Surat ini termasuk Surat yang turun pada
masa awal Mekkah, dan seperti surat sebelumnya, At-Takwir ( yang berarti
Melipat), hal ini membuktikan melalui nubuwat, bahwasannya manusia itu
pada prinsipnya harus bertanggung-jawab atas semua amal perbuatannya.
Meski ada satu perbedaan pada konteksnya. Didalam surat sebelumnya
(At-Takwir), tergenapinya nubuatan (ramalan) akan kejayaan yang
disebutkan disana menyangkut kejayaan pada Abad Akhir, sedangkan
tanda-tanda istimewa yang terdapat dalam surat ini (Al-Infithr)
berkaitan dengan kejayaan dan kemenangan yang dicapai pada masa
kehidupan Nabi Suci Muhammad s.a.w. Tergenapinya nubuatan tersebut
nampak jelas pada masa hidup beliau, sehingga kejayaan serta keagungan
tersebut dapat disaksikan hingga melampaui abad-abad sesudahnya hingga
saat ini. Seperti disebutkan beberapa kali
sebelumnya, nubuatan itu diselimuti dengan bahasa yang rumit, metaforis
dan tersembunyi padahal arti yang penting terkandung didalamnya baru
dibuka hanya pada saat penggenapannya terpenuhi.
Tafsir selengkapnya sebagai berikut:
1.Tatkala langit terbelah.
Ayat ini membawa suatu arti kiasan yang mendalam. Yakni, langit akan
menurunkan hujan tanda-bukti serta pertolongan Ilahi seolah mereka
diciptakan untuk maksud itu dan hanya menunggu perintah Tuhannya, dan
ketika saatnya sudah masak, begitu derasnya tercurah tanda-bukti Ilahi
dan pertolongan dari langit ini seolah dari sebuah bejana raksasa yang
pecah dan telah memancarkan isinya ke segenap penjuru yang jauh dan
luas.
2. Dan tatkala bintang-bintang berserakan.
Ayat ini juga merupakan suatu perumpamaan rumit yang lainnya. Nabi
Suci Muhammad s.a.w. diriwayatkan telah bersabda: ‘Para sahabatku itu
ibarat bintang-bintang”. Mereka seperti bintang-gemintang karena mereka
dipenuhi dengan cahaya langit yang dibawa oleh Nabi Suci. Maknanya
adalah bahwa ketika pancuran pertolongan Ilahi dan tanda-bukti dari
langit ini jatuh ke bumi dan Islam mencapai kejayaan, maka tanda-bukti
yang lain akan nampak dan mempengaruhi, dan tanda bukti ini adalah
bintang di langit, yakni para sahabat Nabi Suci, dan kaum Muslimin yang
lain akan dipenuhi dengan cahaya yang sama, akan bersafari disegenap
penjuru bumi guna menyiarkan cahaya langit ini, yakni, menyiarkan Islam
ke seluruh penjuru dunia.
3. Dan tatkala sungai-sungai dialirkan dengan deras.
Sungai-sungai dalam bahasa kiasan merujuk kepada ilmu. Yakni, sungai
ilmu akan mengalir dengan berlimpah ke seluruh bumi. Tanda-bukti ketiga
ini memberi tahu kita bahwa bersama dengan para sahabat itu berkelana di
bumi dan menyebarkan agamanya, mereka juga memprakarsai banjirnya ilmu
dan hikmah disegala lingkungan yang didambakan manusia. Tambahan pula,
bangsa Arab akan menjadi umat yang diberkahi yang akan mengajar dunia
dengan ilmu pengetahuan dan akan mengilhami serta meletakkan dasar
peradaban dan kebudayaan yang baru.
4. Dan tatkala kuburan-kuburan dibuka lebar.
Yakni, orang yang mati akan hidup kembali. Dengan perkataan lain,
orang-orang yang mengalami kematian baik berupa buta huruf, atau
kebiadaban dan kebodohan, serta dikuburkan didalam lubang kejahilan dan
takhayul nenek-moyangnya, akan menerima suatu kehidupan baru (iman dan
ilmu). Dan dimanapun risalah Islam itu sampai kepadanya, maka orang itu
akan menemukan kebangkitan nafas kehidupan baru yang ditiupkan kepada
orang-orang yang tadinya liar (primitif).
Ingatlah bahwa keempat tanda-bukti tersembunyi yang disebutkan disini
dinubuatkan pada saat Islam masih balita dan mengalami periode sangat
menderita dan tanpa daya. Betapa jelas dan tajam nubuatan ini, bukankah
hal ini hanya terjadi dalam beberapa tahun saja dan betapa cepat Islam
menguasai panggung dunia sehingga ditulis besar-besar dengan tinta emas
dihalaman sejarah dunia!.
5. Tiap-tiap jiwa akan tahu apa yang dahulu ia lakukan dan apa yang mereka lalaikan.
Setelah menggambarkan empat tanda-bukti diatas, Allah Yang
Maha-Tinggi kemudian berfirman, bahwa bila semua tanda-bukti ini
ternyata benar, maka akibatnya selanjutnya adalah mutlak benar pula
bahwa setiap manusia itu akan diperlihatkan hasil dari amal
perbuatannya, apakah dia akan menjumpainya dalam kehidupannya dimasa
depan atau sebagaimana mereka yang melakukan amal saleh, dia telah
meninggalkan suatu jejak kedermawanannya itu. Dan tak terbantahkan lagi
bahwa empat nubuatan yang disebut diatas sesungguhnya membentuk suatu
aturan yang indah yang diwariskan masyarakat Islam kepada dunia.
Telah disebutkan dalam surat 78. An-Naba, (yang artinya harfiahnya
adalah Pemberitahuan), bahwa zaman dari setiap nabi atau utusan (rasul)
itu menyajikan kepada kita suatu lukisan dalam skala kecil dari hari
Kebangkitan, sedemikian rupa sehingga orang-orang bisa menyaksikan
dengan mata-kepalanya sendiri hasil dari amal perbuatannya dalam
kehidupan ini, dan selanjutnya hal itu akan memperkuat keimanan mereka
kepada Hari Kebangkitan Yang Agung dimana manusia pada saat itu akan
menyaksikan manifestasi sepenuhnya dari konsekuensi amal perbuatannya.
Inilah sebabnya mengapa Allah Ta’ala menggunakan kata As-Sa’ah (Saat)
dalam Qur’an Suci, yakni nama lain dari Hari Kebangkitan, untuk
menggambarkan kembali kesuksesan dari akhlak luhur dan kebinasaan serta
kegagalan dari perbuatan buruk (jahat) manusia pada masa hidup
Rasulullah. Tujuan Allah menyajikan kepada manusia gambaran awal ini
sesungguhnya karena hal itu berfungsi sebagai tanda bukti yang tak
tertandingi kelak pada Hari Kebangkitan yang dengan mudah manusia untuk
memahaminya. Dengan perkataan lain, “Saat” sesuai dengan rancangan
Allah, hasil perbuatan itu dibuka dialam fana ini bagi setiap orang yang
baik ataupun orang yang jahat, mereka akan menerima ganjarannya secara
adil – suatu fakta yang telah di informasikan sebelum hal itu terjadi –
lalu, jika hal itu juga diungkapkan sebelumnya bahwa dalam kehidupan
dimasa mendatang, kebaikan dan kejahatan itu masing-masing akan menerima
ganjaran yang sesuai dalam skala penuh, maka adakah alternatif lain
disana kecuali menerima kebenaran janji Allah?
Sesungguhnya, kita telah menyaksikan kenyataan atas penggenapan
sejati dari perkara ini dalam kehidupan kita masing-masing disini dan
kita telah melihat dengan mata-kepala sendiri balasan yang baik untuk
kebaikan manusia maupun maupun balasan yang buruk untuk kejahatan. Jadi,
sesuai dengan rencana Allah, apapun kebaikan yang dikerjakan oleh para
sahabat Nabi, dan apapun jejak langkah yang telah mereka tinggalkan,
tersedia tanda bukti bahwa mereka adalah suatu umat dengan akhlak yang
luhur dan telah memberikan kemaslahatan yang besar kepada umat manusia,
serta dimasa mendatang amal saleh mereka akan menghasilkan buah yang
melimpah-ruah. Secara jelas para Sahabat Nabi telah menyajikan fakta
ini, dan hal itu sebagai indikasi bahwa setiap amal perbuatan manusia
itu mengandung konsekuensi yang akan terlihat jelas disaat ini atau
dimasa mendatang.
Maka manusia harus berhati-hati dalam tindak-tanduknya dan harus
berperilaku dengan cara baik, yang tidak saja kebaikannya itu untuk
dikirim ke akhirat kelak melainkan juga harus meninggalkan warisan jejak
kebajikan semasa hidupnya didunia ini jika tidak ingin menderita
kerugian selamanya.
6. Wahai manusia, apakah yang memperdaya engkau tentang Tuhan dikau, Yang Maha-Mulia.
7. Yang menciptakan engkau, lalu menyempurnakan engkau, lalu membuat engkau dalam keadaan seimbang.
Ayat ini menyiratkan manusia yang dilahirkan didunia ini kebanyakan
akan segera lupa akan tujuan penciptaannya dan perhatiannya hanya
terpaku kepada pemuasan hawa nafsunya belaka, baik nafsu hewani seperti
makan, minum dan nafsu seksual semata. Manusia malah menyingkir dari
Tuhan yang telah menjadikan dirinya berguna, padahal Dia telah
menunjukkan sifat Rububiyyah-Nya (Sifat Memelihara) kepadanya,
membimbingnya untuk mencapai keadaan tertentu, selangkah demi selangkah,
menuju kemajuan dan kesempurnaan disegala bidang, dan Dia dengan
kemurahan-Nya yang tak terhingga telah mengaruniainya dengan sumber-daya
alam dan bakat yang sedemikian rupa untuk menjadikan dirinya mencapai
kemuliaan tertinggi dan oleh sebab itu adalah sebuah keharusan untuk
menjadi abdi yang terhormat dari Tuhan yang Maha Pemurah dan Maha
Terpuji.
Adalah perbuatan Tuhan yang sama Yang menciptakan dan membentuknya
dalam citra yang paling sempurna, yakni apapun yang telah dikaruniakan
kepadanya merupakan hal yang paling tepat, yang paling cocok dan yang
paling sempurna sehingga manusia itu dapat mencapai tingkatan yang penuh
dari tujuan penciptaannya. Selanjutnya, Allah membentuknya dengan
ukuran yang benar. Dengan perkatan lain, kemajuan manusia itu tergantung
kepada moderasi dirinya serta keseimbangan yang terbebas dari sikap
berlebihan dimana sang Pencipta telah melekatkan dalam sifat alaminya
yang terdalam yang sesuai dengan fitrahnya.
Jadi, jika manusia itu memusatkan perhatiannya kepada Tuhan yang Maha
Terpuji dan Pemurah, yakni, bila dia selalu mengingat fakta bahwa
Tuhannya telah menciptakan dirinya untuk mencapai kemuliaan dan
kesempurnaan, dan bila dia merenungkan penciptaan-Nya dan menyadari
luasnya kualitas karunia yang telah diberikan kepadanya dan kemudian dia
mengikuti langkah yang seimbang, maka tak ada batas kemuliaan serta
tingkat kesempurnaan yang bisa dicapainya. Namun malangnya, kebanyakan
manusia tidak mampu menahan nafsu seksual serta nafsu hewani dalam upaya
penyempurnaan dan kemajuan ruhaninya untuk kehidupan akhiratnya.
Padahal, seharusnya dia tidak berbalik dari ketaatan kepada Tuhannya,
karena disinilah terletak rahasia kehormatan bagi dirinya.
8. Dalam bentuk apa gerangan Ia kehendaki membentuk engkau.
Yakni, bermacam ragamnya bentuk dan penampilan manusia, dalam
kebijaksanaan Allah, adalah perkara yang penuh keajaiban yang luar
biasa. Ini juga memungkinkan manusia itu mengenal satu sama lain dan
mengembangkan pribadi mereka yang unik. Dengan mengabaikan bentuk dimana
Allah menciptakan setiap orang, langkah yang sama demi penyempurnaan
ruhaninya adalah sama dan bisa dicapai semua orang, apakah dia hitam
ataukah putih warna kulitnya, entah dia tampan ataukah tidak.
Selanjutnya, tak seorangpun dapat mencegah orang lain menjalani jalan
menuju kesempurnaan ruhani ini, yang merupakan tujuan hidup manusia
dibumi.
9. Tidak, tetapi engkau malah mendustakan (Keputusan) Tuhan.
Dengan perkataan lain, tak satupun yang sungguh-sungguh dapat
menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Sesungguhnya, penyebab
sebenarnya dari penyelewengannya ialah bahwa dia tidak merasa takut
terhadap tanggung-jawab serta konsekuensi atas amal perbuatannya. Bila
dia yakin bahwa suatu hari nanti pasti akan datang suatu masa ketika dia
akan dibalas untuk semua kelakuannya, maka dia pasti tidak akan pernah
membangkang kepada Tuhannya yang maha Pemurah. Akibat penolakannya untuk
beriman terhadap kepastian pembalasan dihari penghukuman itu telah
mendorongnya ke lubang kelalaian dan pengingkaran. Dan ini, sebenarnya
hanyalah suatu pengingkaran terhadap perbuatannya nanti dihari
Pengadilan. Betapa pun, orang harus selalu ingat bahwa
amal-perbuatannnya tidak akan pernah hilang, karena setiap perbuatan itu
dijaga rapi di dalam suatu rekaman yang terjaga.
10. Dan sesungguhnya bagi kamu ada penjaga.
11. Juru tulis yang mulia.
12. Mereka mengetahui apa yang kamu lakukan.
Dengan perkataan lain, Allah telah menunjuk penjaga semacam itu yang
merekam semua perbuatan manusia dan mereka tidak pernah membiarkan
setiap catatanpun hilang. Sebaliknya, mereka tetap mencatat setiap hal
satu demi satu. Para penjaga itu adalah malaikat yang mulia dan suci
yang tidak akan serupa dengan reserse polisi di dunia ini yang menulis
peristiwa hanya sebatas kemauan mereka belaka. Sebaliknya, apa pun yang
ditulis para perekam yang suci ini sepenuhnya asli dan terpercaya. Kini,
dalam abad ilmiah ini, para ilmuwan telah mengungkapkan bahwa tidak ada
kata ataupun perbuatan manusia yang bisa hilang begitu saja.
Sebaliknya, segala sesuatu itu secara berkesinambungan direkam dalam
gelombang suara atau dalam frekuensi tertentu. Bila kita bisa menemukan
sarana dimana kita bisa membaca rekaman ini, maka kita akan bisa membaca
sejarah lengkap dunia, dari apapun hunian yang kita pilih untuk
diteliti, kita akan bisa mengungkapkan pekerjaan apa yang telah
dilakukan dan kata-kata apa yang diucapkan disana.
Mr. Uspan, seorang Inggris yang masuk Islam dan mantan editor majalah Outlook dan The Light
(dua majalah), telah membuat terobosan baru atas catatan masalah ini,
dengan berani beliau mengumumkan bahwa suatu saat ketika rekaman yang
tersimpan dalam kitab alam itu bisa dipecahkan kodenya maka hasilnya
adalah keruntuhan seketika dari Kekristenan, karena ceritera bohong
mengenai Ketuhanan Al-masih, Nabi Isa, dan yang diangkat hidup-hidup ke
langit akan dibuka dan akibatnya doktrin Trinitas dan Penebusan Dosa
akan lenyap dari muka bumi.
Pendeknya, ilmuwan sedang terlibat dalam tugas untuk menemukan alat
yang bisa digunakan untuk membaca rekaman dari alam semesta dan mereka
bisa jadi berhasil ataupun tidak berhasil. Dalam setiap hal, rekaman itu
adalah dalam kepemilikan Allah – suatu catatan dimana tak ada kata atau
amal kita yang disembunyikan atau dihilangkan. Jadi, akibat dari hal
ini adalah sebagai berikut:
13. Sesungguhnya orang-orang yang tulus ada dalam kenikmatan.
14. Dan sesungguhnya orang-orang yang jahat ada dalam Api yang menghanguskan.
15. Mereka akan masuk ke sana pada hari Keputusan.
16. Dan mereka tak akan lolos dari (Neraka) itu.
Yakni, neraka yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri melalui
perbuatan jahat, sebetulnya sudah hadir beserta mereka dalam hidup ini,
tetapi mereka membutakan diri sendiri. Namun, setelah mati, pada hari
Pembalasan, mereka akan menangkap dengan keyakinan penglihatan, dan
itulah Api Neraka yang akan mereka masuki.
17. Dan apakah yang membuat engkau tahu apakah hari Keputusan itu?
18. Lagi, apakah yang membuat engkau tahu apakah hari Keputusan itu?
Pengulangan pertanyaan ini adalah suatu gaya bahasa Qur’an Suci,
maksudnya untuk membuat jelas pentingnya subyek masalah dan juga untuk
menyoroti kengerian dan agungnya hari Keputusan itu.
19. Yaitu hari tatkala tiada jiwa menguasai sesuatu untuk kepentingan
jiwa yang lain. Dan pada hari itu komando (perintah) adalah kepunyaan
Allah.
Kekuatan dan komando itu selalu berada di tangan Allah SWT, tetapi di
sini tujuannya adalah untuk menarik perhatian, bahwa dalam kehidupan
ini Allah telah memberi manusia hadiah untuk memilih: berbuat baik atau
tidak, saling tolong menolong dengan satu cara atau lainnya, atau
memberi keuntungan kepada orang lain atau menentangnya. Betapa pun, pada
hari ketika hasil perbuatan itu dibukakan, tak seorangpun memiliki
pilihan untuk memikul beban dari konsekuensi amalnya dengan sabar atau
tidak, ataupun seseorang bisa menyelamatkan orang lain dari hukuman,
atau bisa menolong yang lain dengan suatu cara. Inilah sebabnya mengapa
Nabi Suci Muhammad s.a.w. memperingatkan puterinya, Fatimah r.a. dengan
kata-kata berikut ini:
“Isteri dan anak-anjaku sayang, pada hari Kebangkitan, tak akan berguna apa-apa
meski aku ini ayahmu. Hanya amal perbuatanmulah yang akan bermanfaat
bagimu" selamat menyambut bulan suci ramadhan.