“Apabila
bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada
hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam,
supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikansekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatansekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 1-8)
Apa itu Zalzalah? Surat Az-Zalzalah, yang bermakna guncangan, banyak sekali mengandung
pelajaran yang bisa kita petik. Paling tidak, ada 5 point penting yang
bisa kita petik dari surat Az-Zalzalah.
Pertama, tentang kedudukan atau
posisi surat Az-Zalzalah. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan salah satu
hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah saw menyampaikan bahwa Surat
Az-Zalzalah itu setara dengan setengah Al-Quran, surat Al-Ikhlas setara
dengan 1/3 Al-Quran, dan surat Al-Kafirun setara dengan ¼ Al-Quran.
Dalam
kesempatan lain, rasul juga pernah menanyakan kepada salah seorang
sahabatnya yang belum menikah, dengan alasan tidak memiliki mahar,
apakah dia hafal surat Az-Zalzalah? Ketika dijawab bahwa dia hafal, maka
rasul menyuruh sahabat tersebut menikah, dengan mahar surat
Az-Zalzalah. Ini menunjukkan bahwa surat Az-Zalzalah memiliki keutamaan
yang sangat besar, sesuai hadits nabi tersebut di atas. Maka dapat kita
pahami, kenapa Imam As-Syahid Hasan Al-Bana ketika menyusun Wadzifah
kubra dalam Al-Ma’tsurat, salah satu wiridnya adalah surat Az-Zalzalah.
Pelajaran
kedua dari surat Az-Zalzalah adalah makna guncangan yang Allah sebutkan
dalam ayat 1 surat tersebut, yang terjemahnya:” Apabila bumi
diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat” menurut penafsiran Ibnu
Katsir, guncangan ini adalah guncangan yang terjadi di hari kiamat
nanti, dimana pada saat itu bumi akan diguncangkan dari
porosnya/langsung dari pusat sumbunya. Kita bisa bayangkan pada saat
gempa terjadi tahun 2004 lalu di Mentawai, NAD dengan kedalaman pusat
gempa 10 km saja, efeknya bisa menimbulkan tsunami dengan ketinggian
gelombang lebih dari 4 meter. Padahal kedalaman poros bumi masih sangat
jauh dari jarak tersebut. Jadi meskipun guncangan yang dimaksud dalam
surat tersebut adalah guncangan hari kiamat,
tapi sebetulnya terjadinya banyak gempa, bisa menjadi pelajaran yang
sangat berharga buat kita, bahwa betapa dahsyatnya nanti kejadian yang
akan dialami pada hari kiamat.
Di samping itu, terjadinya banyak gempa. baik tektonik ataupun
vulkanik, juga menjadi salah satu tanda dekatnya hari kiamat, seperti
yang rasul sampaikan.
Selanjutnya pelajaran ketiga ada pada ayat
yang berikutnya, dimana Allah menyampaikan “dan bumi telah mengeluarkan
beban berat yang dikandungnya. Apa yang dikeluarkan oleh bumi? Yang
dikeluarkan oleh bumi pada saat itu adalah jasad-jasad manusia yang
sudah hancur, dan selama ini sudah terkubur di dalam bumi. Jasad-jasad
tadi bermunculan seperti jamur yang tumbuh di musim hujan, dan
keluar/muncul dalam keadaan yang berbeda-beda. Ada yang keluar dengan
muka berseri-seri, ada yang keluar dengan muka yang gelap/hitam. Keadaan
yang demikian terkait dengan tingkah laku seseorang pada saat masih di
dunia. Selain jasad manusia, bumi juga akan mengeluarkan beban-beban
lain, semacam emas perak, dan barang-barang tambang lain. Dalam sebuah
hadits diceritakan bahwa saat bumi mengeluarkan emas perak, berkatalah
seorang pembunuh,. Karena sebab inilah (emas perak, dulu saya menjadi
pembunuh. Kemudian berkatalah orang yang memutuskan silaturahim, Oleh
sebab inilah saya dulu memutuskan hubungan silaturahim. Berkata juga
seorang pencuri. Oleh sebab ini pula saya dulu mencuri. Demikian hadits
yang dikutip oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Dalam hadits tersebut
terlihat betapa manusia pada akhirnya menyadari, dan akan menyesal,
bahwa kecintaannya terhadap dunia telah menjadikan dirinya lupa dan
buta, sehingga melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan Allah,
yang membuat kecelakaan bagi dirinya di Yaumil akhir nanti. Cinta
kepada dunia (penyakit wahn) inilah, penyakit yang banyak menjangkiti
umat Islam, seperti pernah disinyalir oleh Rasulullah dalam salah satu
hadits, bahwa suatu saat nanti umat Islam akan menjadi rebutan umat
lain, seperti hidangan yang diperebutkan. Kemudian para sahabat
bertanya. Ya Rasulullah, apakah karena jumlah kita pada waktu itu
sedikit? rasul menjawab: bahwa jumlah kalian pada saat itu banyak, akan
tetapi kalian terkena penyakit wahn. Sahabat bertanya: apa itu penyakit
wahn ya Rasulullah, beliau menjawab: cinta dunia dan takut mati. Sehingga kondisi kalian seperti buih di atas lautan, yang mudah untuk terombang-ambing.
Jika
kita cermati kondisi yang pernah menimpa bangsa Indonesia, makna bahwa
bumi mengeluarkan beban berat yang dikandungnya, bisa kita hubungkan
dengan banyaknya material-material berat yang telah dimuntahkan oleh
gunung merapi. Total muntahan lava dan lahar selama erupsi merapi
beberapa waktu lalu, tercatat sampai 140 juta kubik, lebih tinggi dari
jumlah yang telah dikeluarkan merapi pada erupsi tahun 2006 (sumber
republika). Keluaran semua material tersebut, dibarengi dengan keluarnya
awan panas, telah banyak memakan korban jiwa. Di sinilah kesadaran kita
sampai pada sebuah titik bahwa kekuasaan Allah swt sungguh sangat
dahsyat, wallahu ala kulli syain qadir.
Kelanjutan ayat dari surat
Az-Zalzalah yang harus kita renungkan dan menjadi pelajaran keempat
adalah: “Pada hari itu, bumi menceritakan beritanya.“ Apa yang
diceritakan oleh bumi? Bumi akan menceritakan seluruh perbuatan manusia
yang menapaki/menempatinya. Bumi akan menjadi saksi. Ya, saksi yang akan
hadir dalam pengadilan Allah terhadap manusia di yaumil akhir nanti.
Tidak ada sejengkal bumi pun yang pernah kita lalui, yang pernah kita
injak, yang pernah kita diami, yang pernah kita lewati, kecuali dia akan
menjadi saksi atas apa yang pernah kita lakukan di atasnya. Semakin
banyak bumi yang kita injak, semakin banyak yang akan menjadi saksi,
apakah kebaikan atau kejahatan yang kita lakukan. Jika selama hidup di
dunia kita banyak melakukan kebaikan, maka semakin banyak tempat yang
kita lalui, berarti akan semakin banyak saksi yang meringankan kita pada
saat pengadilan Allah nanti. Maka renungkanlah dan rasakanlah, setiap
jengkal tanah dimana kita menapak di atasnya, sesungguhnya bumi/tanah
tersebut tidak ubahnya seperti CCTV yang akan selalu merekam setiap
jejak langkah kita.
Yang empat, apa yang bisa kita ambil
pelajaran dari surat Az-Zalzalah adalah firman-NYA yang menegaskan
bahwa: “Dan barangsiapa berbuat kebajikan meskipun seberat biji dzarah,
maka dia akan mendapat balasannya, dan barangsiapa berbuat kejahatan,
meskipun seberat biji dzarah, maka dia juga akan mendapatkan balasannya.
Di mata Allah, semua yang dilakukan oleh hambanya, tidak ada yang
terluput, tidak ada yang disepelekan, meskipun kelihatannya kecil.
Berbeda dengan manusia, kadang manusia suka meremehkan hal-hal yang
kecil, mengabaikan dan tidak memberikan penghargaan. Tapi bagi Allah
tidak demikian, Sekecil apapun perbuatan yang dilakukan oleh manusia, di
hadapan Allah akan ada nilai dan konsekuensinya Jadi jangan pernah
menganggap remeh melakukan perbuatan dosa, meskipun kecil, karena tidak
ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus. Sebaliknya juga jangan
meremehkan melakukan kebaikan meskipun sesuatu yang kelihatannya kecil.
Misalnya tersenyum dan bermuka manis kepada teman. Sesuai dengan yang
disampaikan Rasulullah saw bahwa “Tabbasumuka fi wajhi akhika laka shadaqah”
senyummu untuk saudaramu itu bernilai sedekah. Contoh lain misalnya
mengusap dan memeluk anak kita (khususnya yang masih kecil), jika kita
lakukan dengan penuh kasih sayang, hal ini akan menjadi bernilai ibadah,
dan berdampak positif bagi anak kita. Anak kita akan merasakan
kedamaian dan ketenteraman, merasakan kasih sayang yang tulus dari orang
tuanya. Pada gilirannya anak yang terbiasa mendapatkan kasih sayang,
maka dia akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih sayang.
Terkait
dengan ayat tersebut, Rasulullah saw pernah berpesan kepada Aisyah ra, “
Wahai Aisyah, selamatkan dirimu dari api neraka, meskipun hanya dengan
sebutir kurma”. Mungkin kita bertanya, mungkinkah hanya dengan sebutir
kurma kita bisa menyelamatkan diri dari api neraka? jawabannya sangat
mungkin. Bukankah jika memang hanya sebutir kurma yang kita miliki, dan
barangkali juga itulah satu-satunya yang ada pada kita, maka dengan
pengorbanan kita mampu memberikannya pada orang lain yang membutuhkan,
berarti kita telah mencoba untuk menjadi seorang yang berlaku itsar. Dan
itsar adalah puncak /nilai tertinggi dari ukhuwah. Dan tidaklah seorang
saling bersaudara karena Allah, yang diwujudkan dengan memberi, maka
Allah menempatkannya di surga, bahkan dengan wajah yang bercahaya,
sampai membuat iri para rasul karena cahaya wajahnya yang terang. Maka
lakukan selalu kebaikan, meskipun dari sesuatu yang kecil. Sebarkan
semangat pada saudaramu, meski ujian banyak menerpa jalan dakwah.
Wallahu a’lam
Selamat mengundi Indonesia...Pilkada serentak...semoga Dumaiku memiliki pepmimpin yang "baik"...