...semoga semua pihak yang terlibat dengan tulisan ini medampat pahala dari Allah, penulis maupun yg membaca Nya...Insya Allah...amin....

freej

Monday, 23 June 2014

Surat Al-Muthaffifiin (QS : 83)


Al muthaffifin, artinya mengurangi atau menambah sedikit. Menurut Ibnu Kastir kalimat ath-thathfif artinya pengambilan sedikit dari timbangan atau penambahan. Maksud dari semua itu adalah kecurangan dalam timbangan. Jadi al-muthaffifiin para pelaku kecurangan tersebut. Karena itulah surat ini diberi nama Al-Muthaffifin. Rahasia dipilihnya kalimat ini padahal arti sebenarnya sedikit adalah karena yang diambil mereka sebenarnya sedikit sekali, tetapi dosanya besar. Isi pokok surat ini adalah ancaman bagi mereka yang suka menipu dan mengambil hak orang lain, serta ancaman bagi orang-orang kafir yang suka mengejek dan menghina orang-orang beriman. Bila dihubungkan dengan surat sebelumnya, terlihat jelas adanya keterkaitan makna dan kandungan: Dalam surat al-Infithar Allah menjelaskan adanya malaikat yang menjaga dan mencatat amal (perbuatan) manusia, lalu pada surat ini dijelaskan lagi tentang buku catatan tersebut. Bila pada surat al-Infithar disebutkan bahwa ada dua golongan manusia pada hari kiamat, maka dalam surat ini diuraikan lebih luas keadaan dan sifat kedua golongan manusia itu. Oleh karena itu mari kita lihat secara ringkas kandungan surat Al-Muthaffifin sebagai berikut:

Ancaman Bagi Al-Muthaffifiin (1-6)
Allah memulai surat dengan suatu ancaman bagi orang–orang yang curang dalam timbangan (al-muthaffifin) dengan kalimat “wail” artinya celakalah, suatu indikasi bahwa mereka akan mendapatkan azab yang pedih . Siapakah al-muthaffifin dan mengapa diancam demikian? Mereka adalah orang-orang yang jika menerima takaran mereka minta ditambah dan jika mereka menimbang atau menakar mereka mengurangi. Merekalah orang-orang yang curang dalam jual beli, mereka tidak beriman dengan adanya hari kiamat, hari kebangkitan, hari yang sangat besar, hari pertanggungjawaban atas apa yang diperbuat.

Tempat Catatan Bagi Orang-orang Kafir (7-17)
Kemudian Allah menjelaskan bahwa catatan perbuatan orang-orang durhaka terdapat dalam daftar keburukan dan di simpan dalam buku khusus bernama “sijjin” (kumpulan buku-buku para syetan dan orang-orang kafir). Mereka itulah yang mendustakan para rasul dan risalahnya. Sifat-sifat mereka ada tiga: a). mu’tad (melampaui batas dan selalu melanggar huku-hukum Allah). b). astim (bergelimang dosa, dengan menkonsumsi barang haram, berbicara bohong, mengkhianati amanah, dan lain sebagainya. c). Jika dibacakan Al-Qur’an, mereka mengatakan bahwa itu hanya dongeng orang-orang terdahulu, itu bukan wahyu dari Allah SWT.
Pada ayat berikutnya Allah lalu menjelaskan sebab-sebab mengapa mereka mengejek Al-Qur’an di antaranya, banyaknya dosa yang telah menutup hati mereka dari keimanan kepada Al-Qur’an sehingga mereka tidak mau menerima kebenaran dan kebaikan. Karenanya mereka jauh dari rahmat Allah sehingga mereka kelak dilemparkan ke dalam api neraka yang paling bawah. Dan dikatakan kepada mereka, “inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan“.

Tempat Catatan Bagi Orang-orang Beriman (18-24)
Allah menceritakan bahwa buku perbuatan orang-orang beriman berada di tempat paling tinggi, dikumpulkan dalam tempat khusus bernama ‘illiyyiin. Setiap catatan disaksikan oleh para malaikat yang sangat dekat kepada Allah. Adapun gambaran kenikmatan yang dicapai mereka yang beruntung ini Allah sebutkan pada ayat-ayat berikutnya: a). Mereka berada dalam kenikmatan yang luar biasa, tidak pernah mereka alami sebelumnya. Keindahan dipan-dipan yang mereka tempati dan seluruh interior kamarnya di surga benar-benar tak terhingga, tak terlukis dengan kata-kata. b). Wajah mereka berseri-seri, putih bersinar. c). Minuman mereka khamar yang tidak memabukkan, cirinya ada empat: (1) makhutum, tempatnya dilak atau distempel khusus, sebagai tanda kemulyaan. (2) khitaamuhu misk artinya setelah minum terasa mencium semerbak wangi kesturi. (3) Minuman itu menjadi rebutan para penghuni surga. (4) Campurannya khamar murni dari tasnim (minuman kebanggaan ahli surga).

Ejekan Allah Terhadap Orang-orang Kafir (29-32)
 Allah menceritakan ejekan orang-orang kafir – seperti; al Walid bin Mughirah, ‘Ubah bin Abi Mu’ith, al-’Ash bin Wail, al-Aswad bin ‘abd Yaghut, al-’Ash bin Hisyam, Abu Jahal dan an-Nadhr bin al-Harist- kepada orang-orang beriman – seperti; ‘Ammar, Khabbab, Shuhaib dan Bilal – selama di dunia: (a) Mereka suka menertawakan orang-orang beriman. (b) Bila melihat orang-orang beriman, mereka suka mengedip-ngedipkan matanya dengan nada mengejek sambil berkata: “lihatlah mereka mencapekkan diri dan menjauhkan kenikmatan duniawi hanya sekedar mencari pahala!” (c) Bila berkumpul dengan kawan-kawan mereka menampakkan kegembiraan. (d) Selalu menyebut bahwa orang-orang beriman itu adalah orang-orang sesat.

Hiburan Allah Bagi Orang-orang Beriman (33-36) 
Di akhir surat ini Allah menggambarkan hiburan bagi mereka yang beriman, kelak di surga: Pertama, bahwa perbuatan mereka itu ternyata tidak dibiarkan berlalu begitu saja. Melainkan dicatat secara ketat oleh para malaikat yang mengawasi. Dan semuanya akan mendapatkan balasan yang setimpal. Kedua, Allah berkata kepada penghuni surga: perhatikan, sekarang kalian berada di atas dipan-dipan yang indah sambil menertawakan mereka menderita dalam neraka, dulu mereka telah menertawakan kalian selama di dunia. Ketiga, Allah bertanya kepada penghuni surga: sudahkah kamu saksikan bahwa orang-orang kafir benar-benar menerima akibat perbuatannya yang keji dan kejam selama di dunia? Suatu pernyataan yang merendahkan derajat mereka dan memulyakan penghuni surga. Itulah ganjaran yang pantas diterima oleh orang-orang kafir dan orang-orang melampui batas dalam berbuat dosa.  
Semoga bermanfaat 
Selamat menyambut datangnya bulan mulia...ramadhan...

Monday, 16 June 2014

Surat Al-Infithar/Terbelah (QS : 82)


Surat ini termasuk Surat yang turun pada masa awal Mekkah, dan seperti surat sebelumnya, At-Takwir ( yang berarti Melipat), hal ini membuktikan melalui nubuwat, bahwasannya manusia itu pada prinsipnya harus bertanggung-jawab atas semua amal perbuatannya. Meski ada satu perbedaan pada konteksnya. Didalam surat sebelumnya (At-Takwir), tergenapinya nubuatan (ramalan) akan kejayaan yang disebutkan disana menyangkut kejayaan pada Abad Akhir, sedangkan tanda-tanda istimewa yang terdapat dalam surat ini (Al-Infithr) berkaitan dengan kejayaan dan kemenangan yang dicapai pada masa kehidupan Nabi Suci Muhammad s.a.w. Tergenapinya nubuatan tersebut nampak jelas pada masa hidup beliau, sehingga kejayaan serta keagungan tersebut dapat disaksikan hingga melampaui abad-abad sesudahnya hingga saat ini. Seperti disebutkan beberapa kali sebelumnya, nubuatan itu diselimuti dengan bahasa yang rumit, metaforis dan tersembunyi padahal arti yang penting terkandung didalamnya baru dibuka hanya pada saat penggenapannya terpenuhi.

Tafsir selengkapnya sebagai berikut:
1.Tatkala langit terbelah.
Ayat ini membawa suatu arti kiasan yang mendalam. Yakni, langit akan menurunkan hujan tanda-bukti serta pertolongan Ilahi seolah mereka diciptakan untuk maksud itu dan hanya menunggu perintah Tuhannya, dan ketika saatnya sudah masak, begitu derasnya tercurah tanda-bukti Ilahi dan pertolongan dari langit ini seolah dari sebuah bejana raksasa yang pecah dan telah memancarkan isinya ke segenap penjuru yang jauh dan luas.
2. Dan tatkala bintang-bintang berserakan.
Ayat ini juga merupakan suatu perumpamaan rumit yang lainnya. Nabi Suci Muhammad s.a.w. diriwayatkan telah bersabda: ‘Para sahabatku itu ibarat bintang-bintang”. Mereka seperti bintang-gemintang  karena mereka dipenuhi dengan cahaya langit yang dibawa oleh Nabi Suci. Maknanya adalah bahwa ketika pancuran pertolongan Ilahi dan tanda-bukti dari langit ini jatuh ke bumi dan Islam mencapai kejayaan, maka tanda-bukti yang lain akan nampak dan mempengaruhi, dan tanda bukti ini adalah bintang di langit, yakni para sahabat Nabi Suci, dan kaum Muslimin yang lain akan dipenuhi dengan cahaya yang sama, akan bersafari disegenap penjuru bumi guna menyiarkan cahaya langit ini, yakni, menyiarkan Islam ke seluruh penjuru dunia.
3. Dan tatkala sungai-sungai dialirkan dengan deras.
Sungai-sungai dalam bahasa kiasan merujuk kepada ilmu. Yakni, sungai ilmu akan mengalir dengan berlimpah ke seluruh bumi. Tanda-bukti ketiga ini memberi tahu kita bahwa bersama dengan para sahabat itu berkelana di bumi dan menyebarkan agamanya, mereka juga memprakarsai banjirnya ilmu dan hikmah disegala lingkungan yang didambakan manusia. Tambahan pula, bangsa Arab akan menjadi umat yang diberkahi yang akan mengajar dunia dengan ilmu pengetahuan dan akan mengilhami serta meletakkan dasar peradaban dan kebudayaan yang baru.
4. Dan tatkala kuburan-kuburan dibuka lebar.
Yakni, orang yang mati akan hidup kembali. Dengan perkataan lain, orang-orang yang mengalami kematian baik berupa buta huruf, atau kebiadaban dan kebodohan, serta dikuburkan didalam lubang kejahilan dan takhayul nenek-moyangnya, akan menerima suatu kehidupan baru (iman dan ilmu). Dan dimanapun risalah Islam itu sampai kepadanya, maka orang itu akan menemukan kebangkitan nafas kehidupan baru yang ditiupkan kepada orang-orang yang tadinya liar (primitif).
Ingatlah bahwa keempat tanda-bukti tersembunyi yang disebutkan disini dinubuatkan pada saat Islam masih balita dan mengalami periode sangat menderita dan tanpa daya. Betapa jelas dan tajam nubuatan ini, bukankah hal ini hanya terjadi dalam beberapa tahun saja dan betapa cepat Islam menguasai panggung dunia sehingga ditulis besar-besar dengan tinta emas dihalaman sejarah dunia!.
5. Tiap-tiap jiwa akan tahu apa yang dahulu ia lakukan dan apa yang mereka lalaikan.
Setelah menggambarkan empat tanda-bukti diatas, Allah Yang Maha-Tinggi kemudian berfirman, bahwa bila semua tanda-bukti ini ternyata benar, maka akibatnya selanjutnya adalah mutlak benar pula bahwa setiap manusia itu akan diperlihatkan hasil dari amal perbuatannya, apakah dia akan menjumpainya dalam kehidupannya dimasa depan atau sebagaimana mereka yang melakukan amal saleh, dia telah meninggalkan suatu jejak kedermawanannya itu. Dan tak terbantahkan lagi bahwa empat nubuatan yang disebut diatas sesungguhnya membentuk suatu aturan yang indah yang diwariskan masyarakat Islam kepada dunia.
Telah disebutkan dalam surat 78. An-Naba, (yang artinya harfiahnya adalah Pemberitahuan), bahwa zaman dari setiap nabi atau utusan (rasul) itu menyajikan kepada kita suatu lukisan dalam skala kecil dari hari Kebangkitan, sedemikian rupa sehingga orang-orang bisa menyaksikan dengan mata-kepalanya sendiri hasil dari amal perbuatannya dalam kehidupan ini, dan selanjutnya hal itu akan memperkuat keimanan mereka kepada Hari Kebangkitan Yang Agung dimana manusia pada saat itu akan menyaksikan manifestasi sepenuhnya dari konsekuensi amal perbuatannya.
Inilah sebabnya mengapa Allah Ta’ala menggunakan kata As-Sa’ah (Saat) dalam Qur’an Suci, yakni nama lain dari Hari Kebangkitan, untuk menggambarkan kembali kesuksesan dari akhlak luhur dan kebinasaan serta kegagalan dari perbuatan buruk (jahat) manusia pada masa hidup Rasulullah. Tujuan Allah menyajikan kepada manusia gambaran awal ini sesungguhnya karena hal itu berfungsi sebagai tanda bukti yang tak tertandingi kelak pada Hari Kebangkitan yang dengan mudah manusia untuk memahaminya. Dengan perkataan lain, “Saat” sesuai dengan rancangan Allah, hasil perbuatan itu dibuka dialam fana ini bagi setiap orang yang baik ataupun orang yang jahat, mereka akan menerima ganjarannya secara adil – suatu fakta yang telah di informasikan sebelum hal itu terjadi – lalu, jika hal itu juga diungkapkan sebelumnya bahwa dalam kehidupan dimasa mendatang, kebaikan dan kejahatan itu masing-masing akan menerima ganjaran yang sesuai dalam skala penuh, maka adakah alternatif lain disana kecuali menerima kebenaran janji Allah?
Sesungguhnya, kita telah menyaksikan kenyataan atas penggenapan sejati dari perkara ini dalam kehidupan kita masing-masing disini dan kita telah melihat dengan mata-kepala sendiri balasan yang baik untuk kebaikan manusia maupun maupun balasan yang buruk untuk kejahatan. Jadi, sesuai dengan rencana Allah, apapun kebaikan yang dikerjakan oleh para sahabat Nabi, dan apapun jejak langkah yang telah mereka tinggalkan, tersedia tanda bukti bahwa mereka adalah suatu umat dengan akhlak yang luhur dan telah memberikan kemaslahatan yang besar kepada umat manusia, serta dimasa mendatang amal saleh mereka akan menghasilkan buah yang melimpah-ruah. Secara jelas para Sahabat Nabi telah menyajikan fakta ini, dan hal itu sebagai indikasi bahwa setiap amal perbuatan manusia itu mengandung konsekuensi yang akan terlihat jelas disaat ini atau dimasa mendatang.
Maka manusia harus berhati-hati dalam tindak-tanduknya dan harus berperilaku dengan cara baik, yang tidak saja kebaikannya itu untuk dikirim ke akhirat kelak melainkan juga harus meninggalkan warisan jejak kebajikan semasa hidupnya didunia ini jika tidak ingin menderita kerugian selamanya.
6. Wahai manusia, apakah yang memperdaya engkau tentang Tuhan dikau, Yang Maha-Mulia.
7. Yang menciptakan engkau, lalu menyempurnakan engkau, lalu membuat engkau dalam keadaan seimbang.
Ayat ini menyiratkan manusia yang dilahirkan didunia ini kebanyakan akan segera lupa akan tujuan penciptaannya dan perhatiannya hanya terpaku kepada pemuasan hawa nafsunya belaka, baik nafsu hewani seperti makan, minum dan nafsu seksual semata. Manusia malah menyingkir dari Tuhan yang telah menjadikan dirinya berguna, padahal Dia telah menunjukkan sifat Rububiyyah-Nya (Sifat Memelihara) kepadanya, membimbingnya untuk mencapai keadaan tertentu, selangkah demi selangkah, menuju kemajuan dan kesempurnaan disegala bidang, dan Dia dengan kemurahan-Nya yang tak terhingga telah mengaruniainya dengan sumber-daya alam dan bakat yang sedemikian rupa untuk menjadikan dirinya mencapai kemuliaan tertinggi dan oleh sebab itu adalah sebuah keharusan untuk menjadi abdi yang terhormat dari Tuhan yang Maha Pemurah dan Maha Terpuji.
Adalah perbuatan Tuhan yang sama Yang menciptakan dan membentuknya dalam citra yang paling sempurna, yakni apapun yang telah dikaruniakan kepadanya merupakan hal yang paling tepat, yang paling cocok dan yang paling sempurna sehingga manusia itu dapat mencapai tingkatan yang penuh dari tujuan penciptaannya. Selanjutnya, Allah membentuknya dengan ukuran yang benar. Dengan perkatan lain, kemajuan manusia itu tergantung kepada moderasi dirinya serta keseimbangan yang terbebas dari sikap berlebihan dimana sang Pencipta telah melekatkan dalam sifat alaminya yang terdalam yang sesuai dengan fitrahnya.
Jadi, jika manusia itu memusatkan perhatiannya kepada Tuhan yang Maha Terpuji dan Pemurah, yakni, bila dia selalu mengingat fakta bahwa Tuhannya telah menciptakan dirinya untuk mencapai kemuliaan dan kesempurnaan,  dan bila dia merenungkan penciptaan-Nya dan menyadari luasnya kualitas karunia yang telah diberikan kepadanya dan kemudian dia mengikuti langkah yang seimbang, maka tak ada batas kemuliaan serta tingkat kesempurnaan yang bisa dicapainya. Namun malangnya, kebanyakan manusia tidak mampu menahan nafsu seksual serta nafsu hewani dalam upaya penyempurnaan dan kemajuan ruhaninya untuk kehidupan akhiratnya. Padahal, seharusnya dia tidak berbalik dari ketaatan kepada Tuhannya, karena disinilah terletak rahasia kehormatan bagi dirinya.
8. Dalam bentuk apa gerangan Ia kehendaki membentuk engkau.
Yakni, bermacam ragamnya bentuk dan penampilan manusia, dalam kebijaksanaan Allah, adalah perkara yang penuh keajaiban yang luar biasa. Ini juga memungkinkan manusia itu mengenal satu sama lain dan mengembangkan pribadi mereka yang unik. Dengan mengabaikan bentuk dimana Allah menciptakan setiap orang, langkah yang sama demi penyempurnaan ruhaninya adalah sama dan bisa dicapai semua orang, apakah dia hitam ataukah putih warna kulitnya, entah dia tampan ataukah tidak. Selanjutnya, tak seorangpun dapat mencegah orang lain menjalani jalan menuju kesempurnaan ruhani ini, yang merupakan tujuan hidup manusia dibumi.
9. Tidak, tetapi engkau malah mendustakan (Keputusan) Tuhan.
Dengan perkataan lain, tak satupun yang sungguh-sungguh dapat menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Sesungguhnya, penyebab sebenarnya dari penyelewengannya ialah bahwa dia tidak merasa takut terhadap tanggung-jawab serta konsekuensi atas amal perbuatannya. Bila dia yakin bahwa suatu hari nanti pasti akan datang suatu masa ketika dia akan dibalas untuk semua kelakuannya, maka dia pasti tidak akan pernah membangkang kepada Tuhannya yang maha Pemurah. Akibat penolakannya untuk beriman terhadap kepastian pembalasan dihari penghukuman itu telah mendorongnya ke lubang kelalaian dan pengingkaran. Dan ini, sebenarnya hanyalah suatu pengingkaran terhadap perbuatannya nanti  dihari Pengadilan. Betapa pun, orang harus selalu ingat bahwa amal-perbuatannnya tidak akan pernah hilang, karena setiap perbuatan itu dijaga rapi di dalam suatu rekaman yang terjaga.
10. Dan sesungguhnya bagi kamu ada penjaga.
11. Juru tulis yang mulia.
12. Mereka mengetahui apa yang kamu lakukan.
Dengan perkataan lain, Allah telah menunjuk penjaga semacam itu yang merekam semua perbuatan manusia dan mereka tidak pernah membiarkan setiap catatanpun hilang. Sebaliknya, mereka tetap mencatat setiap hal satu demi satu. Para penjaga itu adalah malaikat yang mulia dan suci yang tidak akan serupa dengan reserse polisi di dunia ini yang menulis peristiwa hanya sebatas kemauan mereka belaka. Sebaliknya, apa pun yang ditulis para perekam yang suci ini sepenuhnya asli dan terpercaya. Kini, dalam abad ilmiah ini, para ilmuwan telah mengungkapkan bahwa tidak ada kata ataupun perbuatan manusia yang bisa hilang begitu saja. Sebaliknya, segala  sesuatu itu secara berkesinambungan direkam dalam gelombang suara atau dalam frekuensi tertentu. Bila kita bisa menemukan sarana dimana kita bisa membaca rekaman ini, maka kita akan bisa membaca sejarah lengkap dunia, dari apapun hunian yang kita pilih untuk diteliti, kita akan bisa mengungkapkan pekerjaan apa yang telah dilakukan dan kata-kata apa yang diucapkan disana.
Mr. Uspan, seorang Inggris yang masuk Islam dan mantan editor majalah Outlook dan The Light (dua majalah), telah membuat terobosan baru atas catatan masalah ini, dengan berani beliau mengumumkan bahwa suatu saat ketika rekaman yang tersimpan dalam kitab alam itu bisa dipecahkan kodenya maka hasilnya adalah keruntuhan seketika dari Kekristenan, karena ceritera bohong mengenai Ketuhanan Al-masih, Nabi Isa, dan yang diangkat hidup-hidup ke langit akan dibuka dan akibatnya doktrin Trinitas dan Penebusan Dosa akan lenyap dari muka bumi.
Pendeknya, ilmuwan sedang terlibat dalam tugas untuk menemukan alat yang bisa digunakan untuk membaca rekaman dari alam semesta dan mereka bisa jadi berhasil ataupun tidak berhasil. Dalam setiap hal, rekaman itu adalah dalam kepemilikan Allah – suatu catatan dimana tak ada kata atau amal kita yang disembunyikan atau dihilangkan. Jadi, akibat dari hal ini adalah sebagai berikut:
13. Sesungguhnya orang-orang yang tulus ada dalam kenikmatan.
14. Dan sesungguhnya orang-orang yang jahat ada dalam Api yang menghanguskan.
15. Mereka akan masuk ke sana pada hari Keputusan.
16. Dan mereka tak akan lolos dari (Neraka) itu.
Yakni, neraka yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri melalui perbuatan jahat, sebetulnya sudah hadir beserta mereka dalam hidup ini, tetapi mereka membutakan diri sendiri. Namun, setelah mati, pada hari Pembalasan, mereka akan menangkap dengan keyakinan penglihatan, dan itulah Api Neraka yang akan mereka masuki.
17. Dan apakah yang membuat engkau tahu apakah hari Keputusan itu?
18. Lagi, apakah yang membuat engkau tahu apakah hari Keputusan itu?
Pengulangan pertanyaan ini adalah suatu gaya bahasa Qur’an Suci, maksudnya untuk membuat jelas pentingnya subyek masalah dan juga untuk menyoroti kengerian dan agungnya hari Keputusan itu.
19. Yaitu hari tatkala tiada jiwa menguasai sesuatu untuk kepentingan jiwa yang lain. Dan pada hari itu komando (perintah) adalah kepunyaan Allah.
Kekuatan dan komando itu selalu berada di tangan Allah SWT, tetapi di sini tujuannya adalah untuk menarik perhatian, bahwa dalam kehidupan ini Allah telah memberi manusia hadiah untuk memilih: berbuat baik atau tidak, saling tolong menolong dengan satu cara atau lainnya, atau memberi keuntungan kepada orang lain atau menentangnya. Betapa pun, pada hari ketika hasil perbuatan itu dibukakan, tak seorangpun memiliki pilihan untuk memikul beban dari konsekuensi amalnya dengan sabar atau tidak, ataupun seseorang bisa menyelamatkan orang lain dari hukuman, atau bisa menolong yang lain dengan suatu cara. Inilah sebabnya mengapa Nabi Suci Muhammad s.a.w. memperingatkan puterinya, Fatimah r.a. dengan kata-kata berikut ini:

“Isteri dan anak-anjaku sayang, pada hari Kebangkitan, tak akan berguna apa-apa meski aku ini ayahmu. Hanya amal perbuatanmulah yang akan bermanfaat bagimu" selamat menyambut bulan suci ramadhan.