Islam memiliki keistimewaan mengaitkan
antara dunia dan akhirat, antara Allah Ta’ala dan hamba, antara
kemenangan, kemuliaan dan penaklukan, kembali kepada Allah Ta’ala
sebelum dan sesudahnya agar manusia tidak dibiarkan berjalan bersama
hawa nafsu dan syahwat, serta senantiasa berkepribadian lurus, tidak
sombong, tidak terpedaya dan berbuat keji. Inilah yang kita temukan
secara jelas melalui tuntunan dan perintah Allah Ta’ala untuk nabi-Nya
setelah meraih berbagai kemenangan [penaklukan] yang diberikan, seperti
penaklukan Mekah dan lainnya, perintah untuk bertasbih, bertahmid dan
beristighfar dalam surah an-Nashr surah Madaniyyah secara ijma’.
Ibnu Abbas r.a ditanya tentang petunjuk
surah ini, ia menjawab, “Ini adalah ajal Rasulullah Saw. Allah Ta’ala
memberitahukan bahwa ajal beliau telah dekat bila telah melihat semua
hal itu.” Selang berapa lama Umar r.a. berkata, “Yang aku tahu persis
seperti yang kau sampaikan.” (HR. Sa’id bin Manshur, Ibnu Sa’ad,
Al-Bukhari dan lainnya dari Ibnu Abbas r.a).
Penjelasan yang disampaikan Ibnu Abbas
tentang penafsiran surah ini sama seperti yang disebutkan Ibnu Mas’ud
dan murid-muridnya, Qatadah dan Dhahhak. Aisyah r.a. meriwayatkan
intinya dari Nabi Saw, saat Mekah ditaklukkan dan bangsa Arab masuk
Islam, Rasulullah Saw. sering mengucapkan, “Maha Suci Allah dan dengan
memuji-Nya. Ya Allah, sungguh aku memohon ampunan kepada-Mu.” Beliau
menafsirkan surah ini.” (HR. Abdur Razzaq, Al-Bukhari, Muslim dan
lainnya dari Aisyah r.a).
Rasulullah Saw pernah bilang pada Aisyah,
“Menurutku, itu tidak lain adalah tibanya ajalku.” Surah yang dimaksud
adalah surah an-Nashr;
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (١) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (٢) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
“Apabila telah datang pertolongan
Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”
Surah ini merupakan berita gembira
kemenangan untuk Nabi Saw terhadap seluruh bangsa Arab, pemberitahuan
ajal dan persiapan untuk beralih menuju Kekasih Tertinggi dengan
senantiasa bertasbih, bertahmid dan memohon ampunan.
Bila pertolongan Allah Ta’ala dan
pembelaan-Nya terhadap semua orang yang memusuhimu, yaitu Quraisy dan
seluruh bangsa Arab, telah terjadi, bila Mekah telah ditaklukkan
untukmu, kemenangan telah engkau capai, agamamu meraih kemenangan dan
tersebar luas, maka sucikanlah Allah Ta’ala seraya memuji-Nya atas
beragam nikmat dan karunia yang diberikan padamu, mintalah ampunan
untukmu dan para pengikutmu, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat
hamba, agar mereka tidak putus asa dan kembali pada-Nya setelah berbuat
kesalahan.
Pertolongan yang dilihat Rasulullah Saw.
adalah kemenangan beliau atas Quraisy, Hawazan dan lainnya, dan
kemenangan yang dimaksud adalah penaklukan Mekah, Thaif, kota-kota Hijaz
dan sebagian besar kawasan Yaman. Ibnu Abdil Barr menjelaskan dalam
Al-Isti’ab, tidaklah Rasulullah Saw. meninggal sementara masih ada satu
orang Arab yang masih kafir. Semuanya masuk Islam, setelah Hunain dan
Thaif, ada yang datang sendiri dan ada juga yang mengirim utusan.
Setelah Rasulullah Saw. meninggal, terjadilah kemurtadan di mana-mana
dan kembali ke agama semula. Maksudnya adalah bangsa Arab dan para
penyembah berhala (kaum paganis).
Faidah firman Allah Ta’ala “Pertolongan Allah,”
(an-Nashr: 1) padahal pertolongan mesti berasal dari Allah Ta’ala
yaitu, pertolongan tidak laik terjadi kecuali karena taufiq dari Allah
Ta’ala , tidak patut dilakukan oleh siapa pun selain Allah Ta’ala , atau
tidak patut terjadi kecuali karena hikmah-Nya. Maksudnya adalah
mengagungkan pertolongan tersebut. Firman Allah Ta’ala , “Apabila telah datang pertolongan Allah,” (an-Nashr: 1) adalah majaz, maksudnya bila pertolongan Allah Ta’ala telah terjadi.
Imam Ahmad, Baihaqi dan Nasa’i meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Saat turun ayat, ‘Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (an-Nashr: 1) RasuIullah Saw bersabda, ‘Kematianku telah diberitahukan kepadaku! Beliau wafat pada tahun itu.
Ibnu Umar menjelaskan, surah ini turun di Mina saat haji wada’, selanjutnya turun ayat, “Pada
hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (al-Maa’idah: 3) Setelah ayat ini turun, beliau masih hidup selama delapanpuluh hari. Setelah itu turun ayat tentang Kalalah, beliau masih hidup limapuluh hari setelahnya. Lalu turun ayat, “Sungguh
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (at-Taubah: 128), beliau masih hidup tigapuluh lima hari setelah itu. Selanjutnya turun ayat, “Dan
peliharalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu
itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri
diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (al-Baqarah: 281), beliau masih hidup selama duapuluh satu hari setelah itu.
Tanda-tandanya, engkau wahai Nabi melihat
manusia dari kalangan Arab dan lainnya masuk ke dalam agama Allah
Ta’ala yang diutuskan padamu secara berkelompok, secara bergelombang
setelah sebelumnya di awalnya mereka hanya masuk satu orang satu orang,
dua orang dua orang, lalu satu kabilah seluruhnya masuk Islam. Ini
terjadi pada tahun kesembilan dan sepuluh hijriyah yang dikenal sebagai
tahun datangnya para utusan, saat utusan-utusan Arab datang ke Madinah
untuk memberitahukan mereka telah masuk Islam.
Ibnu Ishaq menjelaskan, saat Rasulullah
Saw menaklukkan Mekah, sepulang dari Tabuk, Bani Tsaqif masuk Islam dan
berjanji setia, datanglah berbagai utusan Arab dari berbagai wilayah.
Adanya seluruh bangsa Arab memusuhi Islam pada mulanya adalah karena
perintah dari kabilah Quraisy, karena mereka adalah pemimpin dan
penuntun bangsa Arab saat itu, penduduk Baitullah dan tanah suci,
keturunan Ismail a.s. dan pemimpin bangsa Arab.
Saat Mekah ditaklukkan, kaum Quraisy
tunduk dan masuk Islam, bangsa Arab tahu mereka tidak memiliki kekuatan
untuk memerangi dan memusuhi Rasulullah Saw, akhirnya mereka semua masuk
ke dalam agama Allah Ta’ala secara berbondong-bondong seperti yang
disampaikan Allah Ta’ala ,
“Apabila telah datang pertolongan
Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong
masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.” (an-Nashr: 1-3)
Perintah Ilahi datang untuk Nabi Saw agar
bertasbih setelah kemenangan-kemenangan militer tercapai dan Islam
tersebar luas. Maknanya; saat Mekah ditaklukkan dan Islam menyebar luas,
bersyukurlah kepada Allah Ta’ala atas segala nikmat yang diberi dengan
menunaikan shalat, memahasucikan-Nya dari semua yang tidak laik
bagi-Nya, memahasucikan-Nya dari ingkar janji berupa kemenangan yang
pernah dijanjikan padamu, sandingkan pujian dengan bertasbih, maksudnya
satukan keduanya, karena kemenangan tersebut mengharuskan untuk memuji
Allah Ta’ala atas anugerah dan karunia agung yang Ia beri.
Mintalah ampunan dari Allah Ta’ala
untukmu, seraya merendahkan diri untuk-Nya dan menganggap amalanmu
pendek sebagai pengajaran bagi umatmu. Mintakan pula ampunan untuk para
pengikutmu dari kalangan orang-orang mukmin atas keresahan dan ketakutan
karena pertolongan tidak kunjung tiba yang mereka rasakan, karena Allah
Ta’ala menerima tobat orang-orang yang memohon ampunan pada-Nya,
menerima tobat dan merahmati mereka dengan menerima tobat mereka. Ia
Maha menerima tobat hamba agar mereka tidak putus asa dan kembali
pada-Nya setelah berbuat salah.
Ibnu Katsir, dalam tafsirnya menjelaskan:
Setelah turun surah an-Nashr ini,
Rasulullah Saw lebih bersungguh-sungguh lagi dalam beramal untuk
akhiratnya. Adapun yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas r.a dan Umar r.a,
bahwa surah ini memberitahukan tentang dekatnya kematian Rasulullah
Saw., maka maksud ayat ialah, “Ketahuilah oleh kamu Muhammad, bahwa bila
engkau telah menaklukan kota Mekah, yaitu kampung halaman yang telah
mengeluarkan kamu, dan orang-orang sudah masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong, maka perhatian Kami kepadamu di dunia telah
berakhir, lalu bersiap-siaplah untuk menghadap Kami. Sebab, akhirat
adalah lebih baik bagimu daripada dunia. Dan kelak, Tuhanmu akan
memberimu pemberian sehingga kamu akan puas.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, dalam tafsirnya menjelaskan:
a. Dalam surah yang mulia ini
(an-Nashr) terdapat berita gembira dan sekaligus perintah untuk
Rasul-Nya pada saat berita gembira itu terwujud, serta terdapat sebuah
isyarat dan peringatan akan beberapa hal yang disebabkan olehnya.
Berita gembira yang dimaksud adalah berita gembira pertolongan Allah
Ta’ala untuk Rasul-Nya, penaklukkan Makkah dan masuknya orang-orang “ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong.” Sedangkan
perintah setelah terwujudnya kemenangan dan penaklukan adalah perintah
Allah untuk Rasul-Nya agar bersyukur kepada Allah atas hal itu serta
memahasucikan dengan memuji-Nya dan memohon ampunan pada-Nya.
b. Berkaitan dengan isyarat, terdapat dua isyarat dalam ayat ini:
Isyarat pertama,
isyarat bahwa kemenangan akan terus berlangsung bagi Islam dan semakin
bertambah manakala terwujud tasbih (memahasucikan) Allah dengan
memuji-Nya dan memohon ampunan pada-Nya dari Rasul-Nya, karena hal ini
termasuk rasa syukur, dan Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh jika kalian bersyukur, pasti Kami akan tambahkan (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7).
Hal itu telah terwujud di masa Khulafa’
Rasyidin dan generasi setelahnya dari umat ini. Dan pertolongan Allah
Ta’ala senantiasa berlangsung hingga Islam mencapai apa yang tidak bisa
dicapai oleh agama-agama lain dan banyak orang yang masuk ke dalam Islam
dalam jumlah yang belum pernah ada pada agama lain, hingga terjadilah
pembangkangan terhadap perintah Allah Ta’ala dalam umat ini sehingga
mereka tertimpa perpecahan dan terjadilah apa yang terjadi. Meski
demikian, umat dan agama ini tetap memiliki rahmat dan kelembutan Allah
Ta’ala yang tidak pemah terlintas di benak atau berlalu dalam khayalan.
Isyarat kedua, adalah dekatnya
ajal Rasulullah Saw. Alasannya adalah karena usia beliau adalah usia
mulia yang dengannya Allah SWT bersumpah, dan Allah telah memberitahukan
bahwa hal-hal utama itu ditutup dengan istighfar seperti shalat, haji,
dan lainnya. Allah Ta’ala memerintahkan Rasul-Nya untuk bertahmid dan
beristighfar dalam kondisi itu sebagai sebuah isyarat bahwa ajal beliau
sudah dekat. Hendaklah beliau mempersiapkan diri untuk bertemu dengan
Rabb beliau dan menutup usianya dengan sesuatu paling istimewa yang
beliau miliki. Semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan pada beliau.
Rasulullah Saw menafsirkan al-Qur’an dan mengucapkan tasbih dan
istighfar dalam shalat. Beliau banyak membaca ketika rukuk dan sujud,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي
“Mahasuci Engkau, dan dengan memuji-Mu Allah, Rabb kami. Ya Allah, ampunilah aku.” (diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim)
Hikmah dan Pelajaran:
- Surah an-Nashr ini diturunkan kepada Rasulullah Saw sebagai berita gembira atas perjuangan beliau dalam mendakwahkan Islam, yaitu dengan berbagai kemenangan dalam penaklukan wilayah dan banyaknya yang memeluk Islam serta penaklukan Mekah dengan cara damai.
- Turunnya surah an-Nashr ini merupakan isyarat akan dekatnya ajal Rasulullah Saw, dan telah sempurnanya perjuangan Rasulullah Saw menyampaikan risalah, sehingga sudah saatnya bagi beliau mempersiapkan diri untuk menghadap Allah Ta’ala .
- Allah Ta’ala akan selalu menolong dan memberi kemenangan kepada hamba-hambaNya yang selalu berjuang untuk mendakwahkan Islam dan meninggikan kalimat-kalimatNya.
- Perintah Allah Ta’ala kepada kita agar berdzikir kepada-Nya dengan memperbanyak tasbih dan tahmid
- Perintah Allah Ta’ala kepada kita agar memperbanyak memohon ampunan (istighfar) dan bertaubat kepada Allah Ta’ala serta mempersiapkan bekal sebaik-baiknya untuk menghadap Allah Ta’ala. Kita tidak tahu kapan ajal menjemput, berbeda dengan Rasulullah Saw yang telah diberi isyarat dekatnya ajal beliau.
Referensi:
- Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith jilid 3;
- Syaikh Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyil Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir jilid 4;
- Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan.