...semoga semua pihak yang terlibat dengan tulisan ini medampat pahala dari Allah, penulis maupun yg membaca Nya...Insya Allah...amin....

freej

Tuesday, 29 November 2011

Surat Al-Ankabut /Laba-laba (Q S : 29)


Cobaan itu adalah perlu Ayat 1-5

1 Alif Lam Mim. 2 Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? 3 Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. 4 Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. 5 Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Tiap-tiap usaha manusia kemanfaatannya kembali kepada dirinya sendiri Ayat 6-7

6 Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. 7 Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.

Ajakan mempersekutukan Tuhan harus ditentang sekalipun datangnya dari ibu bapak Ayat 8-9

8 Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 9 Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh.

Sikap orang yang lemah imannya dalam menghadapi cobaan Ayat 10-13

10 Dan di antara manusia ada orang yang berkata, "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata, "Sesungguhnya kami adalah besertamu." Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia? 11 Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman, dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik. 12 Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman, "Ikutilah jalan kami, dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu", dan mereka (sendiri) sedikit pun tidak (sanggup), memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta. 13 Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.

Cobaan terhadap Nabi Nuh AS Ayat 14-15

14 Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang lalim. 15 Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia.

Cobaan terhadap Nabi Ibrahim AS dan Nabi Luth AS Ayat 16-35

16 Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, "Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 17 Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu, maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan. 18 Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan seterang-terangnya." 19 Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 20 Katakanlah, "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 21 Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan. 22 Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di bumi dan tidak (pula) di langit dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah. 23 Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih. 24 Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan, "Bunuhlah atau bakarlah dia", lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman. 25 Dan berkata Ibrahim, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu mela'nati sebahagian (yang lain), dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolongpun. 26 Maka Luth membenarkan (kenabian) nya. Dan berkatalah Ibrahim, "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku), sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 27 Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Yaqub, dan Kami jadikan kenabian dan al-Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. 28 Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu." 29 Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar." 30 Luth berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu." 31 Dan tatkala utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan, "Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk (Sodom) ini, sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang yang lalim." 32 Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya di kota itu ada Luth." Para malaikat berkata, "Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). 33 Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak mempunyai kekuatan untuk melindungi mereka dan mereka berkata, "Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu, kecuali istrimu, dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)." 34 Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk kota ini karena mereka berbuat fasik. 35 Dan sesungguhnya Kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.

Cobaan terhadap Nabi Syu'aib AS Ayat 36-37

36 Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan, saudara mereka Syu'aib, maka ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan." 37 Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayit-mayit yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.

Cobaan terhadap Nabi Hud AS dan Nabi Shaleh AS Ayat 38

38 Dan (juga) kaum Ad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan setan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam.

Cobaan terhadap Nabi Musa AS Ayat 39

39 Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).

Perlawanan terhadap kebenaran pasti hancur Ayat 40-44

40 Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. 41 Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. 42 Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 43 Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. 44 Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang mu'min.

AL-QUR'AN MENSUCIKAN JIWA MANUSIA
Ayat 45-53

Shalat mencegah kejahatan Ayat 45

45 Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Cara berdebat dengan orang-orang yang bukan Islam Ayat 46-52

46 Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan katakanlah, "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu, Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu, dan kami hanya kepada-Nya berserah diri." 47 Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an), maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka al-Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (al-Qur'an), dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir. 48 Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qur'an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu, andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). 49 Sebenarnya, al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang lalim. 50 Dan orang-orang kafir Mekah berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah, "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata." 51 Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. 52 Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.

Azab Allah SWT pasti datang tepat pada waktunya Ayat 53

53 Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya.

KEHIDUPAN AKHIRAT ADALAH KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA
Ayat 56-66

Kabar gembira untuk orang-orang yang beriman Ayat 56-59

54 Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya Jahanam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir, 55 pada hari mereka ditutup oleh azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka dan Allah berkata (kepada mereka), "Rasailah (pembalasan dari) apa yang telah kamu kerjakan" 56 Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. 57 Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. 58 Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, 59 (yaitu) yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya.

Allah SWT menentukan rezki tiap-tiap makhluk Ayat 60-63

60 Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 61 Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab, "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). 62 Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. 63 Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab, "Allah." Katakanlah, "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami (nya).

Dalam keadaan bahaya, manusia mengakui kekuasaan Allah SWT Ayat 64-66

64 Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. 65 Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah), 66 agar mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (dalam kekafiran). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).

JAMINAN ALLAH SWT TERHADAP KEAMANAN TANAH SUCI
Ayat 67-69

67 Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah? 68 Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? 69 Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Tuesday, 22 November 2011

Surat Al-Qashash/kisah-kisah (QS : 28)


Surat ke 28 dari al-Quran adalah yang diturunkan sekitar tahun ke 11 kenabian Muhammad Saw. Tahun kesebelas merupakan masa di mana umat Islam berada dalam kondisi sulit dan minoritas dari sisi jumlah dan fasilitas. Allah Swt dalam ayat-ayat surat ini membawakan kisah kehidupan Nabi Musa as dan pengikutnya yang mengalami berbagai masalah berat. Penuturan kisah ini bertujuan memperkuat semangat keimanan dan perlawanan atas kezaliman dalam diri umat Islam. Dalam kisah ini juga disebutkan mengenai sunnah ilahi bahwa Allah berkehendak untuk memberikan nikmatnya kepada orang-orang tertindas dan mereka bakal menjadi pemimpin dan pewaris bumi.

Demi menjelaskan contoh kemenangan orang-orang tertindas atas mereka yang zalim, al-Quran mengetengahkan kisah Nabi Musa as dan Firaun. Kisah ini dimulai dengan awal kehidupan Nabi Musa as yang berada dalam kondisi kuat dan bergelimangan fasilitas. Dengan demikian al-Quran ingin menunjukkan kemenangan kehendak Allah atas keinginan para penguasa zalim dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Kini kita kembali ke ayat-ayat surat al-Qashash untuk mulai mencermati kejadian tersebut langsung dari al-Quran. Kita simak bersama ayat ketujuh mengenai kisah ini...

Artinya:
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya kami akan mengembalikannnya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.

Ayat ini sungguh indah menggambarkan kekuasaan ilahi. Betapa tidak, Nabi Musa as yang masih bayi diselamatkan oleh orang-orang Firaun dan akhirnya tumbuh dan dibesarkan di istananya. Pribadi yang di masa depan menjadi penentangnya dan mengajaknya menyembah Allah Yang Maha Esa.

Nabi Musa as kemudian meninggalkan istana Firaun akibat pembunuhan yang tak direncanakan olehnya karena ingin memisahkan seseorang yang dizalimi. Episode lain dari kisah Nabi Musa dilanjutkan saat ia keluar dari Mesir dan tiba di kota Madyan, tempat tinggal Nabi Syu'aib as. Peristiwa mukjizat yang ditampilkan Nabi Musa as di hadapan pengikut Firaun dan para penyihir, merupakan tema-tema kehidupan Nabi Musa as yang disampaikan dalam 45 ayat.

Tujuan al- Quran mengetengahkan kisah orang-orang yang beriman saat menghadapi berbagai masalah dan kesulitan agar mampu memberikan pelajaran kepada manusia untuk memilih jalan yang terbaik. Memilih secara sadar merupakan keistimewaan yang dimiliki manusia dibandingkan makhluk lainnya. Allah Swt menilai kebenaran sangat gamblang dan akal mampu menyadari dan memahaminya, begitu juga dengan kebatilan, kesyirikan dan penyembahan berhala.

Oleh karenanya, Allah mengutus para nabi-Nya dengan disertai kitab yang menjadi pertolongan dan sekaligus penyempurna hujjah kepada umat manusia. Karena selalu saja ada orang-orang yang menyembunyikan keinginannya di balik berbagai alasan yang disampaikan kepada para nabi. Ayat ke-48 surat al-Qashash menggambarkan kenyataan ini lewat sikap orang-orang musyrik di masa-masa pertama munculnya Islam. Kita simak bersama..

Artinya:
Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi kami, mereka berkata; "Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu?" Dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepda apa yang telah diberikan kepada Musa dahulu? Mereka dahulu telah berkata: "Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang bantu membantu". Dan mereka (juga) berkata: "Sesungguhnya kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu."

Firaun merupakan tiga kekuatan besar yang dilawan oleh Nabi Musa as sepanjang hidupnya. Firaun simbol kekuatan sebuah pemerintahan. Kekuatan lain yang dihadapinya adalah Karun yang menjadi lambang kekayaan. Kekuatan ketiga yang dihadapi adalah Samiri, simbol industri, kebohongan, dan propaganda. Sekalipun perjuangan terpenting dan terbesar Nabi Musa as saat menghadapi pemerintah, namun dua kekuatan lainnya punya posisi penting. Oleh karenanya, penukilan kisah mereka oleh al-Quran menjadi pelajaran sangat urgen dalam kehidupan manusia.

Karun dikenal masih kerabat dekat Nabi Musa as. Ia punya pengetahuan dan informasi yang cukup luas mengenai Kitab Taurat. Ia termasuk orang-orang pertama yang beriman kepada Nabi Musa. Namun kesombongan dan kekayaannya menyeretnya kepada penyimpangan dan bahkan kekufuran. Akhirnya, akibat dosanya, ia mendapat azab ilahi ditelan bumi bersama kekayaannya.

Kekayaan dalam Islam sejatinya tidak dicela dan tidak dipuji. Islam melihat kekayaan pada cara pemanfaatannya. Harta yang dipakai untuk membantu orang-orang yang tidak mampu menjadi satu kebaikan. Sebaliknya, orang kaya derajatnya bisa sedemikian rendahnya akibat dosa besar yang dilakukannya. Contoh ada pada diri Karun yang pada akhirnya menuduh Nabi Musa as melakukan perbuatan buruk. Kelalaiannya akan Allah membuatnya mendapat azab ilahi. Ia bersama segala kekayaannya ditelan bumi.

Kita simak bersama nasib buruk Karun dalam surat al-Qashash mulai dari ayat 76 hingga 83..

Artinya:
Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah)ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (Kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada pada ku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.

Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia; "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu; "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar."

Maka kami benamkanlah Kakrun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).

Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hambaNya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkarinya (nikmat Allah)".

Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Semoga bermanfaat...

Sunday, 20 November 2011

Surat An-Naml/Semut (QS : 27) /


Gambar 1: Burung Hud-hud (burung Pelatuk)

Surat An-Naml (yang artinya “semut”) di dalam Al-Quran. Di dalam Al-Quran banyak sekali terdapat kisah-kisah Nabi dan umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran. Kisah-kisah tersebut menunjukkan kebesaran Allah SWT. Salah satu surat yang memuat kisah yang mengagumkan adalah surat An-Naml itu. Di dalam Surat An-Naml (surat nomor 27) dikisahkan tentang Nabi Sulaiman (di dalam Alkitab disebut Solomon) dengan segala keperkasaan dan kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT. Nabi Sulaiman adalah seorang raja yang besar, kerajaannya terletak di negeri Palestina sekarang. Hingga saat ini kaum Yahudi Israel masih mencari-cari dimana istana (Solomon Temple) itu berada, dan mereka meyakini bahwa istana itu terletak di lahan tempat Masjid Al-Aqsa sekarang. Inilah alasan mengapa kaum Yahudi ingin meruntuhkan Masjid Al-Aqsa dan merekonstruksi situs istana Sulaiman.

Berikut ini saya kisahkan kembali terjemahan ayat-ayat yang saya baca tadi mulai dari ayat 16 hingga ayat 44, berikut dengan narasi sesuai yang saya pahami dari ayat tersebut.

16. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata”.

Raja Sulaiman memiliki kemampuan supranatural yang luar biasa, yaitu memiliki tentara dari golongan jin, manusia, dan burung. Raja Sulaiman juga mampu memahami bahasa binatang.

17. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).

Pada suatu hari, Raja Sulaiman sedang berjalan-jalan dengan bala tentaranya itu, hingga sampailah mereka di lembah yang banyak semutnya.

18. Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”;

Mendengar perkataan semut itu, Nabi Sulaiman tersenyum, namun dia tidak menunjukkan kesombongannya karena memiliki kekuatan yang hebat, malah dia bersikap tawadhu (rendah hati).

19. maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo’a: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni’mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.

Selepas dari lembah semut, Raja Sulaiman memeriksa satu-per satu tentaranya. Namun, dia tidak melihat kehadiran burung Hud-hud. Burung Hud-hud adalah sejenis burung pelatuk.

20. Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud [1094], apakah dia termasuk yang tidak hadir.

Dia mengancam akan menyembelih burung Hud-hud karena dianggap tidak disiplin (mangkir).

21. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”.

Untunglah burung Hud-hud tidak lama kemudian datang. Ternyata burung ini baru saja mengunjungi sebuah negeri yang ajaib.

22. Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.

Saba nama kerajaan di zaman dahulu, ibu kotanya Ma’rib yang letaknya dekat kota San’a ibu kota Yaman sekarang (sumber dari sini). Di Kerjaan Saba itu memerintah seorang ratu yang bernama Balqis.

23. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.

Sayangnya, kaum Ratu Bilqis itu menyembah dewa matahari, sangat berbeda dengan Sulaiman yang menyebah Allah SWT.

24. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,

25. agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

26. Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Arsy yang besar”.

Mendengar cerita burung Hud-hud tersebut, Nabi Sulaiman tidak langsung percaya. Dia perlu cek dan ricek untuk memeriksa kebenaran cerita tadi.

27. Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.

Lalu Raja Sulaiman menulis sebuah surat, kemudian menyuruh burung Hud-hud untuk menjatuhkannya ke istana Ratu Balqis.

28. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”

Surat itu sampai ke tangan Ratu Balqis. Dia segera memanggil para menterinya untuk membahas surat tersebut.

29. Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.

30. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Di dalam surat itu Raja Sulaiman meminta Ratu Balqis untuk tunduk kepada Raja Sulaiman.

31. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.

Ratu Balqis belum menjawab permintaan Sulaiman tersebut, dia berkata kepada para menterinya:

32. Berkata dia (Balqis): “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)”.

Para menterinya belum mau menyerah, mereka menganggap kerajaan mereka juga adalah kerajaan yang kuat, jangan mau tunduk kepada Sulaiman.

33. Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”.

Namun, keputusan tetap berada di tangan Ratu Balqis. Dia khawatir jika kelak Sulaiman berhasil menguasai negerinya, maka penduduknya akan dijadikan tawanan atau budak. Pengalaman negeri-negeri yang dikuasai oleh pasukan asing selalu begitu. Dia khawatir Sulaiman berlaku serupa.

34. Dia berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.

Demi melindungi rakyatnya menjadi budak yang hina, Ratu Balqis mengirim utusan kepada Sulaiman sambil membawa hadiah.

35. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu”.

Nabi Sulaiman tersinggung dengan hadiah yang dibawa oleh utusan Ratu Balqis, sekaan-akan dirinya bisa disuap dengan hadiah itu, padahal harta yang dia peroleh dari Allah jauh lebih banyak dan lebih baik daripada hadiah yang ditawarkan itu.

36. Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: “Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

Raja Sulaiman menolak hadiah tersebut, lalu menyuruh utusan Ratu Balqis itu pulang dengan membawa ancaman.

37. Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina”.

Setelah utusan itu pergi, Raja Sulaiman memberi tantangan kepada para pembantunya untuk membawa singgasana Ratu Balqis ke hadapannya.

38. Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.

Tantangan itu diterima oleh seorang jin bernama Ifrit. Ifrit sanggup membawa singgasana ratu dalam sekejap sebelum Raja Sulaiman berdiri dari tempat duduknya.

39. Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.

Tapi, ternyata ada yang lebih cepat lagi dari jin Ifrit. Salah seorang pembantu Sulaiman yang mempunyai ilmu dari Alkitab (Zabur dan Taurat) sanggup mendatangkan singgasana ratu sebelum kedipan mata. Luar biasa.

40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”.

Setelah singgasana Ratu Balqis berada di hadapan Sulaiman, Sulaiman bukannya merasa jumawa karena merasa berhasil memperlihatkan kehebatannya nanti di hadapan Ratu Balqis. Dia malah makin merendahkan dirinya di hadapan Allah sebab itu semua adalah karunia yang diberikan oleh Allah kepadanya.

(lanjutan) Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni’mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

Nabi Sulaiman kemudian meminta agar singgasana Ratu Balqis itu diubah sedemikian rupa untuk menguji apakah ratu itu masih mengenali singgasananya.

41. Dia berkata: “Robahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)”.

Ratu Balqis yang menerima pulang utusannya yang datang membawa kembali hadiah yang hendak disampaikan kepada Sulaiman menyadari bahwa Sulaiman bukanlah lawannya. Negerinya pasti akan kalah. Oleh karena itu, dia datang menghadap Raja Sulaiman sebagai bentuk pengakuan.

Di depan istana Raja Sulaiman, kepada Balqis diperlihatkan sebuah singgasana. Raja Sulaiman menyuruh ratu untuk memeriksa apakah itu singgasananya?

42. Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?”

Balqis merasa kaget, kenapa bisa singgasananya ada di istana Sulaiman, siapa yang membawanya, padahal singgasana itu tadi ketika ditinggalkannya masih ada. Namun dia mengakui pasti ini adalah kehebatan Nabi Sulaiman yang sangat sulit ditandinginya. Dia pun menyerah dan menyatakan tunduk kepada Nabi Sulaiman.

Gambar 2 : Ketika Balqis dan tentaranya (di hadapanNabi Sulaiman) sampai dan telah duduk di singgasananya sendiri

(lanjutan) Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”.

43. Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.

Sulaiman kemudian mengajak Ratu Balqis masuk ke dalam istana.

44. Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”.

Istana Sulaiman sangat megah, lantainya terbuat dari batu pualam seperti kaca. Begitu memasuki istana, Ratu Balqis mengangkat gaunnya karena melihat lantai istana seperti kolam air.

(lanjutan) Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.

Raja Sulaiman berkata bahwa itu bukan kolam, tetapi benar-benar lantai yang sangat licin seprti kaca.

(lanjutan) Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”.

Ratu Balqis sangat kagum dengan semua apa yang telah dialaminya tadi. Dari sinilah dia mendapat hidayah dari Allah bahwa semua itu adalah Kekuasaan Allah SWT, Tuhan yang harus disembah, bukan dewa matahari yang selama ini diyakininya.

(lanjutan) Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.

Shadaqallahul adzim. Maha benar Allah yang Maha Agung. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Sulaiman di atas, antara lain:.
1. Nabi Sulaiman meskipun diberi kekuasaan dan kelebihan oleh Allah SWT, dia tidaklah merasa angkuh dan sombong. Malah, semakin mendekatkan dirinya kepada Allah yang memberi semua kehebatan dna kekuasaan itu. Ilmu padi: semakin berisi maka semakin runduk. Banyak pemimpin di zaman sekarang ini jika semakin berkuasa maka semakin korup.

2. Nabi Sulaiman tidak ingin berbuat zalim meskipun dia merasa hebat. Dia berlaku lemah lembut pada orang kecil. Semut yang hanya seukuran ujung kuku tidak mau dia injak-injak.

Friday, 18 November 2011

Surat As-Syu'ara / Para penyair (Q S : 26)

Surah Asy-Syu'ara adalah surah ke-26 dari Al-Quran. Surah ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surah-surah Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'ara (kata jamak dari Asy Sya'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuara yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surah ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan para penyair Arab di zaman jahiliyah. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al-Quran dituduh sebagai syair, Al-Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.

Pokok isi

  1. Keimanan: Jaminan Allah akan kemenangan perjuangan rasul- rasul-Nya dan keselamatan mereka. Al Quran benar- benar wahyu Allah yang dibawa turun ke dunia oleh Malaikat Jibril a.s. (Ruuhul amiin); hanya Allah yang wajib disembah.
  2. Hukum-hukum: Keharusan memenuhi takaran dan timbangan; larangan mengubah syair yang berisi cacian-cacian, khurafat- khurafat, dan kebohongan-kebohongan.
  3. Kisah-kisah: Kisah-kisah Nabi Musa a.s. dengan Fir'aun; kisah Nabi Ibrahim a.s. dengan kaumnya; kisah Nabi Nuh a.s. dengan kaumnya; kisah Nabi Shaleh a.s. dengan kaumnya (Tsamud); kisah Nabi Hud a.s. dengan kaumnya (Ad), kisah Nabi Luth a.s. dengan kaumnya; kisah Nabi Syu'aib a.s. dengan penduduk Aikah.
  4. Dan lain-lain: Kebinasaan suatu bangsa atau umat disebabkan mereka meninggalkan petunjuk-petunjuk agama; tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam dan perobahan-perobahannya adalah bukti adanya Tuhan Yang Maha Esa; petunjuk-petunjuk Allah bagi pemimpin agar berlaku lemah lembut terhadap pengikut-pengikutnya; turunnya kitab Al Quran dalam bahasa Arab sudah disebut dalam kitab- kitab suci dahulu.

Tulisan ini sebenarnya udah Penulis Posting sekitar 2 hari yang lau, namun tertuda diterbitkan karena bersamaan waktu posting; kami (Penulis, Hasnah, Sri Buchari dan Siti Rahmani) terjadi diskusi yang alot...maka baru sekarang bisa diterbitkan...untuk semua...

Penulis tidak seperti biasanya mumbuat bahasan, namun kali ini mengajak merenung tentang angka 26 (QS: 26) dengan makna surat "Para Penyair" dan kaitannya dengan "musibah" yang terjadi di muka bumi ini serta azab Allah baik pada zaman nabi dahulu maupun sekarang bahkan mungkin nantinya.

Berikut dibawah list bencana yang terjadi tgl 26 :

• 26 Jan 1531 gempa bumi di Lisbon, Portugal, 30.000 orang tewas
• 26 Jan 1700 gempa di Laut Pasifik, dari Vancouver Island, Southwest Canada off
British Columbia hingga Northern California, Pacific Northwest,USA. Dikenal
sebagai megathrust earthquake.
• 26 Jul 1805 gempa bumi di Naples, Calabria, Italy, 26.000 orang tewas
• 26 Agt 1883 Gunung Krakatau meletus, 36.000 orang diperkirakan tewas
• 26 Des 1861 gempa bumi di Egion, Yunani
• 26 Mar 1872 gempa bumi di Owens Valley, USA
• 26 Agt 1896 gempa bumi di Skeid, Land, Islandia
• 26 Nop 1902 gempa bumi di Bohemia, sekarang Czech Republic
• 26 Nop 1930 gempa bumi di Izu
• 26 Sep 1932 gempa bumi di Ierissos, Yunani
• 26 Des 1932 gempa bumi di Kansu, Cina, 70.000 orang tewas
• 26 Okt 1935 gempa bumi di Colombia
• 26 Des 1939 gempa bumi di Erzincan, Turki, 41.000 orang tewas
• 26 Nov 1943 gempa di Tosya Ladik, Turki
• 26 Des 1949 gempa bumi di Imaichi, Jepang
• 26 Mei 1957 gempa di Bolu Abant, Turki
• 26 Mar 1963, gempa bumi di Wakasa Bay, Jepang
• 26 Jul 1963 gempa bumi di Skopje, Yugoslavia, 1.000 orang tewas
• 26 Mei 1964 gempa bumi di S. Sandwich Island
• 26 Jul 1967 gempa bumi di Pulumur, Turki
• 26 Sep 1970 gempa bumi di Bahia Solano, Colombia
• 26 Jul 1971 gempa bumi di Solomon Island
• 26 Apr 1972 gempa bumi di Ezine, Turki
• 26 Mei 1975 gempa bumi di N. Atlantic
• 26 Mar 1977 gempa bumi di Palu, Turki
• 26 Des 1979 gempa bumi di Carlisle, Inggris
• 26 Apr 1981 gempa bumi di Westmorland, USA
• 26 Mei 1983 gempa bumi di Nihonkai, Chubu, Jepang
• 26 Jan 1985 gempa bumi di Mendoza, Argentina
• 26 Jan 1986 gempa bumi di Tres Pinos, USA
• 26 Apr 1992 gempa bumi di Cape Mendocino, California, USA
• 26 Okt 1997 gempa bumi di Italia​
• 26 Des 2004 Tsunami Aceh.
• 26 mei 2006 Gempa Jogja.
• 26 juni 2010 Gempa Tasik.
• 26 okt 2010 Tsunami Mentawai
• 26 okt 2010 Merapi meletus.

...memang di surat ini adalah isi dari ADZAB ALLAH tentang kaum kafir. Marilah kita analisis 1 per 1 tentang surat ini... :

KISAH NABI MUSA AS :

QS. asy-Syu’ara (26) : 62
Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti adalah seperti gunung yang besar.
QS. asy-Syu’ara (26) : 63
Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain,
QS. asy-Syu’ara (26) : 64
Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.
QS. asy-Syu’ara (26) : 65
Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.

KISAH NABI NUH AS :
QS. asy-Syu’ara (26) : 118
Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan.
QS. asy-Syu’ara (26) : 119
Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal.
QS. asy-Syu’ara (26) : 120
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.
QS. asy-Syu’ara (26) : 121
Dan sesungguhnya Tuhanmu Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

KISAH NABI HUD AS :
QS. asy-Syu’ara (26) : 138
Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.

KISAH NABI SALIH AS
QS. asy-Syu’ara (26) : 155
Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar “.
QS. asy-Syu’ara (26) : 156
Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesal,
QS. asy-Syu’ara (26) : 157
maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman.

KISAH NABI LUT AS
QS. asy-Syu’ara (26) : 168
(Luth berdoa): Ya Tuhan Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat perbuatan) yang mereka kerjakan “. (Akibat perbuatan) yang mereka kerjakan”.
QS. asy-Syu’ara (26) : 169
Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua,
QS. asy-Syu’ara (26) : 170
kecuali seorang perempuan tua (isterinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal.
QS. asy-Syu’ara (26) : 171
Kemudian Kami binasakan yang lain.
QS. asy-Syu’ara (26) : 172
Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.
QS. asy-Syu’ara (26) : 173
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman.
QS. asy-Syu’ara (26) : 174
Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

KISAH NABI SYUAIB AS
QS. asy-Syu’ara (26) : 186
Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.
QS. asy-Syu’ara (26) : 187
Syuaib berkata:” Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan “.
QS. asy-Syu’ara (26) : 188
Kemudian mereka mendustakan Syuaib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.
QS. asy-Syu’ara (26) : 189
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.
QS. asy-Syu’ara (26) : 190
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

PERINTAH MEMBERI PERINGATAN KEPADA KELUARGA DAN BERSIKAP LEMAH LEMBUT TERHADAP ORANG MUKMIN :

QS. asy-Syu’ara (26) : 200
Mereka tidak beriman kepadanya, hingga mereka melihat azab yang pedih,
QS. asy-Syu’ara (26) : 201
maka datanglah azab kepada mereka dengan mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya,
QS. asy-Syu’ara (26) : 202
lalu mereka berkata:” Apakah kami dapat diberi tangguh? ”
QS. asy-Syu’ara (26) : 203
Maka apakah mereka meminta supaya disegerakan azab Kami?
QS. asy-Syu’ara (26) : 204
Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun,
QS. asy-Syu’ara (26) : 205
kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka,
QS. asy-Syu’ara (26) : 206
niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.
QS. asy-Syu’ara (26) : 207
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan;
QS. asy-Syu’ara (26) : 208
untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.
QS. asy-Syu’ara (26) : 209
Dan Al Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh syaithan-syaithan.
QS. asy-Syu’ara (26) : 210
Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Qur’an itu, dan merekapun tidak akan kuasa.
QS. asy-Syu’ara (26) : 211
Sesungguhnya mereka benar-benar di jauhkan daripada mendengar Al Qur’an itu.
QS. asy-Syu’ara (26) : 212
Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab.
QS. asy-Syu’ara (26) : 213
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
QS. asy-Syu’ara (26) : 214
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.
QS. asy-Syu’ara (26) : 215
Jika mereka mendurhakaimu maka Katakanlah:” Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan “;
QS. asy-Syu’ara (26) : 216
Dan bertakwalah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
QS. asy-Syu’ara (26) : 217
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat),
QS. asy-Syu’ara (26) : 218
dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.
QS. asy-Syu’ara (26) : 219
Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
QS. asy-Syu’ara (26) : 220
Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaithan-syaithan itu turun?
QS. asy-Syu’ara (26) : 221
Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa,
QS. asy-Syu’ara (26) : 222
mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaithan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.
QS. asy-Syu’ara (26) : 223
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
QS. asy-Syu’ara (26) : 224
Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah,
QS. asy-Syu’ara (26) : 225
dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan (nya)?,
QS. asy-Syu’ara (26) : 226

Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut nama Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.

...ada kesan yang juga penulis dapatkan dari ayat ini adalah kata-kata penyair bisa juga di artikan para pembaca mentera alias "dukun" yang suka memeberi tangkal san lain sebagainya...jadi upayakanlah dengan tidak memakai tangkal baik berupa cincin maupun sesuatu yang diikat dipinggang atau sebaginya...bertawakallah kepada Allah semata-mata...Insyaallah...

Semoga bermanfaat.

Wednesday, 16 November 2011

Surat Al-Furqon (Q S : 25)

Ayat 63 : Sifat Rendah Hati (Tawadhu)


Salah satu sifat utama yang harus melekat pada seorang mukmin adalah sifat tawadhu (rendah hati). Bahkan Allah menyebutkan bahwa hamba-hamba Sang Maha Rahman akan senantiasa berjalan di muka bumi dengan rendah hati tanpa ada rasa congkak dan sombong yang bersarang dalam dada mereka.

Allah swt berfirman:
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (QS. Al-Furqan [25] : 63)

Tawadhu’ adalah sifat mulia yang menjadikan seseorang tidak merasa lebih besar dari orang lain dan tidak merasa lebih tinggi dari yang lain. Bagi orang-orang yang tawadhu’ manusia lain sama posisinya dengan dirinya walaupun dia sedang berada dalam kedudukan tinggi dalam pandangan manusia. Orang-orang yang tawadhu’ menyadari bahwa kemuliaan seseorang bukan dilihat dari posisi dan jabatannya, bukan dari pangkat dan hartanya, kedudukan mereka di lihat dari ketakwaan yang melekat pada dirinya. Nilai dan kemuliaan seseorang di mata Allah adalah tergantung pada ketinggian takwanya, dan kekokohan imannya.

Sebagaimana yang Allah tegaskan dalam firman-Nya:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat [49] : 13)

Ketawadhuaan seseorang tidak akan mengurangi kehormatannya dan tidak pula akan merendahkan kedudukannya. Bahkan sebaliknya, seseorang yang memiliki kedudukan tinggi dan posisi terhormat, kemudian berendah hati maka dia akan menjadi buah bibir di tengah masyarakat karena kerendahan hatinya yang sekaligus mengangkat derajatnya di mata manusia dan manusia tidak akan mendengki dan iri akan kedudukannya. Sebaliknya manusia yang tinggi kedudukannya dan tinggi hati pada manusia lainnya maka akan banyak orang yang iri padanya bahkan mereka menginginkan agar orang yang tinggi hati itu segera dicopot dari posisinya.

Marilah kita sama-sama menyimak dengan seksama sabda Nabi Muhammad Saw berikut:
"Sedekah itu tidak mengurangi harta, dan tidaklah seseorang itu suka memberi maaf kecuali Allah angkat dia menjadi mulia, dan tidaklah seseorang berendah hati kecuali Allah akan angkat derajatnya." (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Gambaran berikut akan memperjelas bagaimana sikap rendah hati itu mengangkat derajat seseorang. Adalah Khalifah Umar bin Khattab, pada suatu hari dia berjalan di tengah terik matahari sambil menutupkan selendangnya di kepalanya.

Saat itu lewatlah seorang anak muda yang menunggang seekor keledai. Berkatalah Umar padanya, “Wahai anak muda bawalah aku bersamamu!”
Maka turunlah anak muda itu dari keledainya dengan melompat seraya berkata, “Naiklah wahai Amirul mukminin!”
Melihat anak muda itu turun dari keledainya dan mempersilahkan dirinya naik sementara dia harus berjalan maka Umar berkata, ”Tidak! Naiklah engkau, dan bawalah aku di belakangmu.

Apakah engkau akan membawaku di tempat yang empuk sementara engkau berjalan di atas tanah yang kasar?” Maka anak muda tadi menaiki keledainya dan memasuki Madinah sementara Umar berada di belakangnya dan penduduk Madinah melihat mereka.

Sebuah ketawadhu’an yang sangat dramatis, indah dan mengagumkan. Ketawadhu’an inilah yang kemudian menjadi cerita yang ditulis dengan tinta emas oleh para sejarawan setelah Umar meninggal ratusan tahun lamanya. Namanya tetap wangi semerbak karena sikapnya yang tawadhu’ ini.

Tapi lihatlah Fir’aun, Abu Jahal, Abu Lahab yang juga berkedudukan tinggi di masanya, namun mereka kini menjadi cibiran bangsa-bangsa dan ummat manusia hingga akhir zaman. Mereka Allah rendahkan kedudukannya karena mereka meninggikan diri di hadapan manusia.
Kisah ini juga akan memberikan pelajaran bagi kita. Dalam sebuah riwayat yang dilansir oleh Ibnu Saad dari Tsabit dia berkata, "Pada saat Salman menjadi Gubernur Madain ada seseorang yang datang dari wilayah Syam dari kalangan Bani Tamim dengan membawa buah tiin. Sementara Salman memakai celana yang biasa dipakai orang non Arab dan sebuah baju panjang. Orang itu berkata kepada Salman, dan dia tidak mengetahuinya, 'Tolong bawakah ini,'—dia mengira bahwa Salman seorang tulang panggul. Maka Salman al-Farisi membawakan untuknya buah tiin itu sementara manusia manusia melihat dan mengenalinya seraya berkata, 'Ini gubernur kita'.”

Kedua orang sahabat Rasulullah saw yang meneguk ajaran sang Nabi itu sangat mengerti makna hidup rendah hati pada manusia lainnya termasuk pada rakyatnya dengan sepenuh hati dan jiwa. Mereka tidak pernah minta dinomersatukan, tidak pula ingin dipuja-puja, tidak minta untuk dikenal, tidak minta di kursi paling depan kalau ada pertemuan. Namun manusia tetap memberikan rasa hormat padanya karena memang mereka pantas untuk mendapat kehormatan itu. Mereka memiliki inner power yang menjadi magnet pribadinya.

Kisah Al-Makmun khalifah Nabi Abbas yang cerdas, rasanya pantas pula kita jadikan pelajaran bagaimana Al-Makmun memaknai kedudukannya sebagai abdi rakyat yang sebenarnya. Suatu hari Yahya bin Aktsam menjadi tamu Al-Makmun. Kemudian Al-Makmun berdiri untuk mengambilkan air baginya. Yahya kaget melihat apa yang dilakukan oleh khalifah kaum muslimin paling disegani di zamannya itu sambil bergumam bagaimana mungkin seorang Amirul Mukminin datang dengan membawakan air baginya sementara dia duduk di tempatnya. Melihat gelagat rasa tidak enak pada Yahya dan tanda tanya di mukanya Al-Makmun berkata, "Pemimpin sebuah kaum itu adalah pelayan mereka!" Indah sekali, bagaikan legenda. Namun itu kisah nyata.

Maka benarlah apa yang pernah dikatakan seorang penyair:
Berendah hatilah engkau bagaikan bintang yang ada di dalam bayangan air
Padahal sebenarnya dia berada di angkasa nan tinggi
Dan janganlah engkau jadi laksana asap yang membubung sendiri
Di atas awan, sementara sesungguhnya dia adalah rendah sekali

Suatu ketika Ali bin Abi Thalib membeli daging seharga satu dirham. Kemudian dia membawanya dalam bungkusan. Salah seorang sahabatnya berkata padanya, "Aku saja yang membawanya wahai Amirul Mukminin!" Namun Ali bin Abi Thalib dengan santun berkata, "Jangan! Sebab orang tua dalam keluarga itulah yang paling pantas membawakan itu!" Ali menegaskan bahwa tidaklah berkurang kesempurnaan seseorang karena membawakan barang milik keluarganya.

Maka marilah kita belajar dari orang-orang besar dengan jiwa besar itu. Mereka besar karena memiliki kepribadian yang besar, memiliki hati yang lapang dan paradigma yang benar tentang makna hidup manusia yang sesungguhnya. Saatnya kita belajar dari mereka tatkala negeri ini sedang membutuhkan peminpin dengan jiwa besar, dengan pikiran besar, dengan hati yang besar, dengan visi dan misi besar yang terbungkus rapi dalam ketawadhu’an yang sempurna.

Semoga kita bisa.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Tuesday, 15 November 2011

Surat An-Nur (Q S : 24)

Ayat ayat 2 dan 3

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٢﴾
الزَّانِي لَا يَنكِحُ إلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ ﴿
٣

Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.” (QS. An Nuur : 2 – 3)


Tentang firman-Nya yang artinya : "Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera" dijelaskan Ibnu Katsir bahwa didalam ayat ini terdapat hukum terhadap seorang pezina. Para ulama kemudian menjelaskan tentang permasalahan ini dengan rinci serta didalamnya terjadi berbagai perbedaan pendapat.

Sesungguhnya seorang pezina bisa jadi ia seorang lajang yang belum menikah atau telah menikah dengan pernikahan yan benar (menurut syariat) serta ia adalah seorang yang baligh dan berakal. Adapun seorang yang belum pernah menikah (lajang) maka hukuman baginya adalah 100 kali cambukan sebagaimana disebutkan didalam ayat ditambah dengan diasingkan dari negerinya selama setahun, demikianlah menurut jumhur ulama. Berbeda dengan Abu Hanifah yang berpendapat bahwa pengasingan ini dikembalikan kepada pendapat imam (penguasa). Jika dia berkehendak maka dia bisa mengasingkannya dan jika tidak berkehedak maka tidak diasingkan.

Dalil jumhur dalam hal ini adalah apa yang terdapat didalam “ash Shahihain” dari riwayat Zuhriy dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid Al Juhaniy radliallahu 'anhuma bahwa keduanya berkata; Ada seorang warga Arab datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata: "Wahai Rasulullah, aku bersumpah atas nama Allah kepadamu, bahwa engkau tidak memutuskan perkara diantara kami melainkan dengan Kitab Allah. Lalu lawan yang tutur katanya lebih baik dari padanya berkata: "Dia benar, putuskan perkara diantara kami dengan Kitab Allah dan perkenankanlah untukku". Maka Rasululloh shallallahu 'alaihi wasallam besabda: "Katakan". Seorang warga Arab berkata: "Sesunguhnya anakku adalah buruh yang bekerja pada orang ini lalu dia berzina dengan istrinya maka aku diberitahu bahwa anakku harus dirajam.. Kemudian aku tebus anakku dengan seratus ekor kambing dan seorang budak wanita kemudian aku bertanya kepada ahli ilmu lalu mereka memberitahu aku bahwa atas anakku cukup dicambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun sedangkan untuk istri orang ini dirajam". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku akan putuskan buat kalian berdua dengan menggunakan Kitab Allah. Adapun seorang budak dan kambing seharusnya dikembalikan dan untuk anakmu dikenakan hukum cambuk sebanyak seratus kali dan diasingkan selama setahun. Adapun kamu, wahai Unais, besok pagi datangilah istri orang ini. Jika dia mengaku maka rajamlah". Kemudian Unais mendatangi wanita itu dan dia mengakuinya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan agar wanita itu dirajam.

Didalam hadits ini terdapat dalil tentang pengasingan seorang pezina disertai cambukan 100 kali jika dia seorang yang belum menikah. Adapun jika dia seorang yang telah menikah maka dirajam.

Tentang rajam ini, Ibnu Katsir menyebutkan beberapa hadits Rasulullah saw, diantaranya apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Husyaim dari Az Zuhri dari 'Ubaidillah Bin 'Utbah Bin Mas'ud telah mengabarkan kepadaku Abdullah Bin Abbas telah menceritakan kepadaku Abdurrahman Bin 'Auf bahwa Umar Bin Al Khaththab berkhutbah di hadapan orang-orang dan dia (Abdurrahman) mendengarnya berkata; "Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang mengatakan apakah ada hukum rajam? Padahal di dalam kitabullah hanya ada hukum dera. Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melakukan hukum rajam dan kami pun melakukan hukum rajam setelah beliau, seandainya orang-orang tidak akan mengatakan atau berbicara, bahwa Umar menambah sesuatu dalam kitabullah yang bukan darinya, niscaya aku akan menetapkannya sebagaimana diturunkannya."

Sedangkan makna firman-Nya yang artinya : “dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah”) adalah didalam hukum Allah. Janganlah kalian merajam mereka berdua sementara kalian berbelas kasihan didalam syariat Allah dan tidak dilarang dalam hal ini ada tabiat belas kasihan akan tetapi janganlah hal itu menjadikan anda meninggalkan dari manjatuhkan hukuman terhadap mereka berdua, maka ini tidak dibolehkan.

Mujahid mengatakan tentang (..dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah) bahwa penegakan hukuman apabila sudah diangkat ke penguasa maka haruslah dilaksanakan dan jangan dihentikan, demikianlah riwayat dari Said bin Jubair, Atha bin Abi Rabah.

Didalam hadits disebutkan "Hendaklah kalian saling memaafkan dalam masalah hukuman had yang terjadi di antara kalian, sebab jika had telah sampai kepadaku maka wajib untuk dilaksanakan." Didalam hadits lain disebutkan "Satu had (hukuman) yang ditegakkan di bumi lebih baik bagi manusia dari pada mereka diguyur hujan empat puluh hari."…

Sedangkan firman-Nya yang artinya : “Jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat”) maknanya : lakukanlah perintah itu : tegakkanlah had (hukuman) terhadap orang yang berzina dan keraslah didalam memukul akan tetapi jangan menyakitkan sekali…. Didalam musnad disebutkan bahwa sebagian sahabat bertanya,” Wahai Rasulullah, saya hendak menyembelih kambing namun saya sangat menyayanginya. Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Bagimu didalam (penyembelihan itu) pahala".

Firman-Nya yang artinya : “Dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”) maknanya adalah terdapat pelajaran bagi kedua orang pezina itu jika dicambuk dihadapan orang banyak. Sesungguhnya ini merupakan bentuk pencegahan yang paling tepat karena didalamnya terdapat kecaman, cercaaan dan celaan jika dihadiri oleh banyak orang. Al Hasan al bashri mengatakan,”Maknanya adalah (disaksikan) secara terang-terangan..”

Kemudian tentang firman Allah di ayat ketiganya “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.” Adalah berita dari Allah swt bahwa seorang lelaki pezina tidak boleh menggauli (menikah) kecuali dengan perempuan pezina atau wanita musyrik, yaitu tidaklah seorang yang menyetujui keinginan lelaki itu berzina kecuali seorang perempuan pezina maksiat juga atau seorang wanita musyrik yang tidak melihat bahwa hal itu diharamkan.

Demikian pula yang artinya : “dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik”) yaitu lelaki pelaku maksiat dengan berzina atau lelaki musyrik yang meyakini bahwa zina tidaklah diharamkan…

Dan firman Allah swt yang artinya : “dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukminin”) yaitu menikahkan seorang yang bersih dari zina dengan seorang pelaku zina dari kalangan laki-laki…

Ibnu Katsir juga menyebutkan pendapat Imam Ahmad yang mengatakan bahwa tidak sah akad seorang lelaki yang bersih (dari zina) dengan seorang perempuan pezina hingga wanita itu bertaubat. Jika wanita itu bertaubat maka sah akad atasnya dan jika tidak maka tidak sah. Demikian pula tidaklah sah menikahkan seorang perempuan merdeka dan bersih (dari zina) dengan lelaki pezina hingga lelaki itu bertaubat dengan taubat yang sebenarnya, berdasarkan firman Allah swt :(Tafsit al Qur’an al Azhim juz VI hal 5 – 10) (baca : QS.- An Nuur 3)

Semoga bermanfaat.


Sunday, 13 November 2011

Surat Al Mu'minun (QS: 23)


Firman Allah dalam surat Al Mu'minun 1-11:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (ya`ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

Allah SWT telah memberikan pentunjuknya kepada umatNya sejak dahulu kala (sejak jaman Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw) untuk menyelamatkan kehidapan manusia, banyak ayat-ayat yang menyatakan betapa bahagianya orang-orang yang beriman dengan ciri-ciri, salah satunya seperti dalam ayat-ayat di atas. Kita lihat pada sholat, yang penuh dengan doa, yang dalam doa, Rasulullah saw melarang kita tergesa-gesa, sebagaimana sabda beliau dalam hadits riwayat Bukhari, Muslim dkk:

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Doa seseorang itu akan dikabulkan selagi dia tidak terburu-buru menyebabkan dia berkata: Aku berdoa tetapi tidak dimakbulkan, Maksudnya dengan tergesa-gesa maka bisa jadi ucapan doa tersebut dapat terbalik-balik yang menyebabkan doa tidak dikabulkan.

Meninggalkan hal tidak berguna baik perkataan maupun tindakkan, dimaksudkan bahwa seorang mukmin haruslah produktif dan selalu bermanfaat pada orang lain.

Dalam menjaga kemaluan, maka hanya boleh kepada pasangan sahnya saja, ini demi kebaikan keturunan dan juga menjaga kesehatan. Adapaun budak sekarang tidak ada, pembantu bukan termasuk budak ingat! Karyawan yang dibawanya juga bukan budak sehingga boleh dimanfaatkan untuk memuaskannya ingat itu bukan budak!

Orang beriman harus mampu menjaga amanah yang dibebankan pada dirinya, sehingga tidak berkhianat terhadap amanahnya, orang berkewajiban menjaga barang harus dijaga keamanannya, bukan malah dicuri atau dijual untuk kepentingan diri sendiri dll.

Wallahu a'lam

Friday, 11 November 2011

Surat Al- Hajj (QS : 22)


Haji Puncak Ekspresi Ketakwaan

Assalamu'alaikum wr. wb.

"...terlebih dahulu penulis mohon maaf, karena tulisan tentang haji ini penulis post kan sesuai surat Al-Hajj (Tentang haji) sementara penulis belum lagi menunaikan ibadah haji...."

...kita mulai...

Ibadah dalam arahan al-Qur’an haruslah bermuara pada ketakwaan. Penyembahan seorang hamba bukanlah ritual mistis yang berhubungan dengan dunia gaib yang penuh takhayul dan serba irrasional. Ibadah dalam Islam adalah ketundukan seorang makhluk kepada Sang Pencipta penuh kuasa lagi kasih sayang. Kita temukan dalam al-Qur’an ayat-ayat ibadah selalu diakhiri dengan penegasan tentang sifat-sifat Allah.

Ambil contoh ayat 158 dari surat al-Baqarah, Allah berfirman

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar-syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-’umrah, maka tidak ada dosa baginya untuk mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui.”

Kita lihat bagaimana Allah menutup ayat tersebut dengan dua sifat-Nya yang agung yaitu “Syakir” (Maha Mensyukuri) dan “Alim” (Maha Mengetahui). Kita rasakan bagaimana Allah memperlakukan hamba-Nya dengan cara yang begitu terhormat. Allah SWT sebagai pencipta, pemilik dan penguasa seluruh alam begitu memberikan penghargaan terhadap hamba-Nya yang mengerjakan kebaikan dengan suka hati (tathawu’). Allah seolah-olah berkata bahwa beliau akan berterima kasih dan mengapresiasi kebajikan yang dilakukan hamba-Nya, dan Allah sangat mengetahui kebajikan yang dilakukan hamba-Nya.

Kita selalu akan merasakan hidupnya hubungan hamba dan Tuhannya setiap kali kita merenungkan sifat-sifat Allah yang Allah sebut di akhir ayat. Kita ambil contoh ayat lain di surat al-Baqarah ayat 199:

“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini berbicara tentang perintah untuk bergerak dari padang Arafah kemudian Muzdalifah menuju Mina. Allah memerintah dalam kesempatan tersebut untuk memohon ampun kepada-Nya, dan Allah mengingatkan bahwa Allah bersifat Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Dalam ayat ini jelas terasa bahwa Allah begitu ingin memberikan ampunan kepada hamba-Nya, sehingga Allah hanya memerintahkan agar para jemaah haji mohon ampun. Allah menyebutkan bahwa Allah sesungguhnya suka mengampuni hamba-Nya, dan bukan hanya mengampuni hamba-Nya Allah juga sangat menyayangi hamba-hamba-Nya. Ayat ini begitu kuat memberikan suasana kasih sayang dari Allah SWT, dan mempererat hubungan antara hamba dan Sang Pencipta.

Lebih jauh lagi bahkan di surat al-Ma’dah bahkan Allah mengungkapkan bahwa seluruh rangkaian haji sesungguhnya adalah momen agar para hamba Allah dapat merasakan dengan nyata sifat-sifat keagungan Allah dalam setiap syiar-syiar yang dilakukan dalam ibadah haji. Allah berfirman:

(97) “Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai ‘qiyam’[1] bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram[2], al-hadyu[3], dan al-qalaid[4]. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (98) Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini secara eksplisit dan gamblang menjelaskan bahwa sesungguhnya seluruh rangkaian ibadah haji beserta semua pra sarananya Allah syariatkan agar umat Islam menyadari kekuasan dan penguasaan Allah. Kegiatan-kegiatan ibadah haji semua adalah terjemahan praktis dari bentuk ketakwaan yang merupakan ekspresi dari keyakinan kita bahwa Allah mengetahui segala perbuatan hamba-Nya, didasari oleh keyakinan bahwa Allah dengan keadilan-Nya dapat menyiksa hamba-Nya yang ingkar dan dengan rahmat-Nya mengampuni dan menyayangi hamba-Nya yang taat. Allah mengatakan bahwa itu semua diadakan “agar kalian tahu” tidak hanya secara kognitif tapi juga “tahu” secara afektif dan psikomotorik.

Rangkaian ibadah haji yang dimulai dari ihram, kemudian thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, melempar jumrah sampai menyembelih hewan kurban semuanya adalah ekspresi ketakwaan hambanya. Ukuran-ukuran fisik menjadi simbol yang bisa sirna jika tidak berakar pada ketakwaan. Semua jerih payah juga akan buyar begitu saja jika tidak melahirkan ketakwaan kepada Allah. Karena itu Allah berfirman:

37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Hajj: 37)

Haji antara Keikhlasan dan Popularitas

Ibadah haji juga mengajarkan bahwa keikhlasan tidak boleh dirusak oleh ekses-ekses popularitas. Ibadah haji tidak mungkin dilakukan secara sembunyi. Siapapun yang melakukan haji pasti akan diketahui orang lain. Sehingga seorang muslim yang melakukan ibadah haji harus dapat menjaga keikhlasannya bagaimanapun keadaanya.

Keikhlasan bukan selalu ada dalam kesendirian. Keikhlasan adalah menjaga agar motivasi beribadah hanya karena Allah semata. Kepopuleran, pujian atau celaan orang tidak boleh mengganggu niat dan motivasi. Untuk berbuat ikhlas dalam ibadah individual seperti puasa atau sholat malam mungkin sederhana. Tetapi tuntutan untuk tetap ikhlas dalam ibadah haji tidak dapat dipenuhi oleh semua orang. Hanya orang-orang yang mendapatkan hidayah dan ‘inayah dari Allah saja yang tetap dapat ikhlas dalam ibadah terbuka.

Obsesi Dunia dan Akhirat dalam Haji

Dalam ibadah haji banyak harapan yang diangankan para jemaah haji. Banyak doa terucap, banyak angan-angan tercurah. Ada yang meminta keluasan rizki. Ada yang meminta keturunan. Ada yang meminta kesehatan. Ada juga yang mengharap kekuasaan. Ada yang mengharap jodoh. Seribu satu doa beredar di langit Mekkah ketika haji. Al-Qur’an menyinggung hal itu dengan mengingatkan bahwa janganlah harapan-harapan dan doa-doa mereka terbatas pada obsesi dunia saja. Seorang muslim dianjurkan berdoa dan memohon kepada Allah agar mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Allah berfirman:

“Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia”, tetapi tidak ada bagian untukknya di akhirat. (201) Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka” (QS al-Baqarah: 200-201)

Sebuah ajaran agama yang indah dan menyenangkan. Kita sama sekali tidak dilarang untuk mengharapkan kebaikan di dunia. Kita hanya dilarang untuk tepaku pada obsesi duniawi yang sempit. Adalah naif kita memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Memberi hanya untuk kepentingan dunia yang pendek dan fana. Kesempatan beribadah dan berdoa di tanah suci haruslah digunakan sebaik-baiknya untuk meminta kepada Allah SWT sebanyak-banyaknya. Dan Allah Sang Maha Pemurah mengingatkan agar hamba-Nya jangan lupa untuk meminta kebaikan akhirat bagi dirinya. Hal ini sangat penting karena sebagian besar manusia hanya berpikir pendek dan sempit.

Semoga bermanfaat...mudah2an kita yg belum menunaikan ibadah haji...dapat segera melaksanakannya...amin...

Wednesday, 9 November 2011

Surat Al- Anbiya (QS : 21)

Surat Al Anbiya menjawab Persoalan Suami Isteri


1. Pertanyaan : "Mengapa jika ia marah, lantas kasar (tidak bermoral) pada diriku ?"

Jawaban Al Anbiya ayat 3 : لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ

" Hati Mereka Dalam Keadaan Lalai "

( Biasanya orang yang marah dan emosional bahkan sampai dengan pelampiasan secara fisik, maka hatinya dalam keadaan lalai mengingat Allah )

2. Pertanyaan : " Mengapa istriku/suamiku marah-marah terus kepada-ku, tanpa permasalahan yang mendasar/masalah yang sepele?"

Jawaban Al Anbiya ayat 20 : يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ

"Mereka malaikat-malaikat bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang"

( Jawaban saat kita kena marah dari pasangan paling tepat adalah

berdzikir/tasbih kepada Allah baik lisan maupun hati ).

3. Pertanyaan : "Mengapa Allah memberiku jodoh , orang seperti dia yang memiliki banyak kekurangan & kelemahan ? "

Jawaban Al Anbiya ayat 23 :لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

"Allah tidak ditanya tentang apa yang Allah kerjakan, tapi kamulah yang akan ditanya "

( Karena Kehendak Allah menjadikan suami/istri kita dengan kelebihan dan kekurangannya maka jangan tanya

mengapa Allah berbuat seperti ini kepada kita, tapi nanti kita yang akan ditanya , sebenarnya apa yang telah

kita kerjakan untuk memperbaiki sifat buruk pasangan kita, dan kita sendiri sebenarnya bukan mahluk sempurna.

Maka "JANGAN TANYA APA YANG ALLAH PERBUAT

TAPI ENGKAU YANG AKAN DITANYA ALLAH, APA YANG SUDAH KAU PERBUAT)

4. Pertanyaan : "Mengapa Allah terus mengujiku dengan perangai suami/istriku yang tidak sesuai agama ?"

Jawaban Al Anbiya ayat 35 : كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan

sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan kepada kami"

( Bukankah hidup berarti adalah masalah?, jika tidak mau ada masalah, jangan hidup. Maka keburukan pasangan kita hendaknya

kita sikapi dengan kesabaran dan teruslah berdoa agar Allah memberi petunjuk hidayah pada pasangan kita. Ajak pasangan kita

untuk mau menghadiri pengajian, shalat tarawih jamaah di masjid, menjenguk orang sakit di rumah sakit, melihat/ziarah kubur

dengan niat untuk banyak mengingat kematian. Semoga Al Quran dan kematian bisa menjadi nasihat baik buat pasangan kita)

5. Pertanyaan : " Apa yang harus kulakukan saat ini, pasanganku marah dan pergi dari rumah, tak ada kabar ?"

Jawaban Al Anbiya ayat 87

:وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

"Dan ingatlah kisah Zun Nun (nabi Yunus as) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa kepada Allah dalam keadaan yang gelap,

"Laa Ilaaha illaa anta Subhanaka Inni Kuntu minadholiimiin "

( Jika pasangan kita nusyuz (pergi dari rumah karena marah) sebaiknya kita banyak berdoa kepada Allah seperti

doa Nabi Yunus saat berada di dalam perut ikan , di dalam dasar laut dan di kegelapan malam, yakni Laa Ilaaha illaa anta Subhanaka Inni Kuntu minadholiimiin ")

6. Pertanyaan : "Doa Apa yang harus kami baca bila saat ini kami belum memiliki keturunan ? "

Jawaban Al Anbiya ayat 89 :وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْداً وَأَنتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ

"Dan ingatlah ketika Zakaria berdoa kepada Allah, "Ya Tuhanku , janganlah Engkau biarkan aku seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris yang terbaik"

Al Abiya ayat 90 :

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

"Maka Kami kabulkan doanya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sungguh mereka selalu bersegera melakukan kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang -orang yang khusyuk kepada Kami"

( Doa Nabi Zakaria ini dikabulkan dengan diiringi 3 syarat hingga mereka diberi Allah keturunan, yaitu:

1. BERSEGERA MELAKUKAN BANYAK KEBAIKAN / IKHTIAR

2. BERDOA DENGAN PENUH KEIKHLASAN HARAP DAN CEMAS

3. MENJADIKAN HIDUP KHUSYUK HANYA KEPADA ALLAH SWT.)

7. Pertanyaan : "Lantas apa maksud surat Al Anbiya ini disajikan sebagai nasehat kepada kami ? "

Jawaban Al Anbiya ayat 106 :إِنَّ فِي هَذَا لَبَلَاغاً لِّقَوْمٍ عَا

" Sungguh apa yang disebutkan di dalam Al Qur'an ini , benar-benar menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah Allah "

8. Pertanyaan : "apa balasan dari Allah, jika aku imani dan kukerjakan dalam surat Al Anbiya ini ?"

Jawaban Al Anbiya ayat 105 :وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِن بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُ

"Dan Sungguh Kami tulis di dalam Zabur setelah tertulis di dalam Lauh Mahfuz bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba Ku yang soleh"

Akhirul kalam, Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu ala ilaha ila anta subhanaka inni kuntu minadholimiim