Al muthaffifin, artinya mengurangi atau menambah sedikit. Menurut Ibnu Kastir kalimat ath-thathfif artinya pengambilan sedikit dari timbangan atau penambahan. Maksud dari semua itu adalah kecurangan dalam timbangan. Jadi al-muthaffifiin para pelaku kecurangan tersebut. Karena itulah surat ini diberi nama Al-Muthaffifin.
Rahasia dipilihnya kalimat ini padahal arti sebenarnya sedikit adalah
karena yang diambil mereka sebenarnya sedikit sekali, tetapi dosanya
besar. Isi pokok surat ini adalah ancaman bagi mereka yang suka menipu
dan mengambil hak orang lain, serta ancaman bagi orang-orang kafir yang
suka mengejek dan menghina orang-orang beriman. Bila dihubungkan dengan
surat sebelumnya, terlihat jelas adanya keterkaitan makna dan kandungan:
Dalam surat al-Infithar Allah menjelaskan adanya malaikat yang menjaga
dan mencatat amal (perbuatan) manusia, lalu pada surat ini dijelaskan
lagi tentang buku catatan tersebut. Bila pada surat al-Infithar
disebutkan bahwa ada dua golongan manusia pada hari kiamat, maka dalam
surat ini diuraikan lebih luas keadaan dan sifat kedua golongan manusia
itu. Oleh karena itu mari kita lihat secara ringkas kandungan surat Al-Muthaffifin sebagai berikut:
Ancaman Bagi Al-Muthaffifiin (1-6)
Allah memulai surat dengan suatu ancaman bagi orang–orang yang curang dalam timbangan (al-muthaffifin) dengan kalimat “wail” artinya celakalah, suatu indikasi bahwa mereka akan mendapatkan azab yang pedih . Siapakah al-muthaffifin
dan mengapa diancam demikian? Mereka adalah orang-orang yang jika
menerima takaran mereka minta ditambah dan jika mereka menimbang atau
menakar mereka mengurangi. Merekalah orang-orang yang curang dalam jual
beli, mereka tidak beriman dengan adanya hari kiamat, hari kebangkitan,
hari yang sangat besar, hari pertanggungjawaban atas apa yang diperbuat.
Tempat Catatan Bagi Orang-orang Kafir (7-17)
Kemudian
Allah menjelaskan bahwa catatan perbuatan orang-orang durhaka terdapat
dalam daftar keburukan dan di simpan dalam buku khusus bernama “sijjin”
(kumpulan buku-buku para syetan dan orang-orang kafir). Mereka itulah
yang mendustakan para rasul dan risalahnya. Sifat-sifat mereka ada
tiga: a). mu’tad (melampaui batas dan selalu melanggar huku-hukum Allah). b). astim
(bergelimang dosa, dengan menkonsumsi barang haram, berbicara bohong,
mengkhianati amanah, dan lain sebagainya. c). Jika dibacakan Al-Qur’an,
mereka mengatakan bahwa itu hanya dongeng orang-orang terdahulu, itu
bukan wahyu dari Allah SWT.
Pada ayat berikutnya Allah lalu
menjelaskan sebab-sebab mengapa mereka mengejek Al-Qur’an di antaranya,
banyaknya dosa yang telah menutup hati mereka dari keimanan kepada
Al-Qur’an sehingga mereka tidak mau menerima kebenaran dan kebaikan.
Karenanya mereka jauh dari rahmat Allah sehingga mereka kelak
dilemparkan ke dalam api neraka yang paling bawah. Dan dikatakan kepada
mereka, “inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan“.
Tempat Catatan Bagi Orang-orang Beriman (18-24)
Allah
menceritakan bahwa buku perbuatan orang-orang beriman berada di tempat
paling tinggi, dikumpulkan dalam tempat khusus bernama ‘illiyyiin.
Setiap catatan disaksikan oleh para malaikat yang sangat dekat kepada
Allah. Adapun gambaran kenikmatan yang dicapai mereka yang beruntung ini
Allah sebutkan pada ayat-ayat berikutnya: a). Mereka berada dalam
kenikmatan yang luar biasa, tidak pernah mereka alami sebelumnya.
Keindahan dipan-dipan yang mereka tempati dan seluruh interior kamarnya
di surga benar-benar tak terhingga, tak terlukis dengan kata-kata. b).
Wajah mereka berseri-seri, putih bersinar. c). Minuman mereka khamar
yang tidak memabukkan, cirinya ada empat: (1) makhutum, tempatnya dilak atau distempel khusus, sebagai tanda kemulyaan. (2) khitaamuhu misk
artinya setelah minum terasa mencium semerbak wangi kesturi. (3)
Minuman itu menjadi rebutan para penghuni surga. (4) Campurannya khamar
murni dari tasnim (minuman kebanggaan ahli surga).
Ejekan Allah Terhadap Orang-orang Kafir (29-32)
Allah
menceritakan ejekan orang-orang kafir – seperti; al Walid bin Mughirah,
‘Ubah bin Abi Mu’ith, al-’Ash bin Wail, al-Aswad bin ‘abd Yaghut,
al-’Ash bin Hisyam, Abu Jahal dan an-Nadhr bin al-Harist- kepada
orang-orang beriman – seperti; ‘Ammar, Khabbab, Shuhaib dan Bilal –
selama di dunia: (a) Mereka suka menertawakan orang-orang beriman. (b)
Bila melihat orang-orang beriman, mereka suka mengedip-ngedipkan matanya
dengan nada mengejek sambil berkata: “lihatlah mereka mencapekkan diri
dan menjauhkan kenikmatan duniawi hanya sekedar mencari pahala!” (c)
Bila berkumpul dengan kawan-kawan mereka menampakkan kegembiraan. (d)
Selalu menyebut bahwa orang-orang beriman itu adalah orang-orang sesat.
Hiburan Allah Bagi Orang-orang Beriman (33-36)
Di akhir surat ini Allah menggambarkan hiburan bagi mereka yang beriman, kelak di surga: Pertama,
bahwa perbuatan mereka itu ternyata tidak dibiarkan berlalu begitu
saja. Melainkan dicatat secara ketat oleh para malaikat yang mengawasi.
Dan semuanya akan mendapatkan balasan yang setimpal. Kedua,
Allah berkata kepada penghuni surga: perhatikan, sekarang kalian berada
di atas dipan-dipan yang indah sambil menertawakan mereka menderita
dalam neraka, dulu mereka telah menertawakan kalian selama di dunia. Ketiga,
Allah bertanya kepada penghuni surga: sudahkah kamu saksikan bahwa
orang-orang kafir benar-benar menerima akibat perbuatannya yang keji dan
kejam selama di dunia? Suatu pernyataan yang merendahkan derajat mereka
dan memulyakan penghuni surga. Itulah ganjaran yang pantas diterima
oleh orang-orang kafir dan orang-orang melampui batas dalam berbuat
dosa.
Semoga bermanfaat
Selamat menyambut datangnya bulan mulia...ramadhan...
No comments:
Post a Comment