...semoga semua pihak yang terlibat dengan tulisan ini medampat pahala dari Allah, penulis maupun yg membaca Nya...Insya Allah...amin....

freej

Thursday, 4 July 2013

Surat Al-Jin (Q.S 72)


Surat Al Jin ayat 7:
وَأَنَّهُمْ ظَنُّوا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَدًا
Dan sesungguhnya mereka (jin) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (Rasul) pun
Faidah:
  1. Sebagian manusia di zaman Jahiliyah dahulu menyangka sudah tidak ada lagi utusan Allah yang akan membawa risalah
  2. Sebagaimana manusia, jin pun ada yang menyangka demikian
  3. Sebagian ahli tafsir menyatakan makna لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَدًا artinya mereka menyangka tidak akan dibangkitkan kelak di hari kiamat.
  4. Adanya keyakinan bahwa makhluk hidup itu ketika mati maka sudah selesai perkara. Tidak dibangkitkan, tidak ada kelanjutan, tidak ada pertanggung-jawaban. Dan keyakinan ini sudah ada sejak dahulu, bahkan para jin juga berkeyakinan demikian.
  5. Manusia dan jin sederajat, dalam hal akal dan potensi ilmu. Jin pun tidak tahu agama yang benar dan keyakinan yang benar jika tidak diberi tahu.
  6. Perkara gaib ada 2: gaib nisbi dan gaib mutlak. Gaib nisbi, karena tidak diketahui sebagian, namun diketahui oleh sebagian yang lain, misal: benda yang ada di balik tembok. Gaib mutlak hanya Allah yang tahu, misal: kapan kiamat terjadi.
  7. Jin, walaupun dia makhluk gaib, tetap tidak tahu perkara gaib mutlak. Dalam kasus ini jin tidak tahu apa yang akan terjadi setelah mati.
  8. Ayat ini dalil bahwa hari kebangkitan itu ada.
  9. Jin bisa mati dan juga akan dibangkitkan kembali sebagaimana manusia.
Surat Al Jin ayat 8:
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا
dan sesungguhnya kami pernah datang ke langit dan mencoba mengetahui (rahasia) langit, namun kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api
Faidah:
  1. Sebagian jin bisa terbang ke langit
  2. Di langit ada penjaga-penjaga
  3. Para ahli tafsir menjelaskan, sebelum Rasulullah di utus, para jin bisa leluasa duduk-duduk di langit lalu terkadang mengetahui berita-berita langit sesuai yang Allah kehendaki untuk mereka ketahui.
  4. Namun setelah Rasulullah di utus, langit dijaga ketat dan ada panah api yang menghujam mereka, sehingga tidak mudah untuk mencuri berita langit.
  5. Sebagian ahli tafsir menjelaskan, hikmah dari hal tersebut adalah untuk menutup peluang bagi manusia untuk mempercayai perkataan para dukun yang membuat manusia ragu atau bahkan menentang isi dari Al Qur’an.
  6. Kata لمس yang arti zhahirnya adalah ‘menyentuh’, terkadang artinya ‘mendatangi untuk melakukan sesuatu’.
Surat Al Jin ayat 9:
وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا
dan sesungguhnya kami (para jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)
Faidah:
  1. Sebagian jin bisa terbang ke langit
  2. Ada tempat-tempat di langit yang dapat diduduki jin
  3. Ayat ini menjelaskan bagaimana cara para jin mendapatkan berita langit, namun setelah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam di utus mereka tidak dapat melakukan cara demikian lagi dengan mudah
  4. Di langit ada panah-panah api yang bisa melukai jin
Surat Al Jin ayat 10:
وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka
Faidah:
  1. Jin asalnya tidak memiliki kemampuan mengetahui perkara gaib mutlak semisal kapan kiamat, kapan si fulan meninggal, apa yang terjadi pada si fulan besok, dan semacamnya.
  2. Jin menetapkan sifat Al Iradah bagi Allah, yaitu bahwa Allah itu berkehendak.
  3. Dahulu jin bisa tahu sebagian perkara gaib yang memang dikehendaki Allah untuk mereka ketahui, berkaitan dengan keburukan atau kebaikan yang akan terjadi pada makhluk di bumi, yaitu cara dengan terbang ke langit dan mendengar berita langit di sana. Namun setelah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diutus mereka tidak dapat melakukan hal demikian lagi.
  4. Jin ini mengabarkan bahwa ketika dahulu dia bisa mendengar kabar dari langit, maka yang dia dengar berupa takdir Allah terhadap makhluk-Nya terbagi menjadi dua macam tujuan, ar rasyad dan asy syarr. Bisa jadi Allah ingin memberikan petunjuk dan kebaikan dibalik itu, bisa jadi juga merupakan adzab dan istidraj yang menambah poin buruk bagi kita di hadapan-Nya.
  5. Dalam ayat ini jin menggunakan kata ar rasyad (hidayah/petunjuk) sebagai lawan dari asy syarr (keburukan), bukan al khair (kebaikan). Ini menunjukkan bahwa jin ini paham benar bahwa hidayah dari Allah merupakan bentuk kebaikan dari Allah, bahkan seutama-utamanya kebaikan.
  6. Jin yang sedang berbicara tersebut memiliki adab yang bagus terhadap Allah, yaitu ketika menceritakan tentang takdir buruk, ia tidak menyebutkan fa’il-nya dan tidak menyandarkannya kepada Allah walaupun ia tahu pasti itu terjadi atas kehendak dan kuasa Allah.

No comments:

Post a Comment