Yang menarik dari pembahasan dalam surat ini adalah merupakan kelanjutan dari surat sebelumnya. Jika dalam surat Al-Fajr banyak
pembahasan mengenai harta, terutama yang berkaitan dengan kesalahan
persepsi mengenai harta yang berakibat pada kesalahan berikutnya yaitu:
memakan harta anak yatim, harta warisan, enggan menolong fakir miskin,
serta berlebihan dalam mencintai dunia, maka dalam surat ini mereka
digambarkan Allah juga salah dalam menginvestasikan harta. Harta yang
mereka kumpulkan dengan susah payah tersebut malah digunakan untuk
menghalangi agama Allah. Maka Allah menjelaskan investasi-investasi yang
beruntung, seperti: memerdekakan budak, memberi makan orang yang
kelaparan, menyantuni fakir miskin dan anak yatim serta menyambung
silaturahmi dan menebar kasih sayang.
Harta yang diinvestasikan dalam urusan dan hal-hal tersebut akan Allah
jamin keuntungannya. Mereka akan dimasukkan ke dalam golongan kanan yang
dimuliakan Allah.
Sumpah dan Janji Allah
“Aku benar-benar bersumpah dengan kota Ini (Mekah)” (QS. 90: 1)
Hampir
semua ulama sepakat bahwa yang dimaksud negeri yang digunakan sumpah
dalam ayat di atas adalah negeri kelahiran Nabi Muhammad saw, yaitu kota
Makkah. Setidaknya seperti demikian pendapat Ibnu Abbas, Mujahid,
Qatadah, Atha’ dan Ibnu Zaid, seperti dituturkan Ibnu Jarir ath-Thabary. Ibnu Katsir menambahkan bahwa Ikrimah juga berpendapat demikian.
“Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini”. (QS. 90: 2)
Meskipun
Rasulullah Saw lahir dan tinggal di Makkah, namun yang dimaksud alam
ayat ini adalah bahwa kelak Nabi Muhammad akan bisa memasuki Makkah
dengan tenang. Karena itu lafzah yang dipakai adalah “hillun”
yang berarti halal. Karena keberadaan Rasulullah di tempat kelahirannya
pun selalu identik dengan penderitaan, tekanan dan kesusahan-kesusahan
yang diakibatkan dari perbuatan orang-orang kuffar Quraisy. Seolah-olah beliau “diharamkan”
atau terhalang dari menikmati hidup di kampung halamannya. Bahkan dalam
salah satu riwayat, beliau menangis ketika meninggalkan Makkah saat
hendak berhijrah. Pada hakikatnya beliau sangat mencintai Makkah, namun
penduduknya lah yang menyia-nyiakannya dan menyakitinya bahkan
mengusirnya. Namun Allah Maha Mendengar, maka Dia kabulkan impian
Rasulullah kembali ke tempat kelahirannya. Dalam keadaan tenang,
terhormat dan takkan ada lagi yang mengharamkannya dari melakukan apapun
di tempat itu kecuali hanya Allah. Ini merupakan berita gembira bagi
Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Janji Allah tersebut akan
terealisasi secara sempurna kelak pada tahun ke tujuh hijriyah melalui
sebuah peristiwa akbar yang diabadikan sejarah, Fathu Makkah.
Pada
hari itu beliau melindungi dan memuliakan orang-orang tertentu. Beliau
memaafkan kesalahan dan kejahatan musuh-musuhnya yang sebagian juga
merupakan keluarganya. Tak ada dendam sedikitpun di hatinya. Namun,
beliau juga memerintahkan kepada umat Islam untuk membunuh beberapa
orang yang hari itu darahnya dihalalkan karena kejahatan yang tak lagi
bisa ditolerir. Seperti Abdullah bin Khathl, bukan hanya karena
berkhianat dengan pura-pura masuk Islam untuk memperoleh amanah
Rasulullah saw tapi dia juga bersekongkol dengan musyrikin Makkah dan
kembali menjadi musyrik serta membunuh seorang Anshar yang waktu itu
diutus bersamanya.
Muqis bin Dhababah juga termasuk dalam daftar orang yang dicari untuk
dibunuh dengan dua kesalahan yang serupa: murtad dan berkhianat serta
membunuh utusan Rasulullah saw.
Juga beberapa nama lain di antaranya Ikrimah bin Abu Jahal yang
kemudian melarikan diri dan bersembunyi di Yaman. Akhirnya beliau masuk
Islam setelah Rasul saw wafat dan setelah itu beliau menebus semua
kesalahannya dengan mendermakan kemampuannya untuk membela Islam.
Ikrimah pun menjadi salah seorang ulama tabi’in yang disegani.
“Dan demi bapak dan anaknya”. (QS. 90: 3)
Sebagian
mufassirin berpendapat bahwa yang dimaksud bapak di sini adalah Adam.
Ada juga yang mengatakannya Nuh atau Ibrahim as. Sedangkan Imam
al-Mawardi mengatakan bahwa yang dimaksud “bapak” di sini adalah Nabi
Muhammad saw dan “anak” adalah umatnya. Hal tersebut karena ada
konsideran yang disebut di dua ayat sebelumnya yang membicarakan tentang
beliau. Namun, Imam al-Alusy lebih memilih penafsiran umum terhadap ayat ini yaitu setiap bapak dan keturunannya.
Ini untuk menujukkan kekuasaan Allah. Bapak hanyalah merupakan salah
satu sebab keberadaan anaknya, namun pada hakikatnya yang menjadi
penentu dan pencipta hanyalah Allah Yang Maha Kuasa.
Akibat Salah Persepsi
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”.
(QS. 90: 4). Yang dimaksud dengan “كبد” adalah kesulitan dan kesusahan
yang ditemui manusia dalam kehidupannya. Baik yang berupa kepayahan
fisik yang bisa dirasakan oleh tubuh manusia dan penyakit-penyakit yang
dideritanya, ataupun kepayahan psikis yang hanya bisa dirasakan seperti
rasa sedih dan takut. Dalam Surat al-Insyiqaq Allah juga menjelaskan
makna lain dari kepayahan ini, yaitu kerja dan usaha yang keras. “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya”
(QS. 84: 6) Karena ketika di dunia manusia telah berusaha bekerja keras
untuk memenuhi segala keperluan hidupnya. Sebagian di antara mereka
bahkan berlebihan hingga melupakan hak jasadnya untuk beristirahat.
Sebagian lagi bahkan melupakan Allah, Dzat yang membuatnya berkecukupan
dalam kehidupannya.
Sebagian manusia menyadari kekeliruannya,
sehingga ia pun semakin bekerja dan berusaha keras untuk memenuhi
hak-haknya, keluarganya, masyarakat sekelilingnya, dan tentunya Allah.
Dalam keadaan payah seperti yang dijelaskan di atas, sebagian manusia
juga memiliki orientasi hidup yang salah dan persepsi yang tidak benar
tentang kehidupannya.
“Apakah manusia itu menyangka bahwa
sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya? Dan mengatakan:
“Aku telah menghabiskan harta yang banyak”. Apakah dia menyangka bahwa
tiada seorangpun yang melihatnya?”. (QS. 90: 5-7)
Setidaknya
ada tiga kesalahan persepsi orang-orang kafir yang kemudian bisa
menyebabkan mereka memusuhi Rasulullah dan ajaran yang dibawanya.
- Kesombongan yang melampaui batas sehingga ia merasa menjadi orang yang berkuasa. Dengan kedudukan dan posisi sosial serta harta yang melimpah menyebabkan seseorang lupa bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa.
- Bahwa yang mereka namakan “kebaikan” adalah mempertahankan posisi mereka meskipun dengan menghabiskan harta. Maka tak masalah jika harta yang mereka peroleh baik dengan jalan baik atau tidak benar mereka mubadzirkan karena tak mengerti prioritas investasi yang benar.
- Dengan merasa bahwa tak seorang pun bisa mengawasi gerak-geriknya, maka ia bisa seenaknya berbuat, meskipun itu melawan hati nurani dan menzhalimi diri sendiri serta orang lain.
Sadarkah
ia, bahwa harta yang ia cari dan kemudian mereka mubadzirkan kelak akan
ditanya oleh Allah dari mana ia mendapatkannya dan ke mana saja ia
habiskan?.
Seharusnya
orang-orang yang salah persepsi di atas sadar akan karunia Allah yang
luar biasa yang dalam surat ini hanya disinggung beberapa saja, yang
berkaitan dengan misi besar surat ini.
“Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata. Lidah dan dua buah bibir. Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan”. (QS. 90: 8-10)
Dua
mata, lidah, dua bibir adalah sekian dari nikmat Allah yang melekat
dalam jasad manusia. Bahkan ia bisa melihatnya sendiri dengan berdiri di
depan cermin, maka ia akan segera mendapatinya. Seharusnya ia bisa
melihat. Dengan dua mata. Bahkan seandainya satu matanya ditutup pun ia
masih akan tetap bisa melihat nikmat Allah swt. Lantas apa yang
membuatnya buta dan tak mampu melihat karunia Allah yang sangat tak
terbatas ini. Lidah dan bibirnya pun tak digunakan dalam koridor syukur
terhadap Allah. Justru ia menggunakan untuk melawan Allah. Mobilisasi
massa untuk melawan ajaran Allah.
Bukan hanya itu, Allah juga
telah menyediakan dua jalan; yaitu jalan kebaikan dan jalan kegelapan.
Masing-masing jalan dengan gamblang dijelaskan Allah ujung serta
konsekuensi yang akan diterima bagi setiap penempuh jalan tersebut.
Jalan kebenaran dan kebaikan akan dipilih oleh orang-orang yang cerdas
yang tahu prioritas amal dan kerja. Sebaliknya, yang mengamblil jalan
pintas karena hati mereka tertutup
Dua Jalan, Dua Konsekuensi
“Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?” (QS. 90: 11-12)
Jalan
kebaikan tidaklah mudah. Karena itu ia sukar dan sulit ditempuh dan
menanjak. Hanya orang-orang sabar saja yang mampu dan mau melakukannya.
Jalan-jalan sulit berikut ini tak lain merupakan jawaban sekaligus
pelurusan misspersepsi tentang harta:
1. “(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan”(QS. 90: 13)
Karena
Allah hanya menginginkan penghambaan yang sempurna kepada Dzat-Nya
saja. Bukan perbudakan sesama manusia. Karena itulah salah satu misi
utama agama Islam adalah menghapus dan menghilangkan perbudakan.
2. “Atau memberi makan pada hari kelaparan”(QS. 90: 14)
Memberi
pertolongan pada saat dibutuhkan adalah sesuatu yang mulia. Dan hal
tersebut tidaklah mudah. Apalagi jika tidak didahului oleh permintaan
tolong dari pihak yang memerlukan bantuan, sungguh hal tersebut menjadi
berat. Hanya orang tertentu saja yang memiliki kepekaan hati dan
diringankan untuk membantu.
Pemilihan kata yang sangat teliti ini menandakan bahwa pada hari itu kelaparan dijumpai di mana-mana. “hari yang memiliki orang-orang lapar di mana-mana”. Ini adalah hari paceklik dan kelaparan yang menimpa banyak orang.
3. “(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat” (QS. 90: 15)
Memuliakan
dan menolong anak yatim adalah salah satu amal yang utama. Apalagi jika
sang yatim tersebut masih ada hubungan kekerabat-an, tentu akan
menambah nilai plus. Membantu dan sekaligus menjaga tali kekerabatan
(silaturrahmi).
4. “Atau kepada orang miskin yang sangat fakir” (QS. 90: 16)
Orang-orang
yang miskin dan tertekan kemiskinannya adalah orang yang berada
diprioritas pertama untuk dibantu. Jiwa mereka tertekan karena lidah
mereka tak lagi sanggup mengungkapkan permintaan tolong. Hati mereka
juga sakit menanggung malu. Mereka juga miris melihat nasib orang-orang
yang berada dalam tanggungannya. Tapi mereka memiliki iman yang menahan
dari menghalalkan segala cara. Orang yang seperti inilah yang sangat
perlu diutamakan untuk ditolong. Abu Ubaidah mengungkapkan rahasia
pemilihan kata “dzâ matrabah” yang berarti terlempar di atas tanah atau pasir.
Ini menandakan ia benar-benar hanya memiliki badan yang lemah hingga
membuatnya tersungkur di atas pasir. Tak ada yang menahan badannya
karena sangat lapar dan lemah.
5. “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang”(QS. 90: 17)
Orang-orang
yang mampu bersabar dan sanggup menempuh jalan yang sukar seperti di
atas adalah orang-orang pilihan yang dirahmati Allah selalu. “Mereka adalah golongan kanan”. (QS. 90: 18)
Ini
adalah sebuah pilihan yang memiliki konsekuensi tanggung jawab. Namun,
hal tersebut tidaklah sia-sia, karena Allah telah menyediakan balasan
dan ganjaran yang melebihi bayangan seseorang, bahkan dengan sesuatu
yang belum terbayang-kan sebelumnya. Sebaliknya pilihan jalan yang salah
akan membuahkan konsekuensi yang tidak sesuai harapan pula. Sebagaimana
tak ada paksaan dalam memilih jalan, mereka juga tak bisa memaksa Allah
untuk memberikan balasan sesuai keinginan mereka. Orang-orang yang
berbaris di golongan kiri tersebut akan digiring ke neraka Allah yang
tak ada celah bagi siapapun untuk lari dan menghindar darinya.
“Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat” (QS. 90: 19-20)
Penutup: Pilihan Orang Cerdas dan Tenang
Jika
dalam surat sebelumnya Allah memanggil jiwa-jiwa yang tenang untuk
bergabung dalam kafilah orang-orang sukses yang beruntung dan
berbahagia, itu karena mereka tepat dalam memilih jalan yang disediakan
Allah di dunia. Tanpa paksaan. Rela dan ridha, maka kelak mereka juga
diridhai.
Hanya orang-orang yang cerdas saja yang mau dan sanggup
menyiapkan dirinya dengan bekal-bekal berharga untuk sebuah perjalanan
yang jauh. Semoga Allah terus menjaga kita sehingga kita bisa tsabat dan
istiqamah dalam berbuat baik dan membekali diri untuk menghadap Allah
dalam keadaan yang ridha dan diridhai. Amin.
Surat
Al-Balad terdiri atas 20 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah,
diturunkan sesudah surat Qaaf. Dinamai Al Balad, diambil dari perkataan
Al Balad yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud
dengan kota di sini ialah kota Mekah.
Tadabbur ayat 1–2 : Keutamaan kota Makkah
1. Aku benar-benar bersumpah dengan kota Ini (Mekah), 2. Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini.
Dalam ayat 1-2 Allah bersumpah dengan kota Mekah yang di dalamnya terdapat ka’bah yang menjadi kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia dan tempat seorang besar yang diakui oleh lawan dan kawan atas kebesarannya, yaitu Nabi Muhammad saw. dilahirkan dan bertempat tinggal. Beliau adalah utusan Allah yang membawa agama Islam untuk disampaikan kepada seluruh manusia.
Tentang keutamaan kota Makkah dan keharamannya, Allah berfirman dalam surat Al-Baqoroh: 126: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, Kemudian Aku (Allah) paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali”.
Dan Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya negeri ini telah diharamkan oleh Allah sejak diciptakan bumi dan langit, ia akan tetap haram sampai hari kiamat, tidak boleh ditebang pohon-pohonannya dan tidak boleh memungut apapun yang ditemukan, bahwasanya Allah telah menghalalkan bagiku satu saat di siang hari (saat Fathu Makkah), kemudian kembali diharamkan Allah sampai hari kiamat.”
Tadabbur ayat 3-4 : Allah menciptakan manusia dengan susah payah
3. Dan demi bapak dan anaknya. 4. Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
Kemudian Allah bersumpah demi bapak (Adam) dan anaknya (keturunannya), bahwa sesungguhnya Dia telah menciptakan manusia yang selalu berada dalam susah payah, berjuang semenjak permulaan hidupnya sampai akhir hayatnya dan di akhirat nanti masih harus memikul beban yang berat dan menghadapi kesulitan yang tidak dapat diatasinya kecuali dengan pertolongan Allah SWT.
Para ahli tafsir berkata:”Yang dimaksud dengan susah payah pada ayat tersebut adalah payahnya seorang ibu yang sedang mengandungnya, payah saat melahirkan, payah saat mendidiknya, payah saat belajar, payah saat mencari pekerjaan dan payah saat sakaratul maut”.
Tadabbur ayat 5-7 : Harta yang ditumpuk tidak akan bisa menghalangi siksaan Allah
5. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya? 6. Dan mengatakan: “Aku Telah menghabiskan harta yang banyak”. 7. Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?
Apakah dia menyangka dengan harta yang ia kumpulkan dapat menghalangi kekuasaan dan kehendak Allah? Diapun mengatakan dengan sombongnya: aku telah menghabiskan harta yang banyak. Apakah dia menyangka bahwa perbuatannya tidak dilihat dan diawasi oleh Allah, dan Allah tidak akan menghisab perbuatannya baik yang besar maupun yang kecil?
Al-Hasan Al-Bashri menafsirkan ayat ke-5 sebagai berikut: “Manusia mengira bahwa ia tidak akan dituntut harta kekayaannya, dari mana ia dapat dan ke mana ia belanjakan. Karena ia merasa bahwa ia telah menafkahkan harta yang banyak sekali.
Tadabbur ayat 8-10 : Allah mengaruniakan kepada manusia berbagai macam kenikmatan seperti mata, lisan, serta ditunjukkan kepadanya dua jalan.
8. Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, 9. Lidah dan dua buah bibir. 10. Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.
Tidaklah Kami (Allah) jadikan untuknya dua mata untuk melihat, lisan (mulut) untuk berbicara, dan Kami jelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan.
Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits qudsi: “Allah berfirman: ‘Hai anak Adam Aku telah memberimu nikmat yang amat banyak, engkau tidak akan dapat menghitungnya dan menyukurinya. Dua mata untuk engkau melihat dengannya dan aku beri tutup maka gunakan untuk melihat apa yang Aku halalkan dan apabila engkau melihat benda yang Aku haramkan maka tutuplah matamu. Juga Aku beri kepadamu lidah juga Aku beri dan Aku beri alat penutupnya, maka gunakanya untuk mengucapkan apa yang Aku perintahkan dan halalkan bagimu, jika ada sesuatu yang aku haramkan maka tutuplah rapat-rapat lidahmu, juga Aku berikan kepada kamu kemaluan dan Aku beri tutup, maka pergunakanlah kemaluanmu itu untu apa yang Aku halalkan dan jika ada sesuatu yang Aku haramkan maka tutuplah. hai anak Adam engkau tidak sanggup menanggung murka Ku dan tidak kuat menerima siksa pembalasan Ku”.
Tadabbur ayat 11-18 : Kiat-kiat untuk meraih kebahagian di dunia dan di akhirat
11. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. 12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? 13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, 14. Atau memberi makan pada hari kelaparan, 15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, 16. Atau kepada orang miskin yang sangat fakir. 17. Dan dia (Tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. 18. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
Diterangkan bahwa menempuh jalan yang mendaki lagi sukar itu ialah dengan mengerjakan amal yang terpuji yaitu memerdekakan budak dari perbudakan atau memberi makan pada saat terjadi kelaparan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat. Dengan demikian mereka telah menunaikan dua kewajiban sekaligus; yaitu kewajiban terhadap anak yatim dan kewajiban kerabat. Atau memberi makan orang miskin yang sangat fakir yang tidak ada jalan baginya akan mendapat uang, karena ia tidak kuat dan sangat lemah. Mereka juga beriman dan kemudian saling berpesan untuk bersabar menghadapi kesulitan ketika menegakkan agama Allah dan saling berpesan untuk berkasih sayang sesama manusia. Orang-orang yang demikian itu adalah “Ashabul Yamin” penghuni surga. Orang-orang inilah yang dimaksud Allah dengan firman-Nya: (yang artinya) “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.” (QS. Al-Waqi’ah: 27-34)
Wajib saling menasehati antara sesama muslim
Diantara indikator keimanan seseorang adalah punya kepedulian terhadap sesama muslim. Telah disebutkan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah saling nasehat-menasehati dalam kebenaran (tawashau bil haq), dalam kebenaran (tawashau bis shabri), dengan penuh kasih sayang (tawashau bil marhamah) .
Khususnya bagi para da’i tiga metode ini sangat membantu dalam menyebarkan syiar Islam. Yang dimaksud dengan menasehati dalam kebenaran adalah kebenaran yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Disamping itu, dunia dakwah penuh dengan ujian dan cobaan sehingga perlu kesabaran. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Saling menasehati juga harus dilakukan dengan penuh kasih sayang, karena muslim yang satu dengan yang lain adalah bersaudara. Rasulullah saw mengumpamakan mereka seperti satu jasad. Sebagaimana sabdanya: “Terlihat orang-orang beriman satu dengan yang lain, dalam berkasih sayang, dalam mencintai, dan berlemah lembut seperti jasad yang satu, apabila salah satu jasad (tubuh) sakit maka yang lainpun akan merasakan demikian.” (HR.Bukhari)
Oleh karena itulah sikap lemah lembut dalam menyampaikan kebenaran hendaklah menjadi prioritas utama, ber-husnuzhon terhadap sesama adalah sebagai modal awal pembuka komunikasi, karena mukmin yang satu dengan yang lain adalah bersaudara.
Tadabbur ayat 19-20 : Balasan bagi orang-orang yang ingkar
19. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, mereka itu adalah golongan kiri. 20. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang kafir kepada ayat-Nya adalah golongan kiri yang berada di dalam neraka yang ditutup rapat. Maka oleh sebab itu mereka tidak akan dapat melepaskan dirinya dan bebas dari azab api neraka itu. Dalam ayat yang lain Allah berfirman: (yang artinya) “Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air panas yang mendidih dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus menerus mengerjakan dosa yang besar. Dan mereka selalu mengatakan: “Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?, apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?” (QS. Al Waqi’ah: 41-48)
- See more at: http://ikadijatim.org/tadabbur-qs-al-balad/#sthash.ALkxDOYm.dpuf
Tadabbur ayat 1–2 : Keutamaan kota Makkah
1. Aku benar-benar bersumpah dengan kota Ini (Mekah), 2. Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini.
Dalam ayat 1-2 Allah bersumpah dengan kota Mekah yang di dalamnya terdapat ka’bah yang menjadi kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia dan tempat seorang besar yang diakui oleh lawan dan kawan atas kebesarannya, yaitu Nabi Muhammad saw. dilahirkan dan bertempat tinggal. Beliau adalah utusan Allah yang membawa agama Islam untuk disampaikan kepada seluruh manusia.
Tentang keutamaan kota Makkah dan keharamannya, Allah berfirman dalam surat Al-Baqoroh: 126: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, Kemudian Aku (Allah) paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali”.
Dan Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya negeri ini telah diharamkan oleh Allah sejak diciptakan bumi dan langit, ia akan tetap haram sampai hari kiamat, tidak boleh ditebang pohon-pohonannya dan tidak boleh memungut apapun yang ditemukan, bahwasanya Allah telah menghalalkan bagiku satu saat di siang hari (saat Fathu Makkah), kemudian kembali diharamkan Allah sampai hari kiamat.”
Tadabbur ayat 3-4 : Allah menciptakan manusia dengan susah payah
3. Dan demi bapak dan anaknya. 4. Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
Kemudian Allah bersumpah demi bapak (Adam) dan anaknya (keturunannya), bahwa sesungguhnya Dia telah menciptakan manusia yang selalu berada dalam susah payah, berjuang semenjak permulaan hidupnya sampai akhir hayatnya dan di akhirat nanti masih harus memikul beban yang berat dan menghadapi kesulitan yang tidak dapat diatasinya kecuali dengan pertolongan Allah SWT.
Para ahli tafsir berkata:”Yang dimaksud dengan susah payah pada ayat tersebut adalah payahnya seorang ibu yang sedang mengandungnya, payah saat melahirkan, payah saat mendidiknya, payah saat belajar, payah saat mencari pekerjaan dan payah saat sakaratul maut”.
Tadabbur ayat 5-7 : Harta yang ditumpuk tidak akan bisa menghalangi siksaan Allah
5. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya? 6. Dan mengatakan: “Aku Telah menghabiskan harta yang banyak”. 7. Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?
Apakah dia menyangka dengan harta yang ia kumpulkan dapat menghalangi kekuasaan dan kehendak Allah? Diapun mengatakan dengan sombongnya: aku telah menghabiskan harta yang banyak. Apakah dia menyangka bahwa perbuatannya tidak dilihat dan diawasi oleh Allah, dan Allah tidak akan menghisab perbuatannya baik yang besar maupun yang kecil?
Al-Hasan Al-Bashri menafsirkan ayat ke-5 sebagai berikut: “Manusia mengira bahwa ia tidak akan dituntut harta kekayaannya, dari mana ia dapat dan ke mana ia belanjakan. Karena ia merasa bahwa ia telah menafkahkan harta yang banyak sekali.
Tadabbur ayat 8-10 : Allah mengaruniakan kepada manusia berbagai macam kenikmatan seperti mata, lisan, serta ditunjukkan kepadanya dua jalan.
8. Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, 9. Lidah dan dua buah bibir. 10. Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.
Tidaklah Kami (Allah) jadikan untuknya dua mata untuk melihat, lisan (mulut) untuk berbicara, dan Kami jelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan.
Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits qudsi: “Allah berfirman: ‘Hai anak Adam Aku telah memberimu nikmat yang amat banyak, engkau tidak akan dapat menghitungnya dan menyukurinya. Dua mata untuk engkau melihat dengannya dan aku beri tutup maka gunakan untuk melihat apa yang Aku halalkan dan apabila engkau melihat benda yang Aku haramkan maka tutuplah matamu. Juga Aku beri kepadamu lidah juga Aku beri dan Aku beri alat penutupnya, maka gunakanya untuk mengucapkan apa yang Aku perintahkan dan halalkan bagimu, jika ada sesuatu yang aku haramkan maka tutuplah rapat-rapat lidahmu, juga Aku berikan kepada kamu kemaluan dan Aku beri tutup, maka pergunakanlah kemaluanmu itu untu apa yang Aku halalkan dan jika ada sesuatu yang Aku haramkan maka tutuplah. hai anak Adam engkau tidak sanggup menanggung murka Ku dan tidak kuat menerima siksa pembalasan Ku”.
Tadabbur ayat 11-18 : Kiat-kiat untuk meraih kebahagian di dunia dan di akhirat
11. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. 12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? 13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, 14. Atau memberi makan pada hari kelaparan, 15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, 16. Atau kepada orang miskin yang sangat fakir. 17. Dan dia (Tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. 18. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
Diterangkan bahwa menempuh jalan yang mendaki lagi sukar itu ialah dengan mengerjakan amal yang terpuji yaitu memerdekakan budak dari perbudakan atau memberi makan pada saat terjadi kelaparan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat. Dengan demikian mereka telah menunaikan dua kewajiban sekaligus; yaitu kewajiban terhadap anak yatim dan kewajiban kerabat. Atau memberi makan orang miskin yang sangat fakir yang tidak ada jalan baginya akan mendapat uang, karena ia tidak kuat dan sangat lemah. Mereka juga beriman dan kemudian saling berpesan untuk bersabar menghadapi kesulitan ketika menegakkan agama Allah dan saling berpesan untuk berkasih sayang sesama manusia. Orang-orang yang demikian itu adalah “Ashabul Yamin” penghuni surga. Orang-orang inilah yang dimaksud Allah dengan firman-Nya: (yang artinya) “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.” (QS. Al-Waqi’ah: 27-34)
Wajib saling menasehati antara sesama muslim
Diantara indikator keimanan seseorang adalah punya kepedulian terhadap sesama muslim. Telah disebutkan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah saling nasehat-menasehati dalam kebenaran (tawashau bil haq), dalam kebenaran (tawashau bis shabri), dengan penuh kasih sayang (tawashau bil marhamah) .
Khususnya bagi para da’i tiga metode ini sangat membantu dalam menyebarkan syiar Islam. Yang dimaksud dengan menasehati dalam kebenaran adalah kebenaran yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Disamping itu, dunia dakwah penuh dengan ujian dan cobaan sehingga perlu kesabaran. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Saling menasehati juga harus dilakukan dengan penuh kasih sayang, karena muslim yang satu dengan yang lain adalah bersaudara. Rasulullah saw mengumpamakan mereka seperti satu jasad. Sebagaimana sabdanya: “Terlihat orang-orang beriman satu dengan yang lain, dalam berkasih sayang, dalam mencintai, dan berlemah lembut seperti jasad yang satu, apabila salah satu jasad (tubuh) sakit maka yang lainpun akan merasakan demikian.” (HR.Bukhari)
Oleh karena itulah sikap lemah lembut dalam menyampaikan kebenaran hendaklah menjadi prioritas utama, ber-husnuzhon terhadap sesama adalah sebagai modal awal pembuka komunikasi, karena mukmin yang satu dengan yang lain adalah bersaudara.
Tadabbur ayat 19-20 : Balasan bagi orang-orang yang ingkar
19. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, mereka itu adalah golongan kiri. 20. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang kafir kepada ayat-Nya adalah golongan kiri yang berada di dalam neraka yang ditutup rapat. Maka oleh sebab itu mereka tidak akan dapat melepaskan dirinya dan bebas dari azab api neraka itu. Dalam ayat yang lain Allah berfirman: (yang artinya) “Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air panas yang mendidih dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus menerus mengerjakan dosa yang besar. Dan mereka selalu mengatakan: “Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?, apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?” (QS. Al Waqi’ah: 41-48)
- See more at: http://ikadijatim.org/tadabbur-qs-al-balad/#sthash.ALkxDOYm.dpuf
Surat
Al-Balad terdiri atas 20 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah,
diturunkan sesudah surat Qaaf. Dinamai Al Balad, diambil dari perkataan
Al Balad yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud
dengan kota di sini ialah kota Mekah.
Tadabbur ayat 1–2 : Keutamaan kota Makkah
1. Aku benar-benar bersumpah dengan kota Ini (Mekah), 2. Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini.
Dalam ayat 1-2 Allah bersumpah dengan kota Mekah yang di dalamnya terdapat ka’bah yang menjadi kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia dan tempat seorang besar yang diakui oleh lawan dan kawan atas kebesarannya, yaitu Nabi Muhammad saw. dilahirkan dan bertempat tinggal. Beliau adalah utusan Allah yang membawa agama Islam untuk disampaikan kepada seluruh manusia.
Tentang keutamaan kota Makkah dan keharamannya, Allah berfirman dalam surat Al-Baqoroh: 126: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, Kemudian Aku (Allah) paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali”.
Dan Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya negeri ini telah diharamkan oleh Allah sejak diciptakan bumi dan langit, ia akan tetap haram sampai hari kiamat, tidak boleh ditebang pohon-pohonannya dan tidak boleh memungut apapun yang ditemukan, bahwasanya Allah telah menghalalkan bagiku satu saat di siang hari (saat Fathu Makkah), kemudian kembali diharamkan Allah sampai hari kiamat.”
Tadabbur ayat 3-4 : Allah menciptakan manusia dengan susah payah
3. Dan demi bapak dan anaknya. 4. Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
Kemudian Allah bersumpah demi bapak (Adam) dan anaknya (keturunannya), bahwa sesungguhnya Dia telah menciptakan manusia yang selalu berada dalam susah payah, berjuang semenjak permulaan hidupnya sampai akhir hayatnya dan di akhirat nanti masih harus memikul beban yang berat dan menghadapi kesulitan yang tidak dapat diatasinya kecuali dengan pertolongan Allah SWT.
Para ahli tafsir berkata:”Yang dimaksud dengan susah payah pada ayat tersebut adalah payahnya seorang ibu yang sedang mengandungnya, payah saat melahirkan, payah saat mendidiknya, payah saat belajar, payah saat mencari pekerjaan dan payah saat sakaratul maut”.
Tadabbur ayat 5-7 : Harta yang ditumpuk tidak akan bisa menghalangi siksaan Allah
5. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya? 6. Dan mengatakan: “Aku Telah menghabiskan harta yang banyak”. 7. Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?
Apakah dia menyangka dengan harta yang ia kumpulkan dapat menghalangi kekuasaan dan kehendak Allah? Diapun mengatakan dengan sombongnya: aku telah menghabiskan harta yang banyak. Apakah dia menyangka bahwa perbuatannya tidak dilihat dan diawasi oleh Allah, dan Allah tidak akan menghisab perbuatannya baik yang besar maupun yang kecil?
Al-Hasan Al-Bashri menafsirkan ayat ke-5 sebagai berikut: “Manusia mengira bahwa ia tidak akan dituntut harta kekayaannya, dari mana ia dapat dan ke mana ia belanjakan. Karena ia merasa bahwa ia telah menafkahkan harta yang banyak sekali.
Tadabbur ayat 8-10 : Allah mengaruniakan kepada manusia berbagai macam kenikmatan seperti mata, lisan, serta ditunjukkan kepadanya dua jalan.
8. Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, 9. Lidah dan dua buah bibir. 10. Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.
Tidaklah Kami (Allah) jadikan untuknya dua mata untuk melihat, lisan (mulut) untuk berbicara, dan Kami jelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan.
Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits qudsi: “Allah berfirman: ‘Hai anak Adam Aku telah memberimu nikmat yang amat banyak, engkau tidak akan dapat menghitungnya dan menyukurinya. Dua mata untuk engkau melihat dengannya dan aku beri tutup maka gunakan untuk melihat apa yang Aku halalkan dan apabila engkau melihat benda yang Aku haramkan maka tutuplah matamu. Juga Aku beri kepadamu lidah juga Aku beri dan Aku beri alat penutupnya, maka gunakanya untuk mengucapkan apa yang Aku perintahkan dan halalkan bagimu, jika ada sesuatu yang aku haramkan maka tutuplah rapat-rapat lidahmu, juga Aku berikan kepada kamu kemaluan dan Aku beri tutup, maka pergunakanlah kemaluanmu itu untu apa yang Aku halalkan dan jika ada sesuatu yang Aku haramkan maka tutuplah. hai anak Adam engkau tidak sanggup menanggung murka Ku dan tidak kuat menerima siksa pembalasan Ku”.
Tadabbur ayat 11-18 : Kiat-kiat untuk meraih kebahagian di dunia dan di akhirat
11. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. 12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? 13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, 14. Atau memberi makan pada hari kelaparan, 15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, 16. Atau kepada orang miskin yang sangat fakir. 17. Dan dia (Tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. 18. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
Diterangkan bahwa menempuh jalan yang mendaki lagi sukar itu ialah dengan mengerjakan amal yang terpuji yaitu memerdekakan budak dari perbudakan atau memberi makan pada saat terjadi kelaparan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat. Dengan demikian mereka telah menunaikan dua kewajiban sekaligus; yaitu kewajiban terhadap anak yatim dan kewajiban kerabat. Atau memberi makan orang miskin yang sangat fakir yang tidak ada jalan baginya akan mendapat uang, karena ia tidak kuat dan sangat lemah. Mereka juga beriman dan kemudian saling berpesan untuk bersabar menghadapi kesulitan ketika menegakkan agama Allah dan saling berpesan untuk berkasih sayang sesama manusia. Orang-orang yang demikian itu adalah “Ashabul Yamin” penghuni surga. Orang-orang inilah yang dimaksud Allah dengan firman-Nya: (yang artinya) “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.” (QS. Al-Waqi’ah: 27-34)
Wajib saling menasehati antara sesama muslim
Diantara indikator keimanan seseorang adalah punya kepedulian terhadap sesama muslim. Telah disebutkan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah saling nasehat-menasehati dalam kebenaran (tawashau bil haq), dalam kebenaran (tawashau bis shabri), dengan penuh kasih sayang (tawashau bil marhamah) .
Khususnya bagi para da’i tiga metode ini sangat membantu dalam menyebarkan syiar Islam. Yang dimaksud dengan menasehati dalam kebenaran adalah kebenaran yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Disamping itu, dunia dakwah penuh dengan ujian dan cobaan sehingga perlu kesabaran. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Saling menasehati juga harus dilakukan dengan penuh kasih sayang, karena muslim yang satu dengan yang lain adalah bersaudara. Rasulullah saw mengumpamakan mereka seperti satu jasad. Sebagaimana sabdanya: “Terlihat orang-orang beriman satu dengan yang lain, dalam berkasih sayang, dalam mencintai, dan berlemah lembut seperti jasad yang satu, apabila salah satu jasad (tubuh) sakit maka yang lainpun akan merasakan demikian.” (HR.Bukhari)
Oleh karena itulah sikap lemah lembut dalam menyampaikan kebenaran hendaklah menjadi prioritas utama, ber-husnuzhon terhadap sesama adalah sebagai modal awal pembuka komunikasi, karena mukmin yang satu dengan yang lain adalah bersaudara.
Tadabbur ayat 19-20 : Balasan bagi orang-orang yang ingkar
19. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, mereka itu adalah golongan kiri. 20. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang kafir kepada ayat-Nya adalah golongan kiri yang berada di dalam neraka yang ditutup rapat. Maka oleh sebab itu mereka tidak akan dapat melepaskan dirinya dan bebas dari azab api neraka itu. Dalam ayat yang lain Allah berfirman: (yang artinya) “Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air panas yang mendidih dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus menerus mengerjakan dosa yang besar. Dan mereka selalu mengatakan: “Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?, apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?” (QS. Al Waqi’ah: 41-48)
- See more at: http://ikadijatim.org/tadabbur-qs-al-balad/#sthash.ALkxDOYm.dpuf
Tadabbur ayat 1–2 : Keutamaan kota Makkah
1. Aku benar-benar bersumpah dengan kota Ini (Mekah), 2. Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini.
Dalam ayat 1-2 Allah bersumpah dengan kota Mekah yang di dalamnya terdapat ka’bah yang menjadi kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia dan tempat seorang besar yang diakui oleh lawan dan kawan atas kebesarannya, yaitu Nabi Muhammad saw. dilahirkan dan bertempat tinggal. Beliau adalah utusan Allah yang membawa agama Islam untuk disampaikan kepada seluruh manusia.
Tentang keutamaan kota Makkah dan keharamannya, Allah berfirman dalam surat Al-Baqoroh: 126: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, Kemudian Aku (Allah) paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali”.
Dan Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya negeri ini telah diharamkan oleh Allah sejak diciptakan bumi dan langit, ia akan tetap haram sampai hari kiamat, tidak boleh ditebang pohon-pohonannya dan tidak boleh memungut apapun yang ditemukan, bahwasanya Allah telah menghalalkan bagiku satu saat di siang hari (saat Fathu Makkah), kemudian kembali diharamkan Allah sampai hari kiamat.”
Tadabbur ayat 3-4 : Allah menciptakan manusia dengan susah payah
3. Dan demi bapak dan anaknya. 4. Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
Kemudian Allah bersumpah demi bapak (Adam) dan anaknya (keturunannya), bahwa sesungguhnya Dia telah menciptakan manusia yang selalu berada dalam susah payah, berjuang semenjak permulaan hidupnya sampai akhir hayatnya dan di akhirat nanti masih harus memikul beban yang berat dan menghadapi kesulitan yang tidak dapat diatasinya kecuali dengan pertolongan Allah SWT.
Para ahli tafsir berkata:”Yang dimaksud dengan susah payah pada ayat tersebut adalah payahnya seorang ibu yang sedang mengandungnya, payah saat melahirkan, payah saat mendidiknya, payah saat belajar, payah saat mencari pekerjaan dan payah saat sakaratul maut”.
Tadabbur ayat 5-7 : Harta yang ditumpuk tidak akan bisa menghalangi siksaan Allah
5. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya? 6. Dan mengatakan: “Aku Telah menghabiskan harta yang banyak”. 7. Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?
Apakah dia menyangka dengan harta yang ia kumpulkan dapat menghalangi kekuasaan dan kehendak Allah? Diapun mengatakan dengan sombongnya: aku telah menghabiskan harta yang banyak. Apakah dia menyangka bahwa perbuatannya tidak dilihat dan diawasi oleh Allah, dan Allah tidak akan menghisab perbuatannya baik yang besar maupun yang kecil?
Al-Hasan Al-Bashri menafsirkan ayat ke-5 sebagai berikut: “Manusia mengira bahwa ia tidak akan dituntut harta kekayaannya, dari mana ia dapat dan ke mana ia belanjakan. Karena ia merasa bahwa ia telah menafkahkan harta yang banyak sekali.
Tadabbur ayat 8-10 : Allah mengaruniakan kepada manusia berbagai macam kenikmatan seperti mata, lisan, serta ditunjukkan kepadanya dua jalan.
8. Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, 9. Lidah dan dua buah bibir. 10. Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.
Tidaklah Kami (Allah) jadikan untuknya dua mata untuk melihat, lisan (mulut) untuk berbicara, dan Kami jelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan.
Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits qudsi: “Allah berfirman: ‘Hai anak Adam Aku telah memberimu nikmat yang amat banyak, engkau tidak akan dapat menghitungnya dan menyukurinya. Dua mata untuk engkau melihat dengannya dan aku beri tutup maka gunakan untuk melihat apa yang Aku halalkan dan apabila engkau melihat benda yang Aku haramkan maka tutuplah matamu. Juga Aku beri kepadamu lidah juga Aku beri dan Aku beri alat penutupnya, maka gunakanya untuk mengucapkan apa yang Aku perintahkan dan halalkan bagimu, jika ada sesuatu yang aku haramkan maka tutuplah rapat-rapat lidahmu, juga Aku berikan kepada kamu kemaluan dan Aku beri tutup, maka pergunakanlah kemaluanmu itu untu apa yang Aku halalkan dan jika ada sesuatu yang Aku haramkan maka tutuplah. hai anak Adam engkau tidak sanggup menanggung murka Ku dan tidak kuat menerima siksa pembalasan Ku”.
Tadabbur ayat 11-18 : Kiat-kiat untuk meraih kebahagian di dunia dan di akhirat
11. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. 12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? 13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, 14. Atau memberi makan pada hari kelaparan, 15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, 16. Atau kepada orang miskin yang sangat fakir. 17. Dan dia (Tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. 18. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
Diterangkan bahwa menempuh jalan yang mendaki lagi sukar itu ialah dengan mengerjakan amal yang terpuji yaitu memerdekakan budak dari perbudakan atau memberi makan pada saat terjadi kelaparan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat. Dengan demikian mereka telah menunaikan dua kewajiban sekaligus; yaitu kewajiban terhadap anak yatim dan kewajiban kerabat. Atau memberi makan orang miskin yang sangat fakir yang tidak ada jalan baginya akan mendapat uang, karena ia tidak kuat dan sangat lemah. Mereka juga beriman dan kemudian saling berpesan untuk bersabar menghadapi kesulitan ketika menegakkan agama Allah dan saling berpesan untuk berkasih sayang sesama manusia. Orang-orang yang demikian itu adalah “Ashabul Yamin” penghuni surga. Orang-orang inilah yang dimaksud Allah dengan firman-Nya: (yang artinya) “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.” (QS. Al-Waqi’ah: 27-34)
Wajib saling menasehati antara sesama muslim
Diantara indikator keimanan seseorang adalah punya kepedulian terhadap sesama muslim. Telah disebutkan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah saling nasehat-menasehati dalam kebenaran (tawashau bil haq), dalam kebenaran (tawashau bis shabri), dengan penuh kasih sayang (tawashau bil marhamah) .
Khususnya bagi para da’i tiga metode ini sangat membantu dalam menyebarkan syiar Islam. Yang dimaksud dengan menasehati dalam kebenaran adalah kebenaran yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Disamping itu, dunia dakwah penuh dengan ujian dan cobaan sehingga perlu kesabaran. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Saling menasehati juga harus dilakukan dengan penuh kasih sayang, karena muslim yang satu dengan yang lain adalah bersaudara. Rasulullah saw mengumpamakan mereka seperti satu jasad. Sebagaimana sabdanya: “Terlihat orang-orang beriman satu dengan yang lain, dalam berkasih sayang, dalam mencintai, dan berlemah lembut seperti jasad yang satu, apabila salah satu jasad (tubuh) sakit maka yang lainpun akan merasakan demikian.” (HR.Bukhari)
Oleh karena itulah sikap lemah lembut dalam menyampaikan kebenaran hendaklah menjadi prioritas utama, ber-husnuzhon terhadap sesama adalah sebagai modal awal pembuka komunikasi, karena mukmin yang satu dengan yang lain adalah bersaudara.
Tadabbur ayat 19-20 : Balasan bagi orang-orang yang ingkar
19. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, mereka itu adalah golongan kiri. 20. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang kafir kepada ayat-Nya adalah golongan kiri yang berada di dalam neraka yang ditutup rapat. Maka oleh sebab itu mereka tidak akan dapat melepaskan dirinya dan bebas dari azab api neraka itu. Dalam ayat yang lain Allah berfirman: (yang artinya) “Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air panas yang mendidih dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus menerus mengerjakan dosa yang besar. Dan mereka selalu mengatakan: “Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?, apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?” (QS. Al Waqi’ah: 41-48)
- See more at: http://ikadijatim.org/tadabbur-qs-al-balad/#sthash.ALkxDOYm.dpuf
No comments:
Post a Comment