak lupa tentang urutan arti dan pembacaannya; celaan Allah kepada orang-orang musyrik yang lebih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat; keadaan manusia di waktu sakaratul maut.
Surat Al Qiyaamah menerangkan tentang hari kiamat, disertai bukti-buktinya dan keadaan pada hari kiamat tersebut.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ
[75:1] Aku bersumpah demi hari kiamat,
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
[75:2] dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).
أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَلَّن نَجْمَعَ عِظَامَهُ
[75:3] Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَن نُّسَوِّيَ بَنَانَهُ
[75:4] Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.
بَلْ يُرِيدُ الْإِنسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ
[75:5] Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.
يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ
[75:6] Ia berkata: “Bilakah hari kiamat itu?”
فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ
[75:7] Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),
وَخَسَفَ الْقَمَرُ
[75:8] dan apabila bulan telah hilang cahayanya,
وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ
[75:9] dan matahari dan bulan dikumpulkan,
يَقُولُ الْإِنسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ
[75:10] pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat berlari?”
كَلَّا لَا وَزَرَ
[75:11] sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!
إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ
[75:12] Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.
يُنَبَّأُ الْإِنسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ
[75:13] Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
بَلِ الْإِنسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ
[75:14] Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,
وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ
[75:15] meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ
[75:16] Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
[75:17] Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
[75:18] Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ
[75:19] Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ
[75:20] Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ
[75:21] dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ
[75:22] Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri.
إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
[75:23] Kepada Tuhannyalah mereka melihat.
وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ
[75:24] Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram,
تَظُنُّ أَن يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ
[75:25] mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.
كَلَّا إِذَا بَلَغَتْ التَّرَاقِيَ
[75:26] Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan,
وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ
[75:27] dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”,
وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ
[75:28] dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia),
وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ
[75:29] dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan),
إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ
[75:30] kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.
فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّى
[75:31] Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al Qur’an) dan tidak mau mengerjakan shalat,
وَلَكِن كَذَّبَ وَتَوَلَّى
[75:32] tetapi ia mendustakan (Rasul) dam berpaling (dari kebenaran),
ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى أَهْلِهِ يَتَمَطَّى
[75:33] kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong).
أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى
[75:34] Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu,
ثُمَّ أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى
[75:35] kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu.
أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى
[75:36] Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَى
[75:37] Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى
[75:38] kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,
فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى
[75:39] lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.
أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَن يُحْيِيَ الْمَوْتَى
[75:40] Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?

...semoga (bertahap) pesan Allah ini bisa kita laksanakan...

Tuesday 13 August 2013

Surat Al-Muddatsir (QS 74)



Pendahuluan
Al-Walid Ibn al-Mughirah, seorang tokoh sastrawan Arab, setelah mendengar sendiri bacaan al-Quran dari Nabi Muhammad saw merasa sangat terpesona dan menyatakan, bahwa bacaan al-Quran tersebut sangatlah indah dan tak mungkin ada orang yang mampu menandinginya. Dari ini tampak bahwa al-Walid sudah akan memeluk agama Islam, namun dengan cepat Abu Jahal mengancam dan melarangnya, sehingga turunlah surat al-Muddatsir ayat 11.
Memang terdapat dua riwayat tentang peristiwa menjelang turunnya surat al-Muddatsir ini, khususnya untuk ayat 1-7, namun kisahnya menjadi satu-kesatuan yang saling mendukung, sebagaimana halla dengan kisah yang melatarbelakangi turunnya surat al-Muzammil.


Tema dan Kandunga nSurat al-Muddatsir
Ketika Rasulullah saw pulang dari gua Hira, beliau mendengar sesuatu dan mencarinya, namun tak dijumpainya, maka dengan segera beliau meminta isterinya untuk menutupinya dengan selimut. Kemudian turunlah surat al-Muddatsir dan al-Muzammil, yang secara singkat dapat diungkap sebagai berikut:

A. Allah menyuruh Nabi Muhammad saw agar melepaskan selimutnya dan bergegas menyerukan dakwah Islam, mengajak manusia untuk masuk Islam, khusunya untuk melaksanakan hal-hal berikut:
- mengagungkan nama Allah.
- Mensucikan diri lahir dan batin.
- Menjauhi perbuatan dosa dan noda.
- Memperbanyak sedekah, serta tak mengharapkan balasan atasnya.
- Memperteguh tekad hati, bermental baja, serta tidak berputus asa dalam mengabdi dan menyembah Allah Ta’ala (ayat 1-7)

B. hari Kiamat merupakan saat yang sulit, khusunya bagi orang-orang kafir. Maka biarkanlah mereka sibuk menumpuk harta, membanggakan anak dan keturunannya seraya menentang ajaran Islam dan munudh Nabi saw sebagai tukang sihir. Dan sesungguhnya mereka itu akan dimasukkan ke dalam neraka saqar (ayat 8-29)

C. adapun neraka itu dijaga oleh 19 malaikat, maka angka ini menjadi suatu ujian bagi orang-orang kafir, dan agar orang-orang ahli kitab menjadi yakin serta orang yang beriman makin bertambah tebal keimanannya (ayat 30-31).

D. Sesungguhnya peredaran benda-benda angkasa di malam ini telah menjadi peringatan bagi manusia, bahwa setiap insane itu tidak akan dapat terbebas dari cacatan amal perbuatan selama hidupnya, dan sesungguhnya siapa yang suci dari dosa, maka dia akan memperoleh kebahagiaan di surga, sedangkan orang-orang yang tidak mau melaksankan shalat serta tidak mau beramal shalih dan mereka mengucapkan kata-kata kotor serta mendustakan agama, maka sesungguhnya mereka itu akan masuk ke dalam neraka saqar (ayat 32-48)

E. Sesungguhnya orang-orang kafir memiliki sifat keras kepala serta tak takut akan azab akhirat, maka sesungguhnya mereka itu sangat sesat dan jauh dari tuntunan agama. Namun bagaimanapun juga orang yang mau menerimanya. Dan tak akan mau menirama ajaran al-Quran, kecuali orang-orang yang bertaqwa dan beristighfar (ayat49-56)
Renungan
Setelah memperhatikan kandungan al-Quran surat 74 ayat 1-56, maka timbul beberapa renungan, yakni:
a. Masalah
1) Bagaimana situasi dan kondisi masyarakat pada saat itu?
2) Dengan kondisi dan situasi yang demikian, bagaimanakah metode dakwah yang dilaksanakan oleh Rasulullah?
b. Tafsir dan Analisa
Allah selalu mengirim rasul kepada tiap-tiap umat, sejak Nabi Adam as. Sampai Nabi Muhammad saw (lihat surat Yunus ayat 47, surat al-Nahl ayat 36, surat Fathir ayat 24). Adapun sebelum diutunya Nabi Muhammad saw, maka terjadilah “fatratun minar rasul”, maksudnya masa yang kosong dari rasul, sebagaiman disebutkan dalam surat al-maidah ayat 19.
Dan pada masa lalu telah datang beberapa orang nabi dan rasul yang waktunya hamper dan bahkan bersamaan, seperti Nabi Musa dan Nabi Harun, Nabi dawud dengan Nabi Sulaiman, Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail, dan Nabi Zakariya dengan Nabi Isa.
Setelah kurang lebih 571 tahun manusia mengalami masa kekosongan dari keberadaan nabi dan rasul, khususnya masyarakat Arab, maka diutuslah Rasulullah saw. Adapun bangsa Arab, pada dasarnya mereka mengikuti ajaran Nabi Ibrahim, tetapi setelah ditinggal Nabi Ibrahim sedemikian lamanya, maka bangsa itu makin lama makin menyimpang dari ajaran Ilahi. Dan sebelum datangnya Nabi Muhammad saw, bangsa Arab mengalami suatu masa yang disebut “Jahiliyah”
Manurut bahasa, Jahiliyah berarti kebodohan, namun secara istilah, menut=rut ahmad Amin Jahiliyah berarti suatu sikap mental yang enggan untuk berlapang dada. Sehingga pada orang yang bersangkutan sering melakukan tindakan sebagaimana orang yang bodoh, misalnya berlaku sombong, cepat marah, suka bermusuhan, keras kepala dan sebagainya.
Pada masa jahiliyah, masyarakat Arab memiliki suatu kepercayaan dan kebebasan yang sangat bertentangan dengan kehendak Allah swt, seperti menyembah berhala, melakukan perbudakan, memandang rendah kaum wanita, gemar melakukan peperangan antar suku, gemar berjudi dan minum minuman keras, percaya pada tahayul dan khurafat serta melakukan berbagai kemungkaran lainnya. Namun, meskupun zaman Jahiliyah terkenal dengan berbuatan yang jelek , toh sebenarnya masa itu terdapat beberapa kepercayaan dan kebiasaan yang baik, seperti menghormati bulan-bulan haram, menghormati Ka’bah, melakukan haji, bermurah hati dalam menghormati tamu dan lain-lain.
c. Metode dakwah
Rasulullah saw dalam melaksanakan dakwa benar-benar mengikuti petunjuk Tuhan, yaitu berdasarkan proses turunnya wahyu, sehingga dakwah itu selalu tepat dan sesuai dengan situasi serta kondisi yang ada. Dimana dakwah itu disesuaikan menurut kemampuan si penerima, dan dakwah itu dilakukan dengan sangat hati-hati sedikit demi sedikit, sebab masyarakat Arab saat itu masih sangat terbelenggu oleh kepercayaan dan kebiasan Jahiliyah.
Aisyah ra berkata:
Sesungguhnya yang pertama kali turun ialah surat-surat al-Mufashshal, yang menyebutkan tentang surga dan neraka, dan ketika orang-orang telah kuat keislamannya, maka turunlah ayat-ayat tentang halal dan haram. Dan seandainya ayat yang pertama kali turun berbunyi: “Janganlah kamu minum minuman keras!”, pasti mereka akan menjawab, “Kami tidak akan meninggalkan minuman keras itu selama-lamanya”. Dan seandainya ayat yang pertama kali turun berbunyi: “Janganlah kamu berzina!”, pasti mereka akan berkata, “Kami tidak akan meninggalkan zina itu selama-lamanya”.(HR. Bukhari)
Muhammad Abu Zahrah menyatakan, bahwa al-Quran yang turun ketika Nabi Mumamad saw di Makkah atau pada masa sebelum hijrah, hamper semuanya berkenaan dengan masalah aqidah dan akhlak. Sedangakn ayat-ayat al-Quran yang turun setelah beliau berhijrah ke Madinah, berisi masalah hukum, politik, kenegaraan, kerumah-tanggaan, kemasyarakatan, perjanjian perdamaian serta hal-hal lain yang serupa
Kita lihat bahwa al-Quran turun secara berangsur-angsur, seperti turunnya al-‘Alaq ayat 1-5, surat an-Nur 11-21, surat al-Mu’min 1-10, kadangkala sepotong ayat saja sebagaimana yang tercakup dalam surat al-Nisa’ 95 dan adakalanya juga satu surat secara lengkap, seperti surat Yusuf. Dan secara keseluruhan, menurut perhitungan Syaikh Khudari, al-Quran diturunkan selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Semua itu membuktikan bahwa dakwah yang ditempuh oleh Nabi berangsur-angsur sesuai dengan kemampuan akal dan perasaan penerimanya, dari ajaran yang paling ringan hingga yang sempurna.
d. Perkembangan social masyarkat Arab
Melihat cara dakwah Rasulullah yang bijaksana itu, maka tercatatlah perkembangan orang-orang yang memeluk agama Islam, yaitu sebagai berikut:
- Tahun pertama Bi’tsah (masa diutusnya Rasulullah saw), telah masuk Islam: Khadijah, Waraqah, Abu Bakar, Zaid, Bilal dan Salman.
- Tahun kelima hingga ketujuh Bi’tsah, orang yang telah masuk Islam serta hijrah ke Abessina yang pertama kali adalah 14 orang, dan mereka termasuk orang-orang yang jiwa Islamnya sangat militant.
- Waktu hijrah Abessina kedua, jumlah mereka yang turut serta adalah 48 orang.
- Tahun kedua belas hingga ketiga belas Bi’tsah, terjadi bai’at ‘Aqabah I yang diikuti 12 orang.
- Pada bai’at ‘Aqabah kedua yang turut serta dalam bai’at berjumlah 70 orang.
- Pada tahun Hijrah pertama, yang turut hijrah ke Madinah berjumlah lebih dari 200 orang.
- Tahun kedua hingga ketiga Hijrah, sejumlah 313 orang pasukan Islam telah mengalahkan 950 orang pasukan kafir Makkah.
- Tahun ketiga Hijrah, dalam perang Uhud, tentara kafir berjumlah 3000 orang tak mampu mengalahkan pasukan Islam yang berjumlah 700 orang personil.
- Tahun kedelapan hingga kesepuluh Hijrah, pasukan Islam sebanyak 10.000 orang telah berhasil menaklukan kota Makkah dan mengalahkan pasukan kafir.
- Tahun kesepuluh Hijrah, dalam perang Hunain, pasukan Islam berjumlah 12.000 orang personil.
- Pada tahun yang sama, dalam perang Tabuk, pasukan Islam berjumlah 30.000 orang personil.
- Pada tahun kesebelas Hijrah, yang mengikuti haji wada’ bersama Rasulullah saw adalah 90.000 sahabat.
- Menjelang Rasulullah wafat, jumlah sahabat yang pernah mendengar, melihat atau turut meriwayatkan hadits dari beliau jumlahnya tak kurang dari 114.000 orang.
- Dan Rasulullah saw wafat pada tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun sebelas Hijrah, yang bertepatan dengan tanggal 7 Juni 632 M. dari gambaran tersebut, jelas telah terjadi suatu perubahan social yang sangat drastic, yaitu dari masyarakat yang sangat menentang dakwah Islam menjadi suatu masyarakat yang sangat Ideal dan menjadi umat percontohan bagi para arsitek yang hendak membangun masyarakat Islam sepanjang masa

Saturday 3 August 2013

Surah Al-Muzzammil (QS 73) (Wahyu Ketiga) Ayat-ayat tazkiyah.




Ada ulama yang berkata bahwa didalam Surat Al-Muzzammil ada 6 azimat yang dapat membersihkan jiwa dan menyuburkan iman yang telah terpatri setelah menghayati Wahyu pertama Surah Al-'Alaq: 1 – 5. dan Surah Al-Qalam : 1 – 7. Keenam azimat itu adalah :
Shalat lail, Baca Al-Qur'an, Zikir,Tawakkal, Shabar,Hijrah.
.

1. Shalat Lail

Sering dianalogikan bahwa kalau kita melakukan shalat lail dengan baik sama dengan  menghadap Allah SWT di kantornya. Artinya kita diterima secara khusus. Kita dapat berdialog dengan enak, mengajukan dan mengadukan segala problem  yang kita tengah hadapi. Karena seolah-olah cuma kita berdua dengan Tuhan. Apalagi kalau do'a kita diiringi dengan cucuran air mata yang menandakan kesungguhan kita berdo'a. Akan muncul keyakinan bahwa Tuhan akan mengijabah do'a kita. Beda dengan shalat fardhu waktu pelaksanaannya rawan dengan gangguan. Apalagi seperti shalat Dhuhur dan Ashar. Sehingga sangat sulit kita berdo'a dengan khusyu'. "Sesungguhnya pada siang hari kamu mempunyai urusan yang banyak" (S.Al-Muzzammil: 7).

Kenapa banyak orang yang tidak menganggap penting shalat lail itu? Dijelaskan Ustadz Abdullah Said bahwa pada awalnya shalat lail ini memang diwajibkan yakni pada saat shalat fardhu lima waktu belum ada. Maka setelah shalat lima waktu itu diwajibkan turunlah status shalat lail ini menjadi shalat sunat. Ditambah lagi dengan adanya definisi yang dibuat ulama bahwa, "Yang  sunnat itu apabila dikerjakan mendapat pahala dan kalau ditinggalkan tidak apa-apa", akhirnya bertambah kecillah arti shalat lail itu. Mestinya definisi itu berbunyi, "yang sunat apabila dikerjklan mendapat pahala dan rugi bila ditinggalkan ".

Keutamaan shalat lail sering dijelaskan dengan mengutip ayat-ayat Al-Qur'an seperti dalam Surah As-Sajdah :16 bahwa orang yang selalu melaksanakan shalat lail dijanjikan oleh Allah SWT akan diberi cendramata yang sangat menarik kelak dihari kemudian. Hadiah yang sangat menyenangkan (qurrata a'yun).

Selain itu didalam kehidupan dunia ini akan memiliki qaulan tsaqila, ucapan yang berbisa atau berwibawa. Ini sangat penting dimiliki oleh seorang muballigh agar materi-materi yang disampaikan mendapat perhatian karena diantar dengan getaran-getaran kewibawaan. Seperti yang terjadi pada kasus Da'tsur ketika mengambil pedang yang terletak di dekat Nabi pada waktu beliau sedang tidur dengan maksud ingin mencelakakan Nabi. Da'tsur bertanya ,"Siapa yang akan menolong engkau Muhammad dari tebasan pedang yang akan kutetakkan padamu ini"?. Nabi spontan menjawab, "Allah". Dengan kata-kata itu pedang jatuh dari tangan Da'tsur. Itu adalah pengaruh getaran kewibawaan yang dimiliki Nabi yang membuat Da'tsur tidak berdaya. Ketika pedang itu dipungut Nabi lalu mengatakan, "Sekarang, siapa yang dapat menolongmu dari tebasan pedang yang ada di tanganku ini?". Dia menjawab sambil gemetar, "Tidak ada yang bisa menolong aku selain engkau, ya Muhammad". Da'tsur dilepaskan untuk pulang ke rumahnya. Tapi justru sikap nabi ini yang membuat dia menyatakan diri masuk Islam.

Allah SWT juga menjanjikan kepada orang yang selalu melakukan shalat lail yakni maqaman mahmuda, kedudukan yang terpuji, seperti yang tercantum dalam Surat. Al-Isra: 79:

"Dan pada sebagian malam laksanakanlah shalat tahajjud sebagai ibadah tambahan buat kamu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji".

Bukan untuk kepentiingan pribadi sehingga kita memerlukan kedudukan yang terpuji, tapi untuk kelancaran jalannya da'wah. Manakala kita telah ditempatkan masyarakat pada kedudukan yang terhormat, akan mudahlah kita mengintrodusir materi-materi pembinaan. Namun kalau sebaliknya yang terjadi, masyarakat belum mau menerima kehadiran kita akan menjadi sulitlah kita menyampaikan pesan-pesan suci yang semestinya kita sampaikan.

Dalam Surah Al-Isra:80 dinyatakan Tuhan, "Masukkanlah aku dengan cara yang baik, keluarkanlah aku dengan cara yang baik. Dan berikanlah dari sisiMu kekuasaan yang menolong".

Kita tidak tahu persis bagaimana wujud kekuasaan yang menolong ini. Tapi termasuk kekuasaan politik yang dimanfaatkan untuk kepentingan perjuangan Islam. Tentu kekuasaan yang diridhai Allah seperti yang diminta oleh Nabi: "Ya Allah, berikan kepadaku kekuasaan itu, kekuasaan yang langsung datang dari Engkau. Karena perintah-perintah Engkau tidak dapat berjalan lancar dalam masyarakat manusia kalau kekuasaan itu tidak ada padaku"

Wujudnya dapat dalam bentuk mendapat jabatan seperti Bupati, Walikota, Gubernur, Menteri atau Presiden lalu kekuasaan itu digunakan untuk menjalankan syari'at Islam.  Atau seperti yang sering disampaikan oleh Ustadz Abdullah Said bahwa tidak usahlah kita menjadi Bupati, Gubernur, Menteri atau Presiden tapi kita dapat mengatur Bupati, Gubernur, Menteri atau Presiden. Itu kan kebih hebat. Dan itu bisa peroleh kalau shalat lail kita mantap sehingga kita mendapatkan kharisma yang tinggi.

Banyak sekali lintasan-lintasan ilhami yang diperoleh didalam pelaksanaan shalat lail di bulan Ramadhan ini yang nilainya sangat tinggi, khususnya dalam upaya pengembangan missi Islam. Terkadang lintasan ilhami itu waktunya sangat singkat tapi kalau dinilai mutunya terkadang lebih tinggi dari hasil yang diperoleh selama 12 tahun menimba ilmu dibangku kuliah. Bagaimana logikanya ? Harus dialami barulah dapat memahami makna kalimat ini.

Dalam waktu-waktu tertentu shalat lail berjama’ah sering juga dilaksanakan di luar bulan Ramadhan, misalnya didalam menghadapi problem yang sulit dipecahkan. Sangat dirasakan hasil dari shalat lail ini. Ada yang mengemukakakan bahwa dapat kita buktikan secara lahiriyah. Sederhananya, coba shalat lail 7 malam berturut-turut. Sebelum shalat lail berfoto dulu. Kemudian sesudah shalat lail 7 malam berturut-turut berfoto lagi.  Lihat bedanya, pasti wajah  akan kelihatan bersinar.

Menurut pengalaman pelaku shalat lail, kalau shalat lail kita berhasil minimal kalau kita bangun pagi perasaan jadi segar, semua nampak indah, alam terasa bersahabat,  istri nampak lebih cantik dari hari-hari sebelumnya, anak-anak nampak lebih lucu dan menggembirakan. Itu berarti ada yang diperoleh dalam shalat lail. Tapi apa yang diperoleh itu bisa segera lenyap manakala kita melakukan dosa, berbuat pelanggaran. Yang paling sering dilakukan adalah bohong , hati-hatilah dengan kebohongan. Masih banyak lagi manfaat yang jauh lebih besar yang akan kita peroleh lewat Shalat lail.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 2013